• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mecapai tujuan tertentu yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhai Allah

Bab V Penutup.Bab ini memaparkan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran setelah penulis menganalisa hasil penelitian. Dan dibagian akhir setelah bab ini

B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya 1.Pengertian Dakwah 1.Pengertian Dakwah

3. Proses penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mecapai tujuan tertentu yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhai Allah

SWT.

Dari ketiga kesimpulan tersebut menimbulkan dua buah konotasi yang berbeda namun saling terkait antara satu dengan yang lain, yaitu :

8

Pertama: Dakwah diterjemahkan atau diidntifikasikan dengan ceramah, pidato, khutbah, tabligh, penyiaran agama dan lain sebagainya.

Kedua: dakwah diberi pengertian berbagai aktivitas muslim dalam mengimplementasikan ajaran Islam pada berbagai aspek kehidupan baik lahir maupun batin untuk kesejahteraan dan kebahagiaan (individu – masyarakat) di dunia dan akhirat.

Pengertian pertama inilah yang banyak dipahami oleh masyarakat, karena lewat jalur inilah ajaran Islam banyak digunakan. Interpretasi di atas tidak bisa disalahkan tetapi mengharapkan perubahan masyarakat tidak cukup hanya dengan ceramah dan khutbah saja, bukankah Allah tidak akan merubah kondisi suatu kaum (individu dan komunitas masyarakat) tanpa adanya supaya kolektif yang sungguh-sungguh dari masing-masing anggota masyarakat untuk merubahnya, di sinilah persoalan dakwah yang haarus di garap secara totalitas dan professional.

Paradigma yang telah melekat dikalangan masyarakat ini, tampaknya hampir tidak pernah memberikan solusi konkrit terhadap persoalan-persoalan yang semakin kompleks di tengah-tengah masyarakat, namun demikian dakwah verbal ini cukup berhasil dalam memberikan informasi ajaran Islam. Pemikiran kedua, dapat dilihat dalam konsep dakwah memiliki pengertian yang lebih luas bukan hanya menyeru dan menyuruh tetapi juga nahi munkar, melarang orang melakukan tindakan yang tidak dibenaran oleh agama Islam, pada prakteknya nahi munkar ini jauh lebih berat, lebih banyak kritik kadang lebih keras dan bahkan sangat keras.

Konsep dakwah kedua ini menyangkut dua hal yaitu komunikasi dan perubahan sosial, dan tentunya membutuhkan strategi, teknik, metode pendekatan yang tepat terkait dengan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan berbagai aspek sosial budaya kehidupan manusia. Meskipun dalam pengertian umum dakwah berarti menyeru atau mengajak, pada prakteknya, implementasi makna tersebut tidaklah mudah.

Faktor-faktor yang menghalangi atau merintangi dan cara penyelesaian misi dakwah sangat kompleks dibanding dengan misi organisasi yang berorientasi umum. Dakwah tidak saja harus mengantisipasi perubahan lingkungan yang ada. Dakwah memiliki dua dimensi yaitu dimensi dunia dan dimensi akhirat, pembuktian kebenaran agama dan proses sosialisasinya dalam masyarakat.

2. Unsur-unsur Dakwah a. Da’i (Pelaku Dakwah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau berbentuk lembaga. Da’i sering disebut kebanyakan orang dengan sebutan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam). Akan tetapi, sebagaimana telah disebutkan pada pembahasan dimuka tersebut sebenarnya lebih sempit dari sebutan da’i yang sebenarnya.

Kata Da’i ini secara umum sering disebut dengan sebutan Mubaligh (orang yang menyempurnakan ajaran Islam) namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit karena masyarakat umum cenderung mengartikan sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam

melalui lisan seperti penceramah agama, khatib (orang yang berkhutbah), dan sebagainya.

Karena pentingnya fungsi da’i ini, maka banyak al-qur’an dan hadist yang memberikan sifat-sifat dan etika yang harus dimiliki da’i. Quraish shihab menambahkan bahwa dari masing-masng wahyu pertama al-Qur’an telah terlihat dengan jelas prinsip-prinsp pokok yang digariskan al-Qur’an bagi manusia pelaku dakwah, yaitu:

a. Da’i harus selalu membaca yang tertulis dan tidak tertulis segala hal yang berhubungan dengan masyarakatnya agar dakwahnya selalu segar dan menyentuh, sesuai dengan ayat yang pertama kali turun.

b. Da’i harus siap mental menghadapi situasi yang akan dialaminya. c. Da’i harus memiliki sikap mental yang terpuji, sadar akan imbalan

yang akan didambakan dari upaya dakwah sesuai dengan surah al-Mudatsir.9

b. Maddah (Materi Dakwah)

Unsur lain selalu ada dalam proses dakwah adalah Maddah atau materi dakwah. Maddah dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i pada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.oleh karena itu, membahas yang menjadi maddah dakwah adalah membahas ajaran Islam itu sendiri, sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bias dijadikan

9

maddah dakwah itu pada garis besarnya adalah akidah, Syari’ah dan Akhlak.

