• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

3. Proses Produksi Karya Sastra

Dalam beberapa tahun terakhir, ekstrakurikuler Kopisaji telah menghasilkan beberapa buku, yang diterbitkan secara professional maupun tidak. Terhitung sejak pertama kali berdiri, Kopisaji telah menghasilkan 6 buku yang berisi tulisan siswa berupa kumpulan cerpen dan puisi. Buku yang telah diterbitkan antara lain adalah Rona, Alcatraz Cinta, dan Sangkar Emas (2010) pada periode

2007-2010; Pesan dari Surga (2011), Gending Jawa dan Sebutir Tasbih (2014), dan Darah Rasulan (2015) pada periode 2011-sekarang.

Buku-buku pada periode 2007-2010, buku diproduksi tanpa menggunakan ISBN, melainkan diproduksi secara independen sebagai bukti atas proses kreatif yang dilakukan Kopisaji. Contohnya pada produksi buku Sangkar Emas (2010), buku tersebut diproduksi untuk menghimpun cerpen-cerpen yang oleh siswa diikutkan dalam Lomba Cerpen Balai Bahasa Yogyakarta tahun 2010. Pada periode tersebut belum ada dana yang secara khusus dianggarkan untuk produksi buku, sehingga pendanaan atas buku tersebut dilakukan secara iuran dari anggota Kopisaji. Pada masa itu pula, siswa secara mandiri berusaha mencari tempat untuk mencetak buku yang sesuai dengan keinginan. Pencetakan buku pada masa itu juga dilakukan dalam jumlah yang terbatas.

Lain halnya produksi buku pada periode 2011-sekarang. Buku-buku yang diproduksi sudah memiliki ISBN dan diproduksi melalui kerjasama dengan penerbit, yaitu Penerbit Bimotry (2011, 2014) dan Penerbit Interlude (2015). Pada periode ini, buku-buku Kopisaji secara rutin dicetak sebanyak 100 eksemplar untuk kemudian dibagi kepada pihak-pihak yang telah didata sebelumnya. Sekolah juga telah memberikan pendanaan untuk memproduksi buku melalui mekanisme pengajuan proposal, disamping mengadakan iuran jika terdapat kekurangan dana. Produksi buku-buku pada periode 2011-sekarang secara khusus bertujuan sebagai sebuah monumen eksistensi dari hasil kegiatan siswa, dan secara umum sebagai produk yang memberi kebermanfaatan bagi orang lain. Proses produksi

buku-buku tersebut dilakukan untuk menghimpun tulisan yang dihasilkan oleh siswa selama mengikuti proses menulis di Kopisaji.

Karya yang dibukukan merupakan hasil tulisan siswa yang dihasilkan pada tahun ajaran sebelumnya, dan secara khusus ditulis untuk dimasukkan dalam antologi karya sastra. Proses produksi buku pun dapat dikatakan dimulai sejak proses penulisan karya mulai dilakukan. Biasanya pembina akan menentukan tema untuk kemudian dikembangkan sesuai kreativitas siswa. Selama proses penulisan, pembina memberikan layanan pembimbingan menulis dan menjadi rekan konsultasi bagi siswa.

Biasanya memang saya menghandle hampir semuanya ya. maksudnya untuk finishingnya ya. karena kadang-kadang kepala sekolah tidak punya cukup waktu, dan kadang-kadang saya harus membuat sambutan di buku juga saya. Tapi murid-murid sangat bisa diajak kerja sama jadi biasanya saya, “ Kamu yang

ngumpulin,” nanti kan saya yang mengedit” jadi mereka yang mengumpulkan terus membuat biodata mereka kumpulkan…

(Penggalan transkrip wawancara Esti Nuryani Kasam, Selasa 15 Maret 2016) Terdapat pembagian tugas dalam proses produksi buku di Kopisaji SMA Negeri 1 Wonosari. Pembagian tugas tersebut terdapat pada siswa dan pembina. Siswa bertugas sebagai pengumpul karya dan konten yang akan dimasukkan ke dalam buku, serta bertugas untuk mengurus administrasi pendanaan dari sekolah. Karya-karya dari siswa Kopisaji dikumpulkan menjadi satu untuk kemudian diserahkan kepada editor. Pengumpulan tersebut juga termasuk biodata dan foto penulis.

