BAB 2 TINJAUAN UMUM PT. KIMIA FARMA Tbk
2.6 Bidang Usaha
2.6.4 PT. Sinkona Indonesia Lestari
PT. Sinkona Indonesia Lestari mempunyai jalur usaha Manufaktur dan Pemasaran. PT. Sinkona Indonesia Lestari (SIL) berdiri di kawasan hijau perkebunan teh milik PTPN VIII di Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Perusahaan yang bergerak di bidang industri garam kina dan derivatnya ini diresmikan oleh Menteri Pertanian RI dan Menteri Kesehatan RI pada 31 Agustus 1991.
Saham PT. SIL saat ini dimiliki oleh tiga pemegang saham yaitu PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, PTP Nusantara VIII dan Yayasan Kartika Eka Paksi dimana PT. Kimia Farma (Persero) Tbk merupakan pemegang saham mayoritas dengan 56% saham. Pemasaran produk hampir 100% ke luar negeri, sehingga untuk tetap dapat bersaing di pasar global, sejak tahun 1996 SIL telah menerapkan SMM ISO 9002 : 1994 dan tahun 1999 menerapkan SML ISO 14001 : 1996 dengan sertifikasi PT SGS Indonesia. Selanjutnya sertifikasi sistem-sistem manajemen tersebut diperbaharui hingga saat ini menjadi SMM ISO 9001 : 2008 dan ISO 14001 : 2004. Selain SMM dan SML, SIL mendapatkan pula sertifikat CPOB dari Badan POM, Halal dari MUI dan Kosher dari London Beth Din.
TINJAUAN KHUSUS
UNIT RISET DAN PENGEMBANGAN PT. KIMIA FARMA Tbk.
3.1 Latar Belakang Berdirinya Unit Riset dan Pengembangan
Kegiatan penelitian dan pengembangan pada mulanya dilakukan oleh setiap unit produksi PT. Kimia Farma Tbk. Seiring berjalannya waktu, dilakukan pemusatan kegiatan penelitian dan pengembangan tersebut. Hal ini dikaitkan dengan adanya perubahan pola konsumsi di tengah masyarakat dan persaingan pasar sehingga diperlukan penelitian dan pengembangan secara terpadu dan terfokus dari seluruh unit produksi untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat terhadap obat. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka PT. Kimia Farma Tbk. membangun Divisi Riset dan Teknologi di bawah Direktorat Produksi pada tanggal 19 Juni 1991 yang berlokasi di Jalan Cihampelas Nomor 5 Bandung (PT. Kimia Farma Tbk., 1999). Pada tahun 2003 bersamaan dengan perubahan struktur organisasinya, divisi ini berubah menjadi Unit Riset dan Pengembangan (Unit Risbang) (Direksi PT. Kimia Farma Tbk., 2009).
3.2 Visi dan Misi
3.2.1 Visi (PT. Kimia Farma Tbk., 2013)
Menjadi unit yang menghasilkan produk unggulan yang bermutu, inovatif dan kompetitif di pasar
3.2.2 Misi (PT. Kimia Farma Tbk., 2013)
a. Mengembangkan produk baru farmasi, bahan baku kimia dan bahan baku obat alami unggulan yang bermutu, berkhasiat dan kompetitif di pasaran. b. Mengembangkan produk baru melalui kerja sama dengan lembaga
penelitian alam dan luar negeri.
c. Mengembangkan penelitian produk eksis di pabrik untuk meningkatkan mutu dan efisiensi.
d. Mengembangkan sumber daya manusia yang mempunyai akhlak tinggi, berkompetensi tinggi dalam kaidah-kaidah pengembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang berorientasi pasar.
