• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Proses Terjadinya Gempa

Untuk terjadinya suatu gempa bumi diperlukan beberapa syarat, antara lain:

a. Gerakan relatif dari lempeng tektonik atau blok-blok lempeng tektonik, b. Pembangunan stress, dan

c. Pelepasan energy.

Menurut teori patahan (theory fructure) bahwa pada waktu terjadinya gempa bumi akan dilepaskan sejumlah energi tertentu akibat patahan yang terjadi secara tiba-tiba dan gelombang seismik yang dipancarkan dapat dirasakan oleh alat seismograf, jadi dapat diketahui bahwa gempa bumi adalah hasil pelepasan energi dari suatu patahan kerak bumi dimana patahan itu merupakan sumber gempa.

9 Gempa bumi yang sering menimbulkan kerugian dan korban adalah gempa bumi tektonik. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pergeseran lempeng-lempeng tektonik. Menurut teori lempeng-lempeng tektonik kerak bumi terpecah-pecah menjadi bagian yang disebut lempeng (plate bumi). Di bumi terdapat tujuh lempeng besar (Mega Plate) di antaranya: lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, lempeng Indo-Australia, lempeng Antartika, lempeng Amerika, lempeng Nazca, dan lempeng Afrika.

Lempeng-lempeng tersebut bergerak dengan arah dan kecepatan berbeda. Menurut teori konveksi pergerakan lempeng-lempeng ini disebabkan oleh arus konveksi. Bumi ini tersusun oleh dua bagian yaitu lithosfer dan Astherosfer. Asthenosfer bersifat fluida yang kental dan mempunyai densitas lebih kecil dan bersuhu tinggi. Lithosfer mempunyai densitas lebih besar dan bersifat kaku serta mudah patah, karena gerakan perputaran bumi secara terus menerus maka pada asthenosfer yang bersuhu tinggi timbul arus. Arus ini disebut arus konveksi. Arus ini selalu bergerak dari tekanan tinggi ke tempat tekanan yang rendah. Gerakan dari asthenosfer akan menggerakan lithosfer yang berada di atasnya. Maka lithosfer yang berupa lempeng-lempeng tersebut akan bergerak.

Menurut sumber terjadinya gempa, gempa bumi dikelompokkan menjadi: 1. Gempa tektonik adalah gempa bumi yang berasal dari pergeseran

lapisan-lapisan batuan sepanjang bidang sesar di dalam bumi.

2. Gempa vulkanik adalah gempa bumi yang berasal dari gerakan magma karena aktifitas gunung api.

10 karena aktifitas runtuhan pada daerah pertambangan atau daerah tanah longsor.

4. Gempa buatan adalah getaran gempa bumi yang terjadi karena adanya aktivitas manusia di kulit bumi yang menyebabkan getaran yang cukup kuat.

Berdasarkan kedalaman sumber gempa, gempa bumi dikelompokkan menjadi:

1. Gempa bumi dangkal, dimana kedalaman hiposenternya kurang dari 66 km di bawah permukaan bumi.

2. Gempa bumi menengah, dimana kedalaman hiposenter antara 66 km-450 km di bawah permukaan bumi.

3. Gempa bumi dalam, dimana kedalaman hiposenternya lebih dari 450 km di bawah permukaan bumi.

Titik di dalam bumi dimana gempa terpusat dinyatakan dengan lintang, bujur, dan kedalaman di bawah permukaan disebut fokus atau hypocenter. Sedangkan titik di permukaan bumi vertikal diatas fokus merupakan epicenternya. Terjadinya gempa bumi biasanya diiringi oleh beberapa macam goncangan, diantaranya:

a. Foreshock

Deretan goncangan yang terjadi sebelum gempa bumi, tak ada tanda-tanda berapa lama gempa akan terjadi setelah foreshock ini.

b. Aftershock

Deretan goncangan yang terjadi setelah gempa bumi. Dapat terjadi selama berbulan – bulan.

11 c. Swarm

Sejumlah besar goncangan kecil tanpa ada gempa bumi utama. Berdasarkan kekuatan, gempa bumi diklasifikasikan menjadi:

1. Gempa sangat besar, M > 8,0 2. Gempa besar, 7,0 < M < 8,0 3. Gempa sedang, 4,5 < M < 7,.0 4. Gempa mikro, 1,0 < M < 4,5 Dimana M adalah magnitude

Skala – Skala Kekuatan Gempa Bumi

Konsep kekuatan gempa bumi pertama kali diperkenalkan oleh C.F. Richter pada tahun 1935 dengan mengusulkan skala kekuatan logaritma yang lazim disebut sebagai Skala Richter. Ada dua macam skala gempa yang biasa digunakan sebagai ukuran kekuatan gempa bumi:

a. Skala Kekuatan Gempa (Magnitudo)

