"Waroeng Cokelat" berproduksi berdasarkan pesanan dari pelanggan atau konsumen. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan risiko kerugian apabila produk tidak laku dijual, namun persediaan produk "Waroeng Cokelat" selalu ada meskipun dalam jumlah yang sedikit. Permintaan akan produk "Waroeng Cokelat" biasanya meningkat ketika musim tertentu, seperti Hari Raya Idul Fitri, Natal dan Valentine. Produk cookies "Waroeng Cokelat" memiliki masa kadaluarsa empat bulan, sedangkan untuk produk praline yaitu enam bulan. Adapun suhu ruang yang baik untuk produk "Waroeng Cokelat" yaitu 260C, karena cokelat dapat meleleh pada suhu 29-300C yang dapat menyebabkan kondisi produk menjadi tidak baik.
"Waroeng Cokelat" dalam melakukan kegiatan produksinya menggunakan tiga jenis cokelat, yaitu dark chocolate, white chocolate dan milk chocolate. Sedangkan terdapat beberapa bahan tambahan dalam pembuatan cookies, yaitu kurma, kacang mede, kacang tanah, keju, telur, tepung terigu, rombutter. Bahan tersebut digunakan sesuai dengan jenis cookies yang akan dihasilkan. Bahan baku utama "Waroeng Cokelat" didapatkan dari dua pemasok yaitu PT Mero Sekawan Jaya melalui distributor tunggal perusahaannya adalah PT Aryaceda Amandelis dengan nama produk Marcollate. Bahan baku tambahan lain diperoleh dari PT Gandum Mas Kencana dengan nama produknya yaitu Collata, sedangkan bahan tambahan didapatkan dari Toko Kota Jaya yang berlokasi di Pasar Anyar Bogor. Berikut ini langkah produksi cookies yang dilakukan pada usaha "Waroeng Cokelat".
1. Penimbangan Bahan Baku
Langkah awal dalam proses produksi cookies yaitu menimbang bahan baku, seperti dark chocolate, white chocolate, milk chocolate, terigu, mentega,
rombutter. Penimbangan bahan baku dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan adonan sehingga menghasilkan cookies dengan rasa yang pas.
2. Pencampuran Adonan
Bahan baku cokelat yang telah ditimbang kemudian dicampur untuk diolah menjadi jenis cookies yang diinginkan.
3. Pembentukan Adonan
Setelah adonan cookies merata, kemudian adonan tersebut dapat dibentuk sesuai jenis yang diinginkan dengan menggunakan alat cetakan/spuit.
4. Pemanggangan Cookies
Langkah selanjutnya yaitu cookies yang telah berhasil dicetak kemudian dipanggang dengan oven atau sebagian cookies disimpan ke dalam lemari pendingin.
5. Pengetiman Cokelat
Siapkan cokelat padat kemudian dipotong-potong. Cokelat yang telah dipotong-potong, ditaruh dalam mangkuk kaca anti panas. Setelah itu, mangkuk yang berisi cokelat tersebut diletakkan di atas panci yang berisi air panas sambil diaduk-aduk hingga meleleh.
6. Pencelupan Cokelat
Setelah cokelat yang telah dilelehkan siap, langkah selanjutnya yaitu mencelupkan cookies ke dalam cokelat sesuai model yang diinginkan.
7. Pendinginan
Setelah melakukan pencetakan, kemudian cookies tersebut dimasukkan ke dalam lemari pendingin dengan suhu 0 derajat selama 15-20 menit.
8. Pengemasan
Cookies yang telah diolah (jadi) dapat segera dikemas di dalam toples. Alur proses produksi praline dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini.
Gambar 6. Tahapan Pembuatan Cookies "Waroeng Cokelat"
Berikut ini tahap dalam pembuatan praline yang diproduksi oleh "Waroeng Cokelat" :
1. Penimbangan Bahan Baku
Langkah awal dalam proses produksi praline yaitu menimbang bahan baku, baik dark chocolate, white chocolate atau milk chocolate tergantung jenis praline yang akan dihasilkan. Penimbangan bahan baku dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan adonan sehingga menghasilkan praline dengan rasa yang pas.
2. Pengetiman Cokelat
Bahan baku cokelat yang telah ditimbang kemudian dipotong dengan bentuk kotak dengan tujuan untuk mempercepat proses pelelehan. Cokelat yang telah berbentuk kotak, dimasukkan ke dalam plastik segitiga atau mangkuk kaca anti panas. Kemudian, mangkuk yang berisi cokelat tersebut diletakkan di atas panci yang berisi air panas sambil diaduk-aduk hingga meleleh.