Siswa juga bertugas untuk mengurus pendanaan yang diperlukan untuk membiayai produksi buku. Siswa melakukan rapat secara berkala untuk menyusun proposal pengajuan dana dan mempersiapkan acara untuk launching buku yang diterbitkan. Proposal yang telah disusun kemudian diajukan kepada pihak sekolah

untuk diproses, dan setelah dana yang diajukan tersebut cair akan digunakan untuk membiayai produksi buku dan launching buku.

Gambar 7. Siswa Kopisaji melakukan rapat produksi dan launching buku secara mandiri (foto oleh Arif Wahyu Widodo, diambil hari Jumat tanggal 18 Maret 2016)

Pembina kegiatan bertugas untuk melakukan editing terhadap karya siswa yang telah dikumpulkan. Selain itu, pembina jugalah yang bertugas untuk mencari penerbit dan selanjutnya berurusan langsung dengan penerbit terpilih. Pembina terlibat diskusi langsung dengan penerbit untuk menentukan desain sampul dan tata letak buku, baik secara langsung maupun melalui perangkat telekomunikasi (telepon seluler dan surat elektronik).

Gambar 8. Pembina Kopisaji berkoordinasi dengan siswa mengenai produksi karya sastra yang sedang dilakukan (foto oleh Arif Wahyu Widodo, diambil hari Jumat tanggal 22 April 2016)

Pembina juga bertugas untuk melakukan negosiasi biaya penerbitan, dan secara berkala melaporkan kepada siswa Kopisaji. Koordinasi antara pembina dan siswa dilakukan sebelum kegiatan ekstrakurikuler dimulai. Dari koordinasi yang terjalin antara pembina dan siswa tersebut, akan diputuskan hal-hal yang sekiranya perlu ditindaklanjuti. Dari hal tersebut, dapat dikatakan bahwa peran pembina cukup dominan dan penting dalam proses produksi buku yang dilakukan oleh ekstrakurikuler Kopisaji.

Setelah selesai diproduksi, buku tersebut kemudian dilaunching dengan tujuan untuk memperkenalkan secara resmi bahwa buku tersebut telah diterbitkan. Acara lauching buku tersebut diselenggarakan pada bulan Mei atau pada akhir semester genap. Berbagai pihak seperti Dinas Pendidikan, Perpustakaan Daerah,

sekolah-sekolah lain, guru-guru MGMP, dan siswa peserta lomba cerpen diundang untuk menghadiri acara launching.

Gambar 9. Launching buku antologi sastra Kopisaji tahun 2014 di aula SMA Negeri 1 Wonosari (foto diambil dari laman krjogja.com) Dalam hal ini produksi karya sastra yang dilakukan oleh Kopisaji telah sesuai sebagaimana yang disampaikan Wolff (dalam Faruk, 2014:107) mengenai kondisi produksi karya sastra. Penggunaan teknologi email dan percetakan telah mempermudah proses produksi antologi sastra oleh Kopisaji. Email mempermudah komunikasi serta kirim-mengirim berkas konten buku, sedangkan mesin percetakan mempermudah produksi buku dalam waktu singkat. Kondisi lembaga sosial terlihat pada keberadaan Kopisaji sebagai UKK sastra yang secara rutin memiliki program penerbitan buku dan mendapatkan dukungan dari pembina yang kompeten di bidang sastra. Kondisi mediasi sosial dan historis terlihat pada ketersediaan penerbit yang mau untuk menerbitkan karya siswa dari sebuah kelompok yang telah memiliki reputasi mengenai produksi karya sastra.

Dokumen terkait