• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta

Dalam dokumen Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta (Halaman 33-66)

II-2 2.1.2. Tindakan Pelestarian

· Restorasi: mengembalikan bangunan kepada bentuk aslinya, mengganti unsur-unsur yang telah hancur dan membuang elemen yang telah ditambah

· Konservasi: mempertahankan bangunan agar tidak dihancurkan atau dirubah kurang sesuai

· Replikasi: pembangunan baru dengan meniru bangunan yang sudah ada sebelumnya untuk mempertahankan suasana.

· Relokasi: memindahkan lokasi bangunan dari suatu kawasan dengan alasan ekonomis atau pengelompokan bangunan sejenis dalam suatu kawasan.

· Preservasi: pelestarian suatu tempat persis seperti keadaan aslinya tanpa ada perubahan, termasuk upaya pencegahan penghancuran.

· Rekonstruksi: mengembalikan suatu tempat semirip mungkin dengan keadaan semula, dengan menggunakan bahan lama maupun bahan baru.

· Revitalisasi/Adaptasi: merubah tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang lebih sesuai dalam arti kegunaannya tidak menuntut perubahan drastis atau yang hanya memerlukan sedikit dampak minimal (merupakan satu-satunya jalan penyelamatan secara ekonomi). Menyesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan bangunan baru.

· Demolisi: penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang rusak atau membahayakan.

2.1.3. Lingkup Pelestarian

a) Menurut Wayne O. Attoe

Secara umum, lingkup pelestarian dibedakan atas:

· Kawasan alamiah, merupakan suatu bagian integral daripada pelestarian sejarah, karena tujuannya adalah mempertahankan keseimbangan ekologi sejarah yang telah memungkinkan terjadinya urbanisasi.

commit to user

Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta

II-3

· Kota-kota dan desa-desa, pelestarian pada skala ini memberikan suatu kesan integrasi dari semua aspek kehidupan kota: rumah, tempat kerja, sekolah, gereja, toko, tanah pertanian, bangunan pemerintah dan transport.

· Garis cakrawala, meliputi pembatasan ketinggian di sekitar untuk melestarikan dampak visual dari suatu bangunan. Pembatasan ketinggian agar tidak merubah secara serius bayangan kota dengan landmark tertentu.

· Distrik, pelestarian lingkungan yang mempunyai suatu keserasian fisik atau batas batas yang kuat yang membentuk suatu identitas.

· Lingkungan perumahan, sama dengan distrik. Perbedaanya distrik berkaitan dengan bangunan fisik kota, penggunaan-penggunaan campuran (komersial, perumahan, dan sebagainya). Lingkungan perumahan juga menyangkut cara/gaya hidup pengguna perumahan.

· Wajah jalan, menyangkut perlindungan muka bangunan (dengan lampu jalan dan perlengkapan jalan lainnya dari suatu masa) namun masih memungkinkan modifikasi bagian sesuai kabutuhan.

· Bangunan, pelestarian meliputi suatu bangunan.

· Potongan potongan dan obyek obyek, pelestarian meliputi bagian-bagian tertentu dari bangunan yang penting seperti pintu gerbang kota, muka bangunan, trem listik,

b) Menurut Prof.Ir.Shidarta dan Ir. Eko Budihardjo,Msc

Dalam suatu lingkungan kota, obyek dan lingkup pelestarian digolongkan ke beberapa luasan sebagai berikut (Kevin, Lynch. 1960:46-90):

· Satuan Areal: adalah satuan areal dalam kota yang dapat berwujud sub wilayah kota, (bahkan keseluruhan kota itu sendiri sebagai suatu sistem kehidupan). Ini dapat terjadi pada bagian tertentu kota yang dipandang mempunyai ciri-ciri atau nilai khas kota bersangkutan.

· Satuan Pandang/Visual/Lanskap adalah satuan yang dapat mempunyai arti dan peran yang penting bagi suatu kota. Satuan ini

commit to user

Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta

II-4 berupa aspek visual, yang dapat memberi bayangan mental atau image yang khas tentang suatu lingkungan kota.