Penimbangan Bahan Baku Pencampuran Adonan Pembentukan Adonan Pemanggangan Pencelupan Pendinginan Pengemasan Pengetiman
3. Pencampuran Adonan
Setelah proses pelelehan cokelat, cokelat yang telah meleleh tersebut dicampur dengan susu, gula dan pewarna khusus makanan.
4. Pencetakan Cokelat
Langkah selanjutnya yaitu pencetakan adonan dengan cara mencampurkan bahan-bahan tambahan, seperti kacang mede, kismis atau wafer. Kemudian cokelat tersebut dicetak sesuai bentuk dan motif yang diinginkan oleh konsumen. 5. Bahan isi cokelat
Bahan-bahan untuk pengisian cokelat berupa kacang tanah, kacang mete ataupun kismis. Langkah selanjutnya yaitu cokelat yang sudah diisi dengan bahan-bahan tersebut, kemudian dilapisi oleh cokelat lagi untuk hasil sesuai yang diinginkan.
6. Pendinginan
Setelah melakukan pencetakan, kemudian cokelat tersebut dimasukkan ke dalam lemari pendingin dengan suhu 0 derajat selama 15-20 menit.
7. Pengemasan
Setelah cokelat tersebut membeku dan mengeras maka langkah selanjutnya yaitu melakukan pengemasan. Kemasan yang digunakan "Waroeng Cokelat" untuk praline sangat beragam, tergantung pesanan. Alur proses produksi praline dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini.
Gambar 7. Tahapan Pembuatan Praline "Waroeng Cokelat" Penimbangan Bahan Baku Pengetiman Cokelat Pencampuran Cokelat Pencetakan Cokelat
Bahan Isi Cokelat
Pendinginan
VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN
Analisis lingkungan adalah proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan mencakup semua faktor baik yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan pencapaian tujuan yang diinginkan. Secara garis besar analisis lingkungan dapat dikategorikan ke dalam dua bagian besar, yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan.
6.1 Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kecenderungan-kecenderungan dan kejadian-kejadian yang berada di luar kontrol suatu perusahaan. Analisis lingkungan eksternal berfokus pada penentuan faktor-faktor kunci yang menjadi ancaman dan peluang bagi perusahaan sehingga memudahkan manajemen perusahaan untuk menentukan strategi-strategi dalam meraih peluang dan menghindarkan ancaman.
6.1.1 Ekonomi
Kondisi ekonomi merupakan faktor yang penting dalam menjalankan suatu usaha. Faktor ekonomi juga dapat mempengaruhi daya beli dan pola konsumsi masyarakat. Kondisi ekonomi yang semakin membaik, yang diiringi dengan peningkatan daya beli masyarakat memungkinkan adanya peningkatan permintaan pasar terhadap suatu produk. Hal tersebut merupakan peluang baik bagi prospek pengembangan usaha saat ini dan dimasa akan datang.
Ketidakstabilan kondisi perekonomian Indonesia saat ini memberikan pengaruh terhadap kecenderungan iklim usaha yang tidak menentu. Salah satu pendorong ketidakstabilan perekonomian Indonesia yaitu adanya kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan baku minyak (BBM). Meskipun sejak bulan Desember 2008 pemerintah sudah menurunkan harga BBM sebesar Rp 1.500/liter dan solar Rp 1.200/liter. Namun penurunan harga BBM tidak berpengaruh nyata terhadap harga bahan-bahan pokok, sehingga berdampak pada kenaikan bahan baku olahan cokelat. Dengan begitu, akan berdampak sangat signifikan dan menimbulkan ancaman bagi pengusaha kecil, salah satunya bagi "Waroeng Cokelat". Berdasarkan hal tersebut keberadaan UKM memerlukan
perhatihan yang khusus dari berbagai pihak, khususnya Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mengingat UKM memiliki peran sebagai basis perekonomian paling mendasar. Oleh karena itu, Pemkot harus mempersiapkan diri terhadap ancaman tersebut melalui pembinaan dan perhatian secara terus menerus terhadap kelangsungan UKM di Kota Bogor.