Dari semua materi dakwah yang disampaikan itu hendaknya janganlah bersifat normativ seperti terdapat dalam al-Qur’an dan sunnah, tetapi harus juga bersifat empiris. Sehingga materi dakwah yang disampaikan baik scara kiasan maupun tulisan tentang permasalahan pemahaman ajaran keagamaan, hendak ada keseimbangan agar pola kehidupan keagamaan umat tidak bersifat formalistik dan ritualistik belaka, sehingga terdapat sikap keselarasan antara sikap batin dan prilaku. Sehingga apa yang dapat dikatakan materi dakwah itu paling tidak yang harus diperhatikan seorang da’i.

c. Mad’u (Penerima Dakwah)

Kita tahu bahwa misi yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang berupa agama Islam adalah untuk seluruh umat manuia, baik ia telah menemui beliau atau tidak, satu bangsa dengan beliau atau berlainan kebangsaannya, lain halnya para nabi yang tulus semata-mata hanya untuk bangsa tertentu dan waktu tertentu pula (kaumnya). Unsur ketiga ini adalah Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupu sebagai kelompok, baik manusia yang beragam Islam ataupun bukan, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.

Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan mengajak mereka mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang-orang

yang telah beragama Islam, dakwah bertujuan untuk meningkatkan kualitas iman, Islam dan Ihsan. Mereka yang menerima dakwah ini lebih tepat disebut mitra dakwah, padahal dakwah sebenarnya adalah suatu tindakan menjadikan orang lain sebagai kawan berfikir tentang keimanan, syari’ah dan akhlak kemudian untuk di upayakan untuk di hayati dan di amalkan bersama-sama.

Al-Qur’an mengenlkan kepada kita beberapa tipe mad’u,. secara umum, mad’u terbagi menjadi tiga, yaitu mu’min, kafir dan munfik. Didalam al-Qur’an selalu di gambarkan bahwa sikap rasul menyampaikan risalah, kaum yang dihadapinya akan terbagi 2, mendukung dakwah atau menolak dakwah.

d. Tujuan Dakwah

Tujuan adalah segala sesuatu yang akan dicapai dalam satu usaha, misalnya seorang yang mempelajari ilmu pengetahuan agar supaya menjadi orang yang mengerti. Begitu juga seorang da’i apakah perorangan atau kelompok/organisasi, tentunya mempunyai suatu sasaran apa yang akan dicapai atau mungkin dicapai dalam usaha dakwahnya.

Tujuan dakwah dapat dibagi menjadi, tujuan yang bersifat obyek dakwah dan materi dakwah. Dilihat dari obyek dakwah, dakwah memiliki tujuan yaitu menperbaiki seluruh manusia dalam semua aspek, sedangkan dilihat dari materi tujuan dakwah yaitu terdapat tiga tujuan, yang meliputi: Pertama, tujuan akidah yaitu tertanamnya akidah yang mantap bagi tiap-tiap manusia. Kedua, tujuan hukum yaitu terbentuknya manusia yang mematuhi hukum-hukum Islam yang

telah disyari’atkan oleh Allah SWT. Ketiga, tujuan akhlak yaitu terwujudnya pribadi Muslim yang berbudi luhur dan berakhlakul karimah.