· Satuan fisik adalah satuan yang berwujud bangunan, kelompok atau deretan bangunan-bangunan, rangkaian bangunan yang membentuk ruang umum atau dinding jalan.

2.1.4. Undang-Undang yang Pelestarian Bangunan Kuno

· Surat Keputusan Walikota Surakarta No. 646/116/I/1997 tentang penetapan Bangunan-bangunan dan kawasan Kuno Bersejarah di Kotamadya Dati II Surakarta à dilestarikan dengan preservasi

· UU Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, ketentuan pengelolaan dan pembangunan situs cagar budaya.

· UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, ketentuan pelestarian bangunan gedung dan lingkungannya (rapermen PU: pelestarian-revitalisasi)

2.1.5. Dasar Kebijakan Pelestarian 2.1.5.1.Sasaran Pelestarian

Upaya pelestarian tidak lepas dari kegiatan perlingdungan dan penataan serta tujuan perencanaan kota yang bukan hanya secara fisik saja, tetapi juga stabilitas, penduduk dan gaya hidup yang serasi, yakni pencegahan perubahan sosial.

Mengingat hal itu, dalam upaya pelestarian perlu digariskan sasaran yang tepat, antara lain:

· Mengembalikan wajah dari obyek pelestarian

· Memanfaatkan peninggalan obyek pelestarian yang ada untuk menunjang kehidupan masa kini.

· Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu yang tercermin dalam obyek pelestarian tersebut.

commit to user

Pujas

· Menampi tiga dime 2.1.5.2.Kriteria Pelest Dalam pe ditentukan sej mengetahui ba dilestarikan. B menentukan obj Tabel II.1. Kriteria Pelestar

Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta

mpilkan sejarah pertumbuhan kota/lingkungan da mensi.

estarian

pelaksanaan atau penjabaran suatu konsep konse sejumlah tolok ukur (kriteria) sebagai dasar yang

bagian mana dari kota dan bangunan apa yan n. Berikut adalah beberapa kriteria yang biasa dig

n objek yang perlu dilestarikan. starian

II-5 n dalam ujud fisik

konservasi perlu ang kokoh untuk ang perlu untuk digunakan untuk

commit to user

Pujas

2.1.5.3.Motivasi Pelest Di dalam pembangunan, konservasi, anta a) Motivasi unt b) Motivasi unt sebagai tuntut c) Motivasi e dilestarikan sehingga m lingkungan. d) Motivasi sim

fisik dari ide menjadi bagi

2.1.6. Tata Cara Revi Untuk dapa perlakuan yang Marston Fitch, · Mempertaha berfungsi le · Memperlakuka ketuaan ban

Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta

lestarian

m menentukan arah pembangunan suatu ka n, kita perlu memiliki motivasi-motivasi, da

ntara lain (Sidharta dan Budihardjo. 1989, 12-13) untuk mempertahankan warisan budaya atau sejar

untuk menjamin terwujudnya variasi dalam bangun untutan aspek estetis dan variasi budaya masyaraka

ekonomi, yang menganggap bangunan-ban n tersebut dapat meningkatkan nilainya apabi

memiliki nilai komersial yang digunakan se

simbolis, dimana bangunan-bangunan merupaka identitas suatu kelompok masyarakat tertentu bagian kota.

evitalisasi Bangunan

dapat merevitalisasi dengan benar, harus diperhatika ng diperbolehkan terhadap suatu bangunan ada

1992:163-165)

tahankan kelangsungan fungsi bangunan at si lebih produktif

lakukan fasad agar tampak baru (menyembunyika n bangunan)

II-6 u kawasan atau dalam hal ini 13): jarah ngunan perkotaan akat. bangunan yang abila dipelihara, n sebagai modal upakan manivestasi ntu yang pernah

tikan batas-batas adalah : (James

atau bangunan

commit to user

Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta

II-7

· Perubahan mengingat nilai-nilai estetis, originalitas langgam, kenangan/peran bangunan di masa lalu.

· Penambahan baru (bangunan pendukung, street furniture) diperbolehkan, harus mempertimbangkan kesinambungan dengan karakter bangunan lama.