6.1.2 Sosial, Budaya dan Demografi
Perubahan sosial, budaya dan demografi memberikan pengaruh terhadap kemampuan suatu usaha di dalam memainkan perannya. Setiap perubahan yang terjadi dapat menjadi sebuah peluang maupun penghalang bagi pengembangan suatu usaha di masa yang akan datang. Hal ini tergantung dari pola interaksi yang terbentuk antara usaha tersebut dengan kondisi lingkungan disekitarnya. Perubahan atau gejolak sosial yang terjadi dapat menciptakan ikatan yang lebih kuat maupun sebaliknya.
Seiring dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat, mengakibatkan peran serta individu sebagai bagian dari kehidupan sosial pun meningkat. Peningkatan pendidikan yang diikuti dengan semakin kayanya pengetahuan, meningkatkan kesadaran masyarakat akan kandungan gizi dan manfaat dalam makanan, salah satunya cokelat. Saat ini masyarakat telah menyadari bahwa mengkonsumsi cokelat banyak memiliki manfaat untuk kesehatan. Hal ini dapat dijadikan pangsa pasar potensial bagi industri makanan berbahan baku cokelat. Alasan-alasan tersebut dapat menjadi sebuah peluang bagi usaha yang bergerak dalam industi makanan berbahan baku cokelat, baik usaha kecil, menengah maupun besar.
Perubahan selera konsumen merupakan salah satu faktor yang disebabkan karena pendapatan masyarakat yang terus meningkat, sehingga berpotensi utuk beralih pada produk lain. Oleh karena itu diperlukan inovasi dalam segi bentuk dari produk yang ditawarkan "Waroeng Cokelat". Adapaun hal-hal yang mempengaruhi loyalitas pelanggan terhadap pembelian produk ”Waroeng Cokelat” beberapa diantaranya dipengaruhi oleh faktor kualitas dan kepuasan terhadap hasil produksi ”Waroeng Cokelat”. Hal ini menjadikan tantangan bagi usaha "Waroeng Cokelat" untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan usahanya terhadap semua perubahan yang terjadi.
Peningkatan jumlah penduduk suatu populasi merupakan faktor sosial yang dapat menciptakan pangsa pasar potensial untuk setiap bidang usaha. Laju pertumbuhan penduduk di Kota Bogor setiap tahunnya terus meningkat. Pertumbuhan jumlah penduduk dapat menyebabkan permintaan pasar meningkat kerena tingkat kebutuhan makanan yang tinggi. Hal ini menjadi peluang bagi usaha yang dijalankan "Waroeng Cokelat". Berikut ini data pertumbuhan penduduk Kota Bogor pada tahun 2002 hingga 2006 dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 2002-2006
Tahun Jumlah Penduduk
2002 789.423
2003 820.707
2004 831.571
2005 855.085
2006 879.138
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2008) 6.1.3 Politik, Pemerintah dan Hukum
Politik dan hukum yang terdiri dari undang-undang, kebijakan pemerintah, lembaga pemerintah dan kelompok berpengaruh pada keputusan penyusunan strategi usaha. Kebijakan pemerintah saat ini yang sedang menggalakkan usaha kecil dan menengah terutama yang berbasis agribisnis, hal tersebut merupakan suatu peluang.
Dukungan pemerintah Kota Bogor sangat membantu dalam pengembangan UKM yang terdapat di Kota Bogor. Dukungan tersebut berupa rencana strategis lima tahunan yang telah ditetapkan oleh Pemkot Kota Bogor yaitu program pembinaan usaha kecil dan menengah. Program tersebut memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk meningkatkan produksi pangan dan pelatihan berupa teknik industi pangan. Hal tersebut merupakan kebijakan Pemkot setempat dalam pembinaan UKM yang diwujudkan melalui pelatihan-pelatihan dan diharapkan mampu berpengaruh pada pertumbuhan UKM di Kota Bogor agar dapat bersaing dengan UKM lainnya di Indonesia.
Perkembangan swalayan di Kota Bogor semakin meningkat dalam kurun waktu dua tahun ini. Hal tersebut menjadi peluang yang sebaikanya dimanfaatkan
bagi UKM di Kota Bogor. Menurut Ketua Disperindag Kota Bogor, pemerintah Kota Bogor bekerjasama dengan pihak Giant dalam memfasilitasi para pemilik UKM untuk membuka usahanya di pusat perbelanjaan tersebut. Hal ini merupakan salah satu langkah konkrit yang dilakukan oleh pemerintah Kota Bogor untuk membantu UKM di Kota Bogor dalam hal pemasaran. Kebijakan ini diambil agar keberadaan pasar modern tidak membebani para UKM, namun sebaliknya kebijakan tersebut membantu para pengusaha UKM mengembangkan usahanya.
