• Tidak ada hasil yang ditemukan

APABILA DEBITUR MELAKUKAN WANPRESTASI SEDANGKAN AKTA FIDUSIANYA TIDAK DIDAFTARKAN

D. Proses Penyelesaian Apabila Debitur Wanprestasi

saat didaftarkannya ke Kantor Pendaftaran Fidusia. Dengan tidak didaftarkannya jaminan fidusia menyebabkan jaminan tersebut tidak berfungsi sebagai jaminan. Obyek jaminan fidusia yang tidak didaftarkan tidak mempunyai kekuatan eksekutorial baik obyek jaminan yang dijaminkan oleh pengusaha UKM maupun usaha besar, artinya jaminan tersebut tidak dapat menjamin atau dijadikan pelunasan kredit yang karena telah diterima debitur karena tidak memiliki asas publisitas dan spesialitas untuk melindungi kedudukan kreditur apabila kredit tersebut macet (debitur wanprestasi). Berdasarkan hal tersebut, maka untuk menjamin pelunasan utang debitur tersebut pihak penerima fidusia hanya dilindungi oleh ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata.100

D. Proses Penyelesaian Apabila Debitur Wanprestasi

Dari sudut pandang perbankan, upaya yang ditempuh oleh bank apabila kredit yang diberikan tersebut mengalami masalah atau tergolong dalam kredit bermasalah, maka dalam hal ini bank perlu melakukan penyelamatan (rescue) sehingga tidak menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan dengan memberikan keringanan jangka waktu atau angsuran terutama bagi kredit terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar.101

100

Pasal 1131 KUH Perdata menyatakan: “Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang aka nada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”

101

Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008

Upaya penyelesaian terhadap kredit bermasalah dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu negosiasi dan litigasi.

2. Penyelesaian melalui negosiasi, artinya kredit yang tadinya bermasalahan atau macet diadakan kesepakatan baru sehingga terhindar dari masalah. Bentuk negosiasi penyelamatan kredit bermasalah dapat ditempuh sebagai berikut: b. Rescheduling (penjadwalan kembali), Memperpanjang jangka waktu kredit

sehingga debitur mempunyai waktu lebih longgar untuk mencari penyelesaiaan yang lebih menguntungkan, atau dengan cara memperpanjang jangka waktu angsuran sehingga angsuran menjadi lebih ringan sesuai dengan kemampuannya.

c. Reconditioning (mengubah persyaratan)

2) Kapitalisasi bunga yakni dengan cara bunga dijadikan hutang pokok 3) Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu maksudnya bunga

yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjaman tetap harus dibayar

4) Penurunan suku bunga agar meringankan beban debitur.

Misalnya: bunga pertahun 18% di turunkan menjadi 16% pertahun dan tergantung pertimbangan bank bersangkutan. Akibatnya berpengaruh kepada jumlah angsuran semakin mengecil sehingga meringankan debitur

5) Pembebasan bunga diberikan kepada debitur yang tidak mampu lagi membayar kredit, akan tetapi wajib bagi debitur membayar pokok pinjaman sampai lunas.

d. Restructuring (penataan kembali)

Tindakan menambah fasilitas kredit bagi debitur atau dengan cara menambah equity (modal sendiri) yaitu dengan menyetor fresh money, akan tetapi ini biasanya gagal karena banyak pemilik perusahaan yang tidak mampu.

Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan khusus, yakni Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/150/KEP/DIR tanggal 12 Nopember 1998 yakni upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya ini dilakukan melalui tindakan sebagai berikut:

1) Penurunan suku bunga kredit

2) Pengurangan tunggakan bunga kredit 3) Pengurangan tunggakan pokok kredit 4) Perpanjangan jangka waktu kredit

Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008

5) Penambahan fasilitas kredit

6) Pengambilalihan asset debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku 4) Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan

debitur.102

Restrukturisasi kredit hanya dapat dilakukan terhadap debitur yang masih memiliki prospek usaha yang baik dan pada saat itu diperkirakan akan mengalami kesulitan melakukan pembayaran pokok dan bunga kredit. Setelah dilakukan upaya penyelamatan kredit dengan cara yang telah disebutkan di atas, ternyata tidak diperoleh hasil yang diharapkan, maka kreditur akan melakukan tindakan penagihan kepada debitur yang bersangkutan, baik secara tertulis maupun dengan kontak langsung dengan debitur. Namun ada juga ditempuh penyelesaian di luar jalur hukum, penagihan kredit macet dengan menggunakan jasa debt collector, yaitu orang atau badan yang tidak berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Penyelesaian secara litigasi, penyelesaian kredit terhadap debitur seperti ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

a. Mengajukan gugatan ke pengadilan negeri sesuai dengan ketentuan hukum acara perdata, atau permohonan eksekusi grosse akta

a. Penyelesaian melalui panitia urusan piutang negara khusus bagi kredit yang menyangkut kekayaan negara103

