PENGANTAR EKONOMI MANAJERIAL UNTUK RUMAH SAKIT
7.3 Prospek Aplikasi Ekonomi Manajerial dalam Sektor Rumah Sakit
Keputusan perubahan tarif bangsal VIP hanya merupakan salah satu aplikasi ilmu ekonomi manajerial dalam manajemen rumah sakit. Penggunaan ekonomi manajerial berkaitan erat dengan kemampuan dan wewenang pengambilan keputusan yang dimiliki oleh manajemen rumah sakit yang dipimpin oleh direkturnya. Tanpa wewenang maka suasana keputusan akan cenderung birokratis.
Aplikasi ekonomi manajerial dalam rumah sakit mempunyai berbagai konsep dan isu dasar yang mempengaruhinya. Satu kata kunci yang sangat penting dalam aplikasi ekonomi dan ekonomi manajerial rumah sakit adalah posisi "laba" (profit) dalam tujuan rumah sakit. Secara tradisional, sebagai organisasi normatif yang bersifat sosial maka laba merupakan hal yang tidak lazim ditemui dalam manajemen rumah sakit, khususnya rumah sakit pemerintah.
Pertanyaan yang terus akan dibahas dalam buku ini adalah dalam perubahan menjadi organisasi sosial-ekonomi, apakah laba merupakan hal yang harus dijauhi rumah sakit? Dalam bab ini telah ditekankan bahwa suatu organisasi yang mengandung sifat ekonomi, posisi laba sangat penting. Para ekonom secara umum mendefinisikan laba sebagai kelebihan penerimaan atas biaya-biaya yang digunakan
dalam usaha. Dalam konteks manajemen rumah sakit, kelebihan pembayaran ini dapat dipergunakan untuk berbagai hal seperti usaha pengembangan rumah sakit dan peningkatan insentif untuk bekerja. Jika laba merupakan hal yang harus dijauhi maka perlu kemampuan subsidi yang besar guna pelayanan rumah sakit. Dalam hal ini konsep campuran antara lembaga usaha dan sosial perlu diperhatikan.
Di masa depan, penggunaan konsep ekonomi akan semakin relevan diperhatikan karena terjadi kecenderungan dalam sektor rumah sakit hal-hal: (1) keterbatasan subsidi untuk rumah sakit; (2) struktur pasar rumah sakit yang semakin kompetitif; dan (3) adanya kebijakan desentralisasi pelayanan kesehatan dan otonomi rumah sakit.
Keterbatasan subsidi untuk pelayanan rumah sakit dipro-yeksikan akan semakin ketat. Dalam hal ini pelayanan rumah sakit dibanding misalnya dengan pelayanan penyakit menular, lebih bersifat sebagai private-goods. Hal ini berarti bahwa subsidi pemerintah sebaiknya lebih diarahkan pada program pemberantasan penyakit menular atau pelayanan kesehatan yang lebih bersifat public goods. Dengan pengertian ini maka timbul pertanyaan lebih lanjut: apakah pelayanan rumah sakit merupakan suatu hak yang dimiliki oleh masyarakat? ataukah merupakan komoditas dagang? Sejarah yang akan membuktikan nanti. Bagian V akan membahas masalah ini secara lebih mendalam. Patut dicatat bahwa saat ini telah banyak rumah sakit yang telah tegas-tegas menempatkan pelayanan rumah sakit sebagai komoditas dagang.