Adapun peran lain dari UKM Kota Bogor yaitu dapat menyerap tenaga kerja yang cukup tinggi dan mampu memanfaatkan penggunaan sumber daya alam lokal. Usaha berbahan baku cokelat merupakan salah satu usaha yang mampu menyerap tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja industri makanan di Kota Bogor tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Makanan di Kota Bogor Tahun 2007
No. Kelompok Industri Unit Usaha Investasi Tenaga Kerja
1. Menengah/Besar 15 20.619.500.000 1296 2. Kecil formal 193 7.468.838.000 1900 3. Kecil Non Formal 998 799.387.823 4601
Sumber : Disperindag Kota Bogor (2008)
Tabel 16 menjelaskan bahwa usaha kecil di Kota Bogor mampu menyerap tenaga kerja sebesar 4601 orang. Hal ini menunjukan bahwa Kota Bogor berpotensi untuk melebarkan perekonomiannya melalui pengembangan UKM. Perekonomian Kota Bogor pun didukung dengan beberapa potensi wisata yang dimiliki, karena Kota Bogor merupakan kota persinggahan wisata yang digemari banyak orang. Oleh karena itu, dukungan pemerintah setempat sangat berperan untuk memajukan sumber daya yang dimiliki sebagai sarana memajukan perekonomian Kota Bogor.
6.1.4 Teknologi
Teknologi merupakan salah satu sumber utama perubahan dengan adanya inovasi baru. Variabel ini mempengaruhi bahan baku, operasi, serta produk suatu usaha karena pada dasarnya perubahan teknologi dapat memberikan peluang besar
untuk peningkatan hasil, tujuan atau bahkan mengancam kedudukan usaha tersebut.
Teknologi yang terus berkembang memberikan kontribusi bagi keberadaan "Waroeng Cokelat". Faktor teknologi turut membantu "Waroeng Cokelat" dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari, seperti telepon dan mesin faksimil yang dapat memperlancar kegiatan "Waroeng Cokelat" dalam mempermudah transaksi jual beli dengan pelanggannya. Selanjutnya kemajuan di bidang transportasi juga memperlancar kegiatan "Waroeng Cokelat" dalam memasarkan produknya, serta mempermudah dalam memperoleh bahan baku yang diperlukan.
Perkembangan teknologi dan informasi yang terus berkembang merupakan peluang bagi usaha "Waroeng Cokelat" untuk pengembangan usaha di waktu yang akan datang. Peralatan yang digunakan "Waroeng Cokelat" untuk kegiatan produksi belum menggunakan teknologi yang lebih modern. Sedangkan dari sisi teknologi informasi, saat ini "Waroeng Cokelat" belum memanfaatkan fasilitas internet. Hal ini merupakan tantangan bagi "Waroeng Cokelat" kedepan agar dapat memanfaatkan teknologi dan informasi tepat guna. Dengan begitu "Waroeng Cokelat" dapat memberi kemudahan kepada para pelanggannya dalam mengakses produk yang dihasilkan, selain itu "Waroeng Cokelat dapat meningkatkan volume penjualannya.
6.1.5 Kekuatan Pesaing a) Ancaman Pendatang Baru
Masuknya pendatang baru dalam suatu industri akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang ada, antara lain : perebutan pasar, perebutan sumber daya produksi dan peningkatan kapasitas. Ancaman pendatang baru sangat bergantung pada hambatan dalam memasuki suatu industri yaitu skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, keunggulan biaya, akses saluran distribusi dan peraturan pemerintah.
Hambatan untuk memasuki industri ini dapat dilihat dari skala ekonomi dan permodalan yang relatif rendah, karena usaha ini tidak memerlukan skala ekonomi yang besar dan kebutuhan modal awal yang relatif kecil. Selain itu, pendatang baru yang ingin memasuki usaha ini pun tidak terpengaruh oleh peraturan-peraturan tertentu, karena pemerintah tidak membatasi atau
menghambat masuk ke dalam industri ini dengan peraturannya. Rendahnya hambatan masuk ke dalam usaha ini akan menjadi ancaman, karena masuknya pendatang baru potensial yang mampu bersaing pada usaha ini tergolong cukup tinggi. Meskipun beberapa pendatang baru tersebut hanya bermunculan pada musim tertentu saja.
b) Ancaman Produk Substitusi
Keberadaan produk substitusi ini akan membatasi potensi suatu usaha. Jika suatu usaha tidak mampu meningkatkan kualitas produk, maka laba dan pertumbuhan usaha tersebut dapat terancam. Produk substitusi ditentukan oleh banyaknya jumlah produk yang memiliki fungsi yang sama dengan produk usaha yang dapat mempengaruhi eksistensinya di pasar.