Menurut Bisri Affandi sebagaimana yang telah dikutip oleh Abd. Rosyid Shaleh dalam buku Manajemen Dakwah Islam sebagai berikut :

“Yang diharapkan oleh dakwah adalah terjadinya perubahan dalam diri manusia, baik dalam kelakuan adil maupun aktual, baik pribadi maupun keluarga masyarakat, way of thinking atau cara berfikirnya berubah, way of life atau cara kehidupannya yang berubah menjadi lebih baik ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas. Yang dimaksud adalah nilai-nilai agama, sedangkan kualitas adalah bahwa kebaikan yang bernilai agama itu semakin dimiliki banyak orang dalam segala situasi dan kondisi”10

Adapun tujuan yang tertinggi dari pada usaha dakwah hanya semata-mata mengharap dan mencari Ridho Allah SWT. Secara materil usaha dakwah itu diarahkan kepada tujuan antara lain:

1) Menyadari manusia akan arti hidup yang sebenarnya. Karena hidup itu bukanlah semata untuk makan dan minum, sebagaimana hidupnya binatang dan tumbuh-tumbuhan, tetapi hidup manusia di samping bisa diartikan turun naiknya nafas di dalam tubuh jasmani, tetapi lapisan kedua ialah cita-cita, bahwa hidup karena kesadaran, hidup karena pertalian hari ini dengan hari yang lampau dan hari esok.

2) Mengeluarkan manusia dari kegelapan/kesesatan menuju ke arah yang terang benderang di bawah sinar petunjuk Illahi. Seorang Da’i dengan

10

dakwahnya berusaha membawa sinar terang, bukan justru membawa kegelapan dan kesesatan, di mana masyarakat semakin gandrung kepada bid’ah dalam bidang syariat dan semakin bangga dengan syirik, tahayyul dan khurofat dalam bidang I’tiqad.11

Dengan demikian tujuan dakwah sebagai bahan dari seluruh aktifitas dakwah yang sama pentingnya dari pada unsur-unsurnya, seperti subyek dan obyek dakwah, metode, dan sebagainya. Bahkan dari itu tujuan dakwah sangat menentukkan dan berpengaruh terhadap penggunaan metode dan media dakwah sasaran dakwah sekaligus strategi dakwah juga ditentukkan atau dipengaruhi oleh tujuan dakwah. Ini disebabkan karena tujuan dakwah merupakan arah gerak.

e. Metode (Thariqah) Dakwah

Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian “Suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia”.12 Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Jadi metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan pesan pada objek dakwah, baik itu kepada individu, kelompok ataupun masyarakat agar pesan-pesan tersebut mudah diterima, diyakini dan diamalkan.13

Adapun yang menjadi rujukan metode dakwah adalah Al-Qur’an surat Al-Nahl: [16] : 125.

11

M. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, (Surabaya: Usana Offset Printing,, 1993), h. 142-143

12

M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), Cet. I, h. 160. 13

Salahudin Sanusi, Pembahasan Sekitar Prinsip-Prinsip Dakwah Islam, (Semarang: Ramadhoni, 1994), h. 111















































“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS, an-Nahl, 16:125)

Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa metode dakwah ada tiga macam yaitu:

1) Bi al-Hikmah, yaitu memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah, bahwa materi yang dijelaskan tidak memberatkan orang yang dituju, tidak membebani jiwa yang hendak menerimanya.

2) Mau’izatul Hasanah, memberi nasehat dan mengingatkan orang lain dengan bahasa yang baik yang dapat menggugah hatinya sehingga mad’u bersedia dan dapat menerima nasehat tersebut.

3) Mujadalah Billati Hiya Ahsan, berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah.14

f. Media (Wasilah) Dakwah

14

Nawari Ismail dan Ki. Musa Al-Mahfudz, Filsafat dakwah, Ilmu Dakwah Dan Penerapannya, (Jakarta: Bulan Bintang, 2004), h. 15

Agar dakwah yang dilakukan lebih cepat dan tepat tentunya berbagai bentuk komponen dakwah tidak bisa dipisahkan. Salah satu komponen yang terpenting dalam suatu proses dakwah adalah penggunaan media sebagai alat untuk melakukan aktivitas dakwah, dalam kaitan inilah komponen-komponen dakwah harus terus diberdayakan agar dapat menghasilkan guna bagi masyarakat. Bila dilihat dari asal katanya, media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang artinya alat perantara, sedangkan pengertian istilahnya media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.15 Dengan demikian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapa tujuan dakwah yang telah ditentukan, media dakwah ini dapat berupa barang, atau material, orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.

Media sebagai salah satu indikator terpenting dalam mengembangkan dakwah saat ini. Apakah itu berbentuk media cetak maupun elektronik. Walaupun instrument berupa podium atau mimbar tetap ada, akan tetapi kemajuan pesat industri komunikasi serta media massa telah menyodorkan kemajuan-kemajuan media dakwah yang sangat luas dan canggih, untuk itu perlu ada penyesuaian dari suatu kondisi tabligh ke kondisi yang lain yang sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini.

15

34

Dokumen terkait