3.3 Fungsi (PT. Kimia Farma Tbk., 2013)
a. Sebagai pusat penelitian produk baru dari bahan sintesis dan bahan alam melingkupi penyediaan bahan baku, formulasi, dan analisis.
b. Sebagai pusat penelitian renovasi produk eksis, bantuan teknis teknologi bagi unit lain, dan pengembangan berkelanjutan yang efisien dalam proses. c. Sebagai pusat pembuatan dokumen registrasi.
d. Sebagai pusat informasi produk dan perkembangan ilmu pengetahuan serta peraturan yang berhubungan dengan kefarmasian.
e. Sebagai koordinator kerja sama penelitian dengan institusi di luar PT. Kimia Farma Tbk.
3.4 Struktur Organisasi
Menurut SK. Dir. No 38/ DIR/ IX/ 2012 tanggal 18 September 2012, struktur organisasi Unit Risbang dipimpin oleh seorang manajer terdiri dari dua bagian yaitu Bagian Pengembangan Produk dan Bagian Pemastian Mutu. Kedua bagian ini dipimpin oleh asisten manajer. Bagian pengembangan produk membawahi sub bagian pengembangan produk farma, sub bagian pengembangan produk non farma, sub bagian pengembangan produk bioteknologi, dan sub bagian pengembangan tanaman obat. Sedangkan bagian pemastian mutu membawahi sub bagian pemastian mutu dan sub bagian sistem mutu.
Sub bagian Sumber Daya Manusia dan Umum serta Sub bagian Akuntansi dan keuangan berada langsung dibawah manajer. Setiap sub bagian dipimpin oleh supervisor. Sementara itu terdapat jabatan fungsional yang dalam hal ini adalah peneliti. Jabatan fungsional ini mempunyai kedudukan setara dengan asisten manajer. Struktur Organisasi Divisi Pengembangan Bisnis Strategi PT. Kimia Farma Tbk. dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.4.1 Bagian Pengembangan Produk
Bagian Pengembangan Produk memiliki tugas dan fungsi, antara lain menciptakan produk baru dengan mengembangkan formula dari zat aktif bahan sintesis atau bahan alam, mengerjakan reformulasi produk yang sudah ada atau sudah eksis, dan melakukan bantuan teknis baik untuk internal maupun eksternal PT. Kimia Farma Tbk.
Pengembangan produk baru dilaksanakan berdasarkan ide yang diusulkan oleh Unit Risbang, Unit Marketing, Unit Produksi, Direksi PT. Kimia Farma Tbk., maupun program Pemerintah yang kemudian diajukan dalam rapat koordinasi yang dinamakan rapat produk baru. Sedangkan untuk penelitian tiap tahun dituangkan dalam RKAP, dan reformulasi produk eksis berasal dari pemintaan pabrik.
Bagian Pengembangan Produk mempunyai empat sub bagian yaitu Sub Bagian Pengembangan Produk Farma, Sub Bagian Pengembangan produk Non Farma, Sub Pengembangan Produk Bioteknologi, dan Sub Bagian Pengembangan Tanaman Obat.
3.4.1.1 Sub Bagian Pengembangan Produk Farma
Proses pengembangan produk diawali dengan preformulasi. Formulator melakukan studi literatur mengenai zat aktif dan zat tambahan yang akan digunakan, juga tentang bentuk sediaan yang akan dibuat serta fasilitas pabrik yang akan memproduksinya.
Sebelum membuat rancangan formula, dilakukan uji interaksi antar zat yang digunakan. Uji interaksi dilakukan dengan mencampur bahan aktif dan bahan tambahan dengan perbandingan 1:5 kemudian campuran ini disimpan pada suhu ruang dan 40oC selama beberapa waktu (hingga 3 bulan). Campuran ini diperiksa ada tidaknya interaksi yang muncul. Uji interaksi dilakukan untuk semua bahan tambahan. Pemeriksaan terhadap hasil uji interaksi terbatas pada pengamatan fisik saja.
Formula alternatif dirancang berdasarkan hasil preformulasi dan hasil uji interaksi. Formula-formula tersebut dibuat dalam skala laboratorium. Sediaan yang baik dan memenuhi spesifikasi secara fisik diserahkan ke Subunit Pengembangan Metode Analisis dan Validasi untuk dievaluasi. Jika hasil analisis
menunjukkan sediaan tersebut dapat memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan, selanjutnya dilakukan validasi proses pembuatan skala laboratorium.