2.1.7. Prinsip Revitalisasi

Salah satu upaya yang efektif adalah dengan pendekatan wisata, karena wisata dapat menimbulkan faedah-faedah timbale balik antara kawasan dan pemakai. Prinsip untuk keseimbangan antara tourisasi dan revitalisasi:

· Lingkungan memiliki nilai intrinsik yang lebih banyak sebagai asset tourisasi, mengenalkan bagi generasi yang akan datang dan waktu yang tidak dapat dipastikan.

· Aktifitas turis dan perkembangan manusia akan menurut pada skala alam dana karkater tempat dimana ia berada.

· Dalam beberapa lokasi harmoni harus dicari dan dicoba antara kebutuhan, pengunjung dan komunitas.

· Dalam dunia yang dinamis perubahan tidak dapat dihindari dan perubahan sering menjadi lebih bermanfaat.

· Penyesuaian terhadap perubahan tidak akan membebani prinsip-prinsip tersebut.

· Industry tourism, penguasa daerah dan agen-agen pemerintah mereka semua mempunyai tugas untuk mematuhi prinsip-prinsip di atas dan bekerja sama untuk mencapai realisasi praktis.

2.1.8. Tahapan Revitalisasi (P.Hall/U.Pfeiffer, 2000) a. Intervensi Fisik

Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi

commit to user

Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta

II-8 fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan. Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual kawasan khususnya dalam menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Isu lingkungan (environmental sustainability) pun menjadi penting, sehingga intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang.

b. Rehabilitasi Ekonomi

Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic development), sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi kawasan kota (P.Hall/U.Pfeiffer, 2001). Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas baru).

c. Revitalisasi Sosialatau Institusional

Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat beautiful place. Maksudnya, kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga. Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan institusi yang baik.

2.1.9. Contoh Kasus yang Ada

commit to user

Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta

II-9

Gambar. II.1 . Jalan Utama Desa

Desa adat Penglipuran berlokasi pada Kabupaten Bangli yang berjarak 45 Km dari Kota Denpasar, Desa adat yang juga menjadi objek wisata ini sangat muda dilalui. Karena letaknya yang berada di Jalan Utama Kintamani, Bangli. Desa Penglipuran ini juga tampak begitu asri, keasrian ini dapat kita rasakan begitu memasuki kawasan Desa. Panglipuran merupakan satu dari sembilan desa adat yang ada di Bali. Desa ini berada di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali.

Secara arsitektur, yang menarik dari desa ini adalah pola huniannya. Setiap bangunan yang ada di masing-masing pekarangan ditata dengan rapi. Keunggulan

Gambar. II.2.Pembaharuan Material Angkul-Angkul

commit to user

Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta

II-10 dari desa Penglipuran ini dibandingkan dengan desa-desa lainnya di Bali adalah : Bagian depan rumah serupa dan seragam dari ujung utama desa sampai bagian hilir desa. Desa tersusun sedemikian rapinya yang mana daerah utamanya terletak lebih tinggi dan semakin menurun sampai daerah hilir. Selain bentuk depan yang sama, juga bahan tanah untuk tembok dan untuk bagian atap terbuat dari penyengker dan bambu untuk bangunan diseluruh desa.

Sejak tahun 1992 desa ini ditetapkan menjadi desa wisata. Pemerintah ingin menonjolkan ciri khas desa ini untuk dapat menarik perhatian wisatawan Bali. Perpaduan tatanan tradisional dengan banyak ruang terbuka pertamanan yang asri membuat desa ini membuat kita merasakan nuansa Bali pada dahulu kala. Penataan fisik dan struktur desa tersebut tidak lepas dari budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat Adat Penglipuran dan budaya masyarakatnya juga sudah berlaku turun temurun. Meskipun kini sudah menggunakan material yang bukan aslinya, tatanan pola setiap bangunan tetap mencerminkan sebagai sebuah bangunan arsitektur tradisional. Warga masayrakat desa pun memiliki kesadaran yang sama dengan pemerintah akan keberadaan dan kelangsungan desa adat mereka. Mereka tetap mempertahankan pola tatanan desa secara fisik dengan sedikit perubahan yang tidak bersifat prinsipil serta tetap melestarikan acara-acara adat keagamaan.