Magnitudo gempa bumi merupakan jumlah energi yang dilepaskan di pusatnya dan di ukur dengan satuan Skala Richter. Skala ini dikembangkan oleh seorang ahli seismologi bernama Charles Richter. Dalam penentuannya skala ini dapat dikonversi dari jarak episenter. Peningkatan satu satuan skala sebanding dengan peningkatan 30 kali energi yang dilepaskan di pusatnya. Dapat dibayangkan jika satu gempa bumi dengan magnitudo 7,5 Skala Richter akan melepaskan 30 kali lebih banyak energi dibandingkan dengan satu gempa dengan magnitudo 6,5 Skala Richter. Magnitudo yang paling kecil yang masih bisa dirasakan oleh manusia adalah 3,5 Skala Richter.

12 Jenis gempa berdasarkan kekuatan gempa (magnitudo), terdiri atas:

a. Gempa sangat besar (great earthquake), yaitu gempa bumi dengan magnitudo > 8 Skala Richter.

b. Gempa besar (major earthquake), yaitu gempa bumi dengan magnitudo 7 sampai dengan 8 Skala Richter.

c. Gempa sedang (moderate earthquake), yaitu gempa bumi dengan magnitudo antara 5 sampai dengan 7 Skala Richter.

d. Gempa kecil (small earthquake), yaitu gempa bumi dengan magnitudo 3 sampai 5 Skala Richter.

e. Gempa mikro (micro earthquake), yaitu gempa bumi dengan magnitudo antara 1 sampai 3 Skala Richter.

b. Skala Intensitas Gempa

Bersifat lebih subyektif. Intensitas gempa bumi merupakan skala kedua yang dipakai dalam menyatakan sebuah gempa bumi. Skala intensitas menunjukan tingkat kerusakan di permukaan bumi. Skala ini dikembangkan oleh Mercalli pada tahun 1902, seorang ahli seismologi dari Italia dan sekarang lebih dikenal dengan skala Mercalli yang dimodifikasi, digunakan untuk menggambarkan intensitas pengaruh gempa bumi terhadap manusia berdasarkan goncangan (goyahnya bangunan), pecahnya kaca, retaknya tanah, larinya orang–

orang keluar. Bangunan dan permukaan bumi dalam satuan angka dari I sampai XII. Skala lain yaitu Medvedev – Sponhever – Karnik yang lebih familiar digunakan di Eropa dan Skala Rossi Forrel. Berdasarkan kedalaman sumber gempa, di Indonesia terdiri dari :

13 a. Gempa dangkal (shallow earthquake), yaitu gempa bumi dengan

kedalaman 0 – 65 km.

b. Gempa menengah (intermediate earthquake), yaitu gempa bumi dengan kedalaman 66 – 450 km.

c. Gempa dalam (deep earthquake), yaitu gempa bumi dengan kedalaman > 450 km.

Secara lebih rinci skala tersebut dinyatakan sebagai berikut: A. Skala Rossi – Forrel (1874 – 1878)

a. Terekam oleh Instrumen.

b. Dirasakan sejumlah kecil manusia dalam keadaan diam. c. Dirasakan cukup kuat beberapa orang dalam keadaan diam. d. Dirasakan dalam sejumlah orang dalam keadaan bergerak.

e. Umumnya dirasakan setiap orang, membunyikan lonceng dan menggerakkan perabot.

f. Membangunkan yang tidur, membunyikan lonceng dan menghentikan gerak jam.

g. Kepanikan, membunyikan lonceng, menjatuhkan yang tergantung. h. Meretakkan dinding bangunan.

i. Merusakkan sebagian atau keseluruhan bangunan. j. Bencana besar, meruntuhkan gunung.

B. Skala Richter

Dibuat oleh Charles Richter (1935) 1 – 8,8 skala (Skala Logarima). Dasar kerja skala ini adalah dengan pengukuran amplitudo maksimum gelombang

14 seismik pada jarak 161 km, dengan mengukur perbedaan waktu tempuh gelombang P dan gelombang S. Kemudian ditambahkan faktor empiris (berdasarkan kenyataan melemahnya gelombang saat menjauhi fokus).

Tabel 2.1 Skala Richter dan Pembandingnya

Skala Richter Peningkatan Kekuatan Energi yang dibebaskan - ledakan TNT

1 1 170 g 2 10 6 kg 3 100 179 kg 4 1000 5 metric ton 5 10000 179 metric ton 6 100000 5643 metric ton 7 1000000 179100 metric ton 8 10000000 5463000 metric ton C. Skala Mercalli

Diciptakan oleh seismologist Italia, Guisseppe Mercalli pada tahun 1902 dan dimodifikasi oleh seorang ahli seismologi Amerika sehingga menjadi suatu skala absolut.

Dokumen terkait