Produk substitusi yang dapat mengancam eksistensi produk "Waroeng Cokelat" yaitu cookies sejenis dengan rasa yang berbeda, seperti nastar, putri salju, lontong paris yang diproduksi oleh PIRT sejenis maupun usaha yang telah memiliki nama, seperti cookies Breadtalk dan Amanda. Produk tersebut memiliki fungsi yang sama dengan produk "Waroeng Cokelat" yaitu sebagai kue yang dihidangkan oleh mayoritas masyarakat hanya pada musim tertentu saja. Sedangkan produk substitusi praline "Waroeng Cokelat" yaitu praline dengan isi kismis yang diproduksi oleh Death By Cholate dan praline dengan isi buah-buahan yang diproduksi oleh Montaro. Produk substitusi cookies ini memiliki perbedaan dalam penggunaan bahan baku, namun produk cookies dan praline ini mudah diproduksi oleh siapa saja, baik usaha kecil informal/formal, usaha menengah hingga usaha besar. Sehingga keberadaan produk-produk tersebut ditengah masyarakat perlu mendapatkan perhatian dari "Waroeng Cokelat", karena tidak menutup kemungkinan pelanggan "Waroeng Cokelat" beralih ke produk tersebut.
c) Kekuatan Tawar Pembeli/Konsumen
Pembeli mempengaruhi industri melalui kemampuan mereka untuk menekan turunnya harga, permintaan terhadap kualitas atau jasa yang lebih baik dan memainkan peran untuk melawan satu pesaing dan lainnya. Kualitas produk dan pelayanan, informasi produk, jumlah pembeli, serta kemudahan konsumen
beralih ke produk pesaing yang sejenis maupun substitusinya adalah faktor-faktor yang berpengaruh kuat terhadap kekuatan tawar-menawar pembeli.
Pembeli produk cookies "Waroeng Cokelat" terkonsentrasi di wilayah Bogor dan Jakarta, sedangkan produk praline hanya di wilayah Bogor dan Bandung. Penjulan produk "Waroeng Cokelat" dilakukan dengan cara menjual langsung di rumah produksi melalui tangan penyalur dan menawarkan langsung melalui pameran-pameran. Sistem penjualan yang ditawarkan langsung di rumah produksi yaitu di Jalan Anggada I no.2 Perumahan Indrapasta, kenyamanan pelanggan saat membeli sangat penting untuk ditingkatkan. "Waroeng Cokelat" melayani sistem delivery order dengan minimal pesanan sebanyak lima lusin dan waktu pengiriman untuk sistem pemesanan ini ditentukan oleh pihak "Waroeng Cokelat".
Harga yang ditawarkan"Waroeng Cokelat" tidak dapat diturunkan lagi karena harga yang diberikan kepada distributor (dengan minimal pembelian sebesar lima lusin) berbeda dengan pembelian produk "Waroeng Cokelat" per toples. Sehingga kekuatan tawar-menawar dari pihak pembeli dapat dikatakan tidak kuat. Meskipun demikian, permintaan akan produk "Waroeng Cokelat" selalu meningkat, hal tersebut dapat dilihat dari kepuasan pelanggan akan kualitas yang ditawarkan "Waroeng Cokelat", baik rasa maupun harga produk yang terjangkau, sehingga mendapatkan respon yang baik dari pelanggan "Waroeng Cokelat". Hal tersebut menyebabkan pelanggan selalu ingin membeli kembali produk "Waroeng Cokelat". Hubungan yang baik antara "Waroeng Cokelat" dengan pelanggan yang telah terjalin dapat mempertahankan posisi tawar produk "Waroeng Cokelat". Pemilik senantiasa menjaga kualitas produk, pelayanan dan kenyaman pelanggan dalam membeli, agar tidak berpaling pada produk pesaing. d) Kekuatan Tawar Penjual/Pemasok
Pemasok memiliki peran yang sangat signifikan bagi tiap perusahaan sebagai mitra usahanya. Seperti diketahui bahwa tidak banyak perusahaan yang menguasai sendiri sumber-sumber suplai bahan mentah dan bahan baku untuk diolah lebih lanjut dalam proses produksi. Oleh karenanya terdapat ketergantungan antara satu perusahaan yang menghasilkan satu produk tertentu dengan pemasoknya.