Setelah dipilih formula yang terbaik, tahap berikutnya yang dilakukan adalah uji stabilitas. Uji yang dilakukan adalah uji stabilitas dipercepat, dilakukan pada suhu 40±2oC dengan RH 75±5%. Uji dilaksanakan selama enam bulan. Sediaan yang stabil selama minimal 1 tahun kemudian dibuat dalam skala pilot dan divalidasi proses pembuatannya. Selanjutnya, dilakukan uji stabilitas jangka panjang, dilakukan pada suhu 30±2oC dengan RH 75±5%. Uji dilakukan selama 5 tahun.
Beberapa jenis obat disyaratkan oleh Badan POM untuk diuji ekuivalensi atau bioavailabilitas dan uji bioekuivalensi (Uji BA/BE). Jika sediaan yang dibuat termasuk dalam obat yang harus diuji ekuivalensi, maka sediaan tersebut dapat diuji ekuivalensi bersamaan dengan pendaftaran pra registrasi, dengan syarat uji ekivalensi harus selesai pada pendaftaran registrasi tersebut.
Ada beberapa dokumen dan laporan yang harus dibuat oleh Subunit Formulasi, antara lain Catatan Pengolahan/ Pengemasan Bets (CPB), protokol validasi, laporan validasi, dan dokumen pengembangan formula. Dokumen dan laporan tersebut digunakan untuk melengkapi dokumen registrasi. Jika sediaan telah mendapatkan nomor izin edar, maka tahap selanjutnya adalah pembuatan skala produksi yang dilakukan di Unit Produksi. Tiga bets pertama dari skala produksi sediaan tersebut dalam pembuatannya masih didampingi dan merupakan tanggung jawab Unit Pengembangan Produk Farma.
3.4.1.2 Sub Bagian Pengembangan Produk Non Farma
Sub bagian Pengembangan Produk Non Farma melakukan kegiatannya di Laboratorium Ekstraksi bahan Alam (EBA). Sub bagian ini terdiri dari dua unit yaitu budidaya dan penyediaan bahan alam serta laboratorium atau pilot ekstraksi bahan alam. Sasaran Sub bagian Pengembangan Produk Non Farma adalah: a. Perbaikan proses produksi yang eksis di pabrik, yaitu memperoleh teknologi
proses yang efisien.
b. Pengembangan produk dari produk yang eksis di pabrik, yaitu memperoleh produk kimia dan bahan alam yang bermutu dan efisien yang berasal dari produk yang sudah ada;
c. Perolehan produk dan proses baru, yaitu memperoleh produk baru kimia dan bahan alam bermutu dan efisien sebagai bahan baku farmasi, produk penunjang pertanian, dan produk pengolahan limbah
d. Pelayanan kebutuhan ekstrak, yaitu melayani kebutuhan bahan alam dan proses bahan alam baik untuk internal maupun eksternal Kimia Farma. Terdapat tiga fasilitas yang menunjang budidaya tanaman di Unit Risbang PT. Kimia Farma Tbk., yaitu Kebun Tanaman Obat Bintang di Cianjur seluas 500 Ha, Kebun Percobaan Banjaran di Bandung seluas 5 Ha, dan laboratorium kultur jaringan. Bagian budidaya tanaman memiliki dua target dalam pelaksanaannya yaitu menghasilkan kuantitas tanaman yang maksimal dan kualitas tanaman yang memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan (kadar zat identitas maksimal).
Sebelum melakukan budidaya tanaman, dilakukan studi literatur meliputi pencarian informasi nomenklatur tanaman, bagian tanaman yang digunakan, khasiat, dan kandungan kimia. Lalu pada pembudidayaan tanaman, diaplikasikan teknologi budidaya mulai saat pembibitan, penanaman (meliputi kondisi tanah, perlakukan jarak tanam, pemupukan, dan kondisi lain), pemeliharaan (meliputi pemupukan dan penyiraman), panen (meliputi cara panen dan umur panen), serta pascapanen (meliputi penyimpanan tanaman segar, pengeringan menjadi simplisia, dan pengemasannya).