Setidaknya terdapat 3 pembagian zona; zona hulu, zona pawongan atau zona pemukiman, dan zona kelod atau teben. Ketiga zona ini letaknya membujur dari arah utara ke selatan dengan poros tengah berupa jalan desa yang disebut rurung

Gambar .II.3.Balai Pertemuan Desa Sumber:Dok. Pribadi

commit to user

Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta

II-11 gede. Jalan desa ini jugs memisahkan bagian zona pawongan menjadi dua, bagian barat yang disebut Kauh dan di sebelah timur yang disebut Kangin. Jika diibaratkan sebagai tubuh manusia, zona hulu adalah bagian kepala, zona pawongan adalah bagian tubuh, dan zona kelod adalah bagian kaki. Di bagian zona hulu, terdapat bangunan suci atau disebut parahyangan. Di sini terdapat pura yang bernama Pura Penataran, tempat bersembahyang warga desa.

Di zona pawongan yang merupakan zona pernukiman penduduk terdapat 76 pekarangan atau kaveling rumah tempat bermukim warga. Setiap pekarangan yang memiliki luas sekitar 120 are memiliki satu kepala keluarga dan dihuni turun temurun. Di setiap pekarangan terdapat beberapa bangunan seperti sanggah (tempat bersembahyang di rumah), dapur, bale sangkanan, clan lumbung. Seiring perkembangan jaman, beberapa fungsi bangunan ini berubah. Meski berganti, letak setiap bangunannya tidak bergeser. Bangunan lumbung contohnya. Kini, bangunan lumbung ada yang dibangun dan berfungsi sebagai rumah induk tempat bermukim warga. Selain pergeseran fungsi, material pembentuknya juga diganti. Sebagai contoh, bangunan dapur yang dulunya menggunakan anyaman bambu kini ada yang diganti dengan batu bata.

Sedangkan zona kelod adalah zona yang terdapat tempat pemakaman. Jika ada warga yang meninggal, jenazah akan dimakamkan di sana. Warga Desa Penglipuran tidak mengenal ritual pembakamn jenazah sehingga jenazah harus dimakamkan. Hingga sekarang, tatanan pola hunian seperti ini tetap masih dipertahankan sehingga sangat menarik untuk dikunjungi.

2.2.Kepariwisataan

2.2.1. Pemahaman Pariwisata

· Menurut Drs. Oka A. Yoeti (1996)

Suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (bussines) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi,

commit to user

Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta

II-12 tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

· Menurut Prof. Hunziker dan Prof. Kraff (A.Yoeti. 1960)

Keseluruhan dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak mempunyai penghasilan dari aktifitas yang bersifat sementara itu.

Pelaku wisata biasa disebut dengan wisatawan. Menurut Yoeti (1996) wisatawan adalah orang atau sekumpulan orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan sukarela dan berdiam di tempat itu selama lebih dari 24 jam dengan tujuan-tujuan seperti: rekreasi, berlibur, keperluan pelajaran, pengetahuan dan kebudayaan, olah raga, dinas, usaha,dll.

2.2.2. Motivasi Perjalanan

Menurut MacIntos dalam Pengantar Ilmu Pariwisata, motivasi perjalanan wisata dapat dikelompokan sebagai berikut:

· Physical Motivation: hasrat untuk mengembalikan kondisi fisik, beristirahat, santai, berolah raga, atau pemeliharaan kesehatan agar kegairahan bekerja timbul kembali.

· Cultural Motivation: keinganan pribadi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata agar dapat melihat dan mengetahui negara lain, penduduknya, tata cara hidupnya serta adat istiadat yang berbeda dengan negara lainnya.

· Interpersonal Motivation: didorong oleh keinginan untuk mengunjungi sanak keluarga, kawan-kawan, atau ingin menghindarkan diri dari lingkungan kerja, ingin mencari teman-teman baru dan lain-lain.

· Status and Prestige Motivation: untuk memperlihatkan siapa dia, kedudukannya status dalam masyarakat tertentu demi prestige pribadi. Jadi

commit to user

Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta

II-13 sifat perjalanan disini sangat