"Waroeng Cokelat" telah memiliki pemasok tetap untuk baku utama cokelat. Bahan baku cokelat diperoeh dari distributor PT Gandum Mas Kencana dan PT Mero Sekawan Jaya. Pemasok khusus bahan baku cokelat memiliki kekuatan tawar yang kuat, karena "Waroeng Cokelat" hanya bergantung pada dua pemasok tersebut. Hal ini disebakan karena sistem pembayaran yang dilakukan oleh kedua pemasok tersebut menggunakan perjanjian sebelumnya, yaitu dibayar satu bulan setelah pengiriman bahan baku. Alasan ini yang menyebabkan "Waroeng Cokelat" loyal terhadap kedua pemasok tersebut. Sedangkan untuk bahan baku tambahan didapatkan dari Toko Kota Jaya, Pasar Anyar Bogor. Namun jika kebutuhan akan bahan baku tambahan di pemasok ini tidak dapat terpenuhi seluruhnya, maka "Waroeng Cokelat" mencari bahan baku yang kurang tersebut di pemasok lain. Sehingga pemasok untuk bahan tambahan ini tidak memiliki posisi tawar yang begitu kuat bagi "Waroeng Cokelat".
e) Persaingan Diantara Perusahaan Sejenis
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinkes Kota Bogor untuk tahun 2007 terdaftar 35 usaha industri rumah tangga dengan usaha sejenis. Namun terdapat beberapa pesaing "Waroeng Cokelat" yang tidak masuk dalam daftar industri rumah tangga di Diskes, sehingga usaha tersebut tergolong pada usaha informal atau usaha sejenis yang muncul pada musim tertentu saja. Selain itu, usaha sejenis "Waroeng Cokelat" yang menghasilkan produk sejenis, untuk produk cookies yaitu Breadtalk dan Amanda, sedangkan untuk produk praline yaitu Davinda Cokelat, My Chocolate, Alya Cokelat, Death By Chocolate dan Montaro. Hal tersebut disebabakan karena rendahnya hambatan untuk memasuki usaha ini, sehingga mendorong pengusaha baru yang sejenis masuk dalam usaha tersebut.
Target pasar yang dipilih oleh "Waroeng Cokelat" sejak awal berdiri yaitu kalangan menengah ke bawah, dengan strategi harga yang ditawarkan oleh "Waroeng Cokelat" bersaing dengan para pesaingnya. Keberadaan usaha dalam persaingan antar usaha cookies dan praline cukup kuat terutama pada musim tertentu, hal ini terlihat dari eksistensi "Waroeng Cokelat" dalam mengembangkan usahanya.
6.2 Analisis Lingkungan Internal
Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung pada perusahaan. Analisis faktor internal merupakan proses identifikasi terhadap faktor kelemahan dan kekuatan dari dalam perusahaan. Lingkungan internal dapat dianalisis dengan menggunakan analisis pendekatan fungsional, yaitu analisis yang dilakukan pada masing-masing fungsi dalam perusahaan dengan mengkaji manajemen, pemasaran, keuangan, kegiatan produksi dan operasi serta sumber daya manusia. 6.2.1 Manajemen
Manajemen merupakan pihak yang menerapkan fungsi-fungsi yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf dan pengendalian. "Waroeng Cokelat" saat ini telah memiliki visi, misi dan tujuan yang merupakan pedoman dalam mengembangkan usahanya. Meskipun usaha kecil, "Waroeng Cokelat" telah melakukan perencanaan. Namun perencanaan yang dilakukan tidak melibatkan para pekerja, karena wewenang masih tersentralisasi pada sumberdaya pemilik sebagai pihak eksekutif, sehingga keputusan perencanaan tersebut hanya diambil berdasarkan pertimbangan pemilik "Waroeng Cokelat" saja.
Pada organisasi "Waroeng Cokelat", posisi manajemen ditempati langsung oleh pemilik. Posisi ini berwenang dalam mengambil keputusan strategis, baik itu pra produksi, produksi maupun pasca produksi. Pemilik pun bertanggung jawab terhadap administrasi dan keuangan. Jika musim tertentu, seperti hari raya Idul