Bagian laboratorium atau pilot ekstraksi bahan alam bertanggung jawab dalam pembuatan bahan baku dari bahan alam berupa ekstrak atau isolat untuk kepentingan penelitian atau produksi. Dalam pelaksanaannya terdapat tiga target yaitu kualitas memenuhi standar mutu, kuantitas maksimal (rendemen maksimal), layak secara teknik (dapat diaplikasikan skala industri), ekonomis (biaya relatif rendah), dan ramah lingkungan (relatif tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan).
Sebagian besar ekstraksi dilakukan dengan metode refluks. Ekstrak yang dihasilkan disampling untuk dihitung kadarnya, kemudian disaring dan ditampung sebelum dipekatkan. Pemekatan ekstrak dilakukan dengan menggunakan metode pemanasan dan destilasi etanol. Setelah didapatkan ekstrak pekat, dilakukan sampling kembali sebelum diserahkan ke bagian produksi.
3.4.2 Bagian Pemastian Mutu
Bagian Pemastian Mutu mempunyai fungsi dan tugas untuk mencari atau meneliti metode analisis yang valid untuk produk-produk yang dikembangkan oleh Unit Risbang PT. Kimia Farma Tbk yang terdiri dari produk bahan kimia dan produk bahan alam, serta dan melakukan analisis produk-produk tersebut. Penelitian metode analisis dilakukan dengan studi literatur dan percobaan. Dicari metode analisis dari farmakope. Jika tidak ada, digunakan metode analisis yang berasal dari jurnal atau supplier. Metode analisis juga bisa diperkirakan dari metode analisis bahan yang memilki kesamaan atau analog. Penelitian metode analisis bahan alam lebih sulit karena beragamnya kandungan kimia dalam bahan alam.
Metode analisis yang terpilih kemudian divalidasi. Selanjutnya, dibuat prosedur tetap pengujian, prosedur tetap validasi, protokol validasi, serta dokumen stabilitas dan datanya, termasuk untuk bahan pembantu. Analisis yang dilakukan oleh bagian pemastian mutu antara lain:
a. Uji identifikasi bahan baku;
b. Uji stabilitas sediaan meliputi penetapan kadar dan pengamatan fisik; c. Uji disolusi dan uji disolusi terbanding.
d. Uji identifikasi profil kromatografi lapis tipis;
e. Uji stabilitas sediaan meliputi penetapan kadar dan pengamatan fisik;
f. Uji mikrobiologi meliputi uji potensi sediaan antibiotik, uji sterilitas sediaan steril, dan uji Angka Lempeng Total (ALT).
Instrumen yang menunjang proses analisis di Subunit Analisis antara lain kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer infra merah, spektrofotometer serapan atom, kromatografi lapis tipis densitometer, potensiometer, alat uji disolusi, dan lain-lain. Alat-alat tersebut dikaliberasi secara berkala, yaitu antara enam bulan sampai setahun sekali oleh orang yang memiliki sertifikat kompetensi dalam bidang kalibrasi.
3.4.3 Sub Bagian Umum dan Sumber Daya Manusia
Bagian ini dipimpin oleh seorang supervisor yang membawahi beberapa bagian, yaitu Umum, Bagian Sumber Daya Manusia (SDM), Bagian Pemeliharaan dan Keamanan, Bagian Pengadaan, Bagian Gudang.
3.4.3.1 Pemeliharaan dan Keamanan
Bagian Pemeliharaan dan Bagian Keamanan bertugas melakukan pemeliharaaan dan menjaga keamanan gedung, laboratorium, rumah dinas, kendaraan dinas, kebun tanaman obat, kebun percobaan, dan instalasi listrik di PT. Kimia Farma Tbk. Unit Risbang.