Kecenderungan kedua yang memicu penggunaan ilmu ekonomi dalam sektor kesehatan adalah struktur pasar rumah sakit. Perkem-bangan saat ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia menganut paham yang mendorong penerapan prinsip-prinsip pasar ke dalam pelayanan kesehatan. Paham ini sejalan dengan situasi yang terjadi pada perekonomian dunia. Paham yang mengacu pada sosialisme ataupun "negara kesejahteraan" semakin tidak mendapat tempat karena keterbatasan anggaran pemerintah. Sejarah perkembangan ekonomi telah menunjukkan hal ini. Negara-negara yang mengacu pada paham negara yang mengatur, satu per satu meninggalkan
konsep tersebut dan menggunakan sistem pasar. Dengan mengacu pada pasar, diharapkan akan terjadi kompetisi antarrumah sakit yang akan menghasilkan efisiensi. Berbagai usaha yang dapat meningkat-kan "efisiensi" dalam suasana yang kompetitif adalah:
1. Keuntungan merupakan tujuan utama, sehingga rumah sakit berusaha menekan ongkos produksi sekecil mungkin. Akan tetapi, harus diingat bahwa ongkos produksi yang kecil mungkin tidak memperhitungkan ongkos sosial.
2. Tidak dijumpai peraturan-peraturan yang menghambat modal asing masuk dan menyelenggarakan rumah sakit.
3. Para pemakai jasa rumah sakit semakin mendapat informasi mengenai pelayanan yang diterimanya. Dengan demikian, mereka dapat memilih yang terbaik dan sesuai dengan pilihannya.
Paham ini masih dapat diperdebatkan. Apakah kompetisi yang ketat dapat menghasilkan "efisiensi"? Apa definisi efisiensi di sini? Pembahasan mengenai efisiensi ini akan dilakukan secara lebih mendalam pada Bagian V. Akan tetapi, kecenderungan sudah terjadi bahwa pasar rumah sakit semakin terbuka, termasuk untuk penanaman modal asing. Hasil akhirnya adalah pasar rumah sakit yang semakin kompetitif.
Faktor pemicu ketiga adalah kebijakan desentralisasi pengam-bilan keputusan keuangan dan otonomi rumah sakit. Berdasarkan peraturan ICW, pengelolaan keuangan rumah sakit pemerintah di Indonesia bersifat sentralisasi. Dengan sifat ini maka keputusan penggunaan sumber daya ekonomi dapat terjadi tidak berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomi. Terjadi apa yang disebut sebagai lingkaran setan “kemandegan” pengembangan rumah sakit pemerintah. Dengan otonomi rumah sakit yang mengarah pada desen-tralisasi pengambilan keputusan keuangan, maka dapat disimpulkan bahwa aplikasi ekonomi manajerial dalam sektor rumah sakit akan semakin relevan. Akan tetapi, saat ini berbagai kebijakan pemerintah berusaha merubah kebijakan ICW tersebut, dengan adanya Perjanisasi RSUP, dan berkembangnya Lembaga Teknis Daerah untuk RSD yang mengacu pada prinsip otonomi.
PENUTUP
Dapat disimpulkan bahwa prospek aplikasi ekonomi dan ekonomi manajerial akan semakin kuat pada sektor rumah sakit di Indonesia. Manajer rumah sakit diharapkan menyadari bahwa keputusan-keputusan manajemennya selalu membutuhkan analisis dari sudut pandang ilmu ekonomi. Dengan menggunakan alat dan konsep ekonomi termasuk ekonomi manajerial maka keputusan yang diambil dapat lebih optimal mengingat keterbatasan sumber daya. Patut dicatat bahwa konsep-konsep ekonomi dan ekonomi manajerial tidak terbatas dipergunakan hanya oleh lembaga kesehatan for-profit. Konsep-konsep ekonomi dan ekonomi manajerial relevan untuk dipergunakan oleh rumah sakit, Puskesmas, bahkan juga Dinas Kesehatan.
Sebagai catatan akhir, ekonomi merupakan ilmu yang luas, sehingga pembahasan di Bagian II ini tidaklah cukup untuk mema-haminya secara mendalam. Bacaan ini lebih bersifat sebagai pengantar untuk membaca buku-buku ilmu ekonomi yang tersedia. Untuk memahami ekonomi mikro dan ekonomi manajerial secara lebih dalam, dianjurkan membaca berbagai buku teks mengenai ekonomi dan ekonomi manajerial.