Eksekusi jaminan fidusia berdasarkan Pasal 29 Undang-undang Jaminan Fidusia hanya mengenal dua cara eksekusi (meskipun perumusannya seakan-akan menganut tiga cara) yakni:

102

Gunarto Suhardi, hlm 105

103

Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008

2. Melaksanakan title eksekusi dengan menjual obyek jaminan fidusia melalui lelang atas kekuasaan penerima fidusia sendiri dengan menggunakan parate eksekusi

7. Menjual obyek jaminan fidusia secara di bawah tangan atas dasar kesepakatan pemberi dan penerima fidusia.104

Sementara menurut Tan Kamello bahwa kemudahan pelaksanaan eksekusi dilakukan dengan mencantumkan irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa” pada sertifikat jaminan fidusia. Dengan title eksekutorial ini menimbulkan konsekuensi yuridis bahwa jaminan fidusia mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Selain melalui title eksekutorial, dapat juga dilakukan dengan cara melelang secara umum dan di bawah tangan.105

Untuk koperasi swamitra dalam menyelesaikan kredit macet atau kredit bermasalah, yang dilakukan terhadap debiturnya adalah dengan mengutamakan penyelesaian antara debitur dengan kreditur secara musyawarah tanpa keterlibatan dari pihak lain. Hal ini dikarenakan prinsip koperasi yang mengutamakan kesejahteraan anggotanya dan bersifat kekeluargaan. Dalam kurun waktu satu tahun terakhir, di koperasi tersebut terdapat empat kredit yang bermasalah.106

Dikatakan bermasalah apabila pada bulan yang bersangkutan, debitur tidak melaksanakan kewajibannya untuk membayar cicilan hutangnya pada bulan yang

104

Bachtiar Sibarani, Aspek Hukum Eksekusi Jaminan Fidusia, Jakarta, Makalah yang disampaikan pada seminar Sosialisasi Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, 2000, hlm 21

105

Tan Kamello, Op Cit, hlm 170

106

wawancara dengan Suheri, Credit Support Koperasi Karyawan Bank Bukopin Swamitra, di Medan, 07 Agustus 2008

Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008

bersangkutan sehingga harus diingatkan oleh pihak koperasi selaku kreditur. Apabila pada bulan berikutnya tetap terjadi tunggakan, maka kreditur memberikan surat peringatan yang pertama (SP-1), dengan kata lain surat peringatan yang pertama ini diberikan apabila debitur selama dua bulan berturut-turut tidak melaksanakan kewajibannya untuk membayar cicilan. Selanjutnya jika pada bulan berikutnya juga tidak ada tanggapan dari debitur maka kreditur memberikan surat peringatan yang kedua (SP-2). Kemudian apabila tidak ada tanggapan juga maka diberikan surat peringatan yang ketiga (SP-3), tetap juga tidak ada tanggapan maka kreditur memberikan surat teguran (sommatie) yang dibuat oleh pengacara untuk selanjutnya dibawa ke pengadilan. Pada saat SP-1 diberikan biasanya pihak koperasi berusaha melakukan pendekatan, untuk mengetahui apa yang menyebabkan debitur tidak dapat melaksanakan kewajibannya dan akan diketahui bagaimana itikad debitur untuk melaksanakan kewajibannya. Yang terjadi selama ini adalah pinjaman yang bermasalah tidak pernah sampai ke pengadilan, Karena dengan adanya pendekatan yang dilakukan oleh pihak kreditur serta keterbukaan dari pihak debitur, maka biasanya dicari jalan keluar yang disepakati oleh kedua belah pihak. Misalnya dengan mengurangi atau bahkan menghapuskan beban bunga yang harus dibayar oleh debitur, ada juga yang diberikan perpanjangan waktu dalam pembayaran cicilan, selain itu ada juga dengan menjual benda yang dijadikan jaminan atas persetujuan kedua belah pihak.

Rumiris Ramarito Nainggolan : Kajian Yuridis Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Koperasi…, 2008

BAB V

Dokumen terkait