3.4.3.2 Pengadaan
Bagian Pengadaan Unit Risbang PT. Kimia Farma Tbk. bertanggung jawab terhadap pengadaan barang dan jasa. Pengadaan barang yang dilakukan, antara lain bahan baku dan zat kimia, alat laboratorium, kemasan, barang teknik, dan barang lain-lain. Beberapa contoh bahan baku dan zat kimia yang diadakan adalah zat aktif obat, zat tambahan obat, zat kimia pro analisis, dan pelarut. Contoh pengadaan jasa yang dilakukan, antara lain jasa perbaikan alat laboratorium dan jasa perbaikan gedung.
Permintaan pengadaan barang diajukan oleh masing-masing subunit dan bagian dengan menggunakan Surat Permintaan Pemesanan Barang/Jasa (SPPBJ) ke Bagian Pengadaan. SPPBJ tersebut diisi oleh subunit atau bagian yang meminta dengan persetujuan penanggung jawab (asisten manajer atau supervisor) subunit atau bagian tersebut. Formulir juga harus mendapat persetujuan bagian keuangan dan akuntansi, serta dari Manajer Unit Risbang. Setelah SPPBJ mendapatkan persetujuan dari Manajer Unit Risbang untuk diadakan, selanjutnya Bagian Pengadaan mencari penawaran dari supplier.
Hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan supplier adalah kualitas barang, harga, ketepatan waktu pengiriman barang, dan jangka waktu pembayaran. Pengadaan barang atau jasa selain dari supplier juga bisa dari unit lain di PT. Kimia Farma Tbk. Contoh pengadaan dari unit lain adalah pengadaan bahan baku obat dari Unit Produksi. Permohonan pengadaan bahan baku ke PT. Kimia Farma unit produksi ini dilakukan langsung oleh pimpinan unit Risbang ke Manajer bagian Produksi. Bahan yang dimaksud dihitung sebagai barang pembebanan dan pembayarannya langsung diurus antar bagian akuntansi kedua perusahaan melalui NPI (Nota Pembebanan Intern).
Setelah supplier didapatkan, Bagian Pengadaan membuat Surat Pemesanan Barang atau Jasa (SPB) ke supplier. Untuk pembelian bahan baku impor,
pemesanan dilakukan melalui kantor pusat di Jakarta, namun pembebanan biaya tetap dikenakan kepada Unit Risbang.
3.4.3.3 Gudang
Bagian Gudang Unit Risbang PT. Kimia Farma Tbk. bertanggung jawab terhadap penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian barang yang datang ke Unit Risbang. Selain itu, Bagian Gudang juga bertanggung jawab dalam pengiriman barang dari unit Risbang ke unit lain di Kimia Farma. Barang yang sampai di gudang Unit Risbang diperiksa kesesuaiannya dengan SPPBJ, jika sudah sesuai dibuatkan Berita Acara Penerimaan Barang (BAPB).
BAPB tersebut kemudian diserahkan ke Bagian Keuangan dan Akuntansi untuk dicatat dan dibayarkan tagihannya ke supplier. Untuk bahan baku dan zat kimia, BAPB harus disertai Laporan Analisis (LA) yang menyatakan bahwa barang yang datang tersebut benar dan memenuhi spesifikasi yang dipesan. Barang yang datang juga diberi kode, antara lain menunjukkan subunit atau bagian yang meminta barang, bulan dan tahun permintaan barang, serta nomor urut permintaan barang.
Gudang Unit Risbang merupakan gudang transit. Hampir tidak ada barang yang disimpan di gudang. Barang yang datang langsung didistribusikan ke masing-masing subunit atau bagian yang meminta. Barang yang disimpan di gudang hanya alkohol 95% dan aquadest. Gudang tempat penyimpanan alkohol dibuat terpisah dari bangunan gedung Unit Risbang.
Pengiriman barang dari gudang Unit Risbang ke unit lain disertai dengan Surat Pengantar. Barang tersebut baru dapat dikirim jika Surat Pengantar tersebut telah ditandatangi oleh Bagian Gudang, Bagian Umum dan Administrasi Personalia, serta Manajer Unit Risbang. Contoh pengiriman barang yang dilakukan adalah pengiriman ekstrak kental tanaman ke Unit Produksi.
Barang yang masuk ke gudang dibedakan menjadi dua yaitu Barang Dagangan (BD) dan Barang Non Dagangan (BND). Barang Dagangan yaitu semua barang yang berperan dalam produksi suatu barang lain yang mempunyai nilai jual. Contoh Barang Dagangan adalah bahan baku dan bahan kimia, bahan kemasan, serta alat-alat lab. Sedangkan Barang Non Dagangan adalah barang lain
yang hasilnya tidak mempunyai nilai jual seperti kebutuhan rumah tangga, Alat Tulis Kantor (ATK), dan lain-lain.
3.4.4 Sub Bagian Akuntansi dan Keuangan
Bagian Keuangan dan Akuntansi terdiri dari Bagian Akuntansi dan Bagian Keuangan. Bagian Akuntansi bertanggung jawab untuk melakukan verifikasi keuangan dan memeriksa kelengkapan dokumen. Bagian Akuntansi membukukan semua biaya kegiatan di Unit Risbang, serta membuat laporan yang ditujukan kepada kantor pusat setiap bulannya dalam bentuk laporan neraca laba rugi dan
cash flow. Bagian Keuangan bertanggung jawab terhadap pembayaran penagihan
atas pengeluaran dana Unit Risbang, termasuk biaya pajak.
Unit Risbang hanya melakukan pengeluaran dana dan tidak ada dana pemasukan. Oleh karena itu, Unit Risbang disebut sebagai Cost Center. Permintaan dana dari Unit Risbang ke PT. Kimia Farma Tbk. dinyatakan dalam bentuk Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) yang dibuat setiap tahun. RKAP tersebut merupakan gabungan dari rencana kerja dari semua subunit dan bagian di Unit Risbang. RKAP dibuat berdasarkan rapat koordinasi dengan seluruh subunit dan bagian, kemudian dievaluasi oleh Bagian Keuangan. Setelah diketahui dan disetujui oleh Manajer Risbang, RKAP ini diserahkan ke kantor pusat untuk mendapatkan persetujuan direksi.
Laporan realisasi anggaran harus dibuat dan diserahkan kepada pihak manajemen kantor pusat. Laporan tersebut dibuat per bulan, per triwulan, per semester, dan per tahun. Laporan keuangan juga dibuat setiap akhir periode akuntansi (tutup buku). Setiap tiga bulan dilakukan konsolidasi neraca untuk pelaporan penggunaan dana kepada direksi dan komisaris. Auditor PT. Kimia Farma Tbk. dapat berasal dari pemegang saham yang menggunakan jasa akuntan publik, pemerintah melalui Badan Pemeriksa Keuangan, dan pihak internal perusahaan yang tergabung dalam Satuan Pengawas Intern dari kantor pusat di Jakarta.
3.5 Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di Unit Risbang PT. Kimia Farma Tbk. antara lain laboratorium, kantor, perpustakaan, kebun percobaan, kebun tanaman obat, dan
gudang. Laboratorium yang terdapat di Unit Riset dan Pengembangan antara lain laboratorium pengembangan formula, laboratorium analisis, laboratorium biologi, laboratorium mikrobiologi, laboratorium bioteknologi, dan laboratorium kultur jaringan, laboratorium produksi skala pilot, laboratorium ekstraksi bahan alam.
PEMBAHASAN 4.1 PT. Kimia Farma Tbk.
PT. Kimia Farma Tbk. merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang farmasi yang berperan penting dalam menghasilkan obat baru dan produksi obat-obat generik di Indonesia. Selain bidang industri farmasi, perusahaan juga melakukan pengembangan usaha dalam bidang ritel farmasi atau apotek, klinik, dan laboratorium klinik, serta dalam bidang perdagangan dan distribusi. Pengelolaan bidang-bidang usaha tersebut dibagi antara PT. Kimia Farma Tbk. (holding) dan dua anak perusahaannya, yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading and Distribution.
PT. Kimia Farma Tbk. (holding) mengelola bidang usaha industri yang didukung oleh riset dan pengembangan, serta pemasaran. Produk-produk yang dihasilkan Kimia Farma tidak terbatas pada obat saja, namun ada juga obat tradisional, kosmetik, minyak, dan senyawa kimia. Fasilitas produksi PT. Kimia Farma Tbk. tersebar di lima kota di Indonesia, antara lain di Pulogadung DKI Jakarta, di Bandung Jawa Barat, di Semarang Jawa Tengah, di Watudakon Jombang Jawa Timur, dan di Tanjung Morawa Medan Sumatera Utara. Masing-masing unit produksi memiliki kekhususan jenis produk yang dihasilkan (PT. Kimia Farma Tbk., 2011).
PT. Kimia Farma Trading and Distribution (PT. KFTD) mengelola bidang usaha perdagangan dan distribusi dengan tugas utamanya yaitu mendistribusikan produk-produk Kimia Farma ke berbagai jaringan yang tersebar di seluruh nusantara. Saat ini terdapat 41 cabang PT. KFTD yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia (PT. Kimia Farma Tbk., 2011).
PT. Kimia Farma Apotek (PT. KFA) mengelola usaha ritel farmasi atau apotek, klinik, dan laboratorium klinik. Pada tahun 2010 layanan laboratorium klinik diserahkan pengelolaannya kepada anak perusahaan PT. KFA, yaitu PT. Kimia Farma Diagnostika (PT. KFD). Saat ini terdapat 390 apotek, 9 klinik, dan 38 laboratorium klinik yang tersebar di seluruh nusantara (PT. Kimia Farma Tbk., 2011).
Seiring dengan pertumbuhan industri farmasi yang semakin pesat maka diperlukan inovasi baru dalam perkembangan obat di Indonesia. Oleh karena itu, PT. Kimia Farma, Tbk. membentuk Unit Riset dan Pengembangan yang bertugas melakukan penelitian dan pengembangan produk Kimia Farma.
4.2 Unit Riset dan Pengembangan PT. Kimia Farma Tbk.
Secara struktural, terdapat dua bagian dan delapan sub bagian di Unit Riset dan Pengembangan. Selain itu, juga terdapat jabatan fungsional yaitu kelompok peneliti. Dua bagian di Unit Risbang PT. Kimia Farma Tbk. adalah Bagian Pengembangan Produk dan Bagian Pemastian Mutu. Masing-masing bagian dipimpin oleh asisten manajer yang bertanggung jawab kepada Manajer Risbang (Direksi PT. Kimia Farma Tbk., 2012).
Bagian pengembangan produk membawahi Sub bagian Pengembangan Produk Farma, Sub Bagian Pengembangan Produk Non Farma, Sub Bagian Pengembangan Produk Bioteknologi, dan Sub Bagian Pengembangan Tanaman Obat sedangkan Bagian Pemastian Mutu membawahi dua Sub Bagian, yaitu Sub Bagian Pengawasan Mutu dan Sub Bagian Sistem Mutu. Dua sub bagian lainnya adalah Sub Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum serta Sub Bagian Akuntansi dan Keuangan.
Bagian Pengadaan Unit Risbang PT. Kimia Farma Tbk. bertanggung jawab terhadap pengadaan barang yang diperlukan untuk menunjang kegiatan riset dan pengembangan. Permintaan pengadaan barang diajukan oleh masing-masing subunit dan bagian dengan menggunakan Surat Permintaan Pemesanan Barang/ Jasa (SPPBJ) ke Bagian Pengadaan. SPPBJ tersebut diisi oleh subunit atau bagian yang meminta dengan persetujuan penanggung jawab (asisten manajer atau supervisor) subunit atau bagian tersebut. Formulir juga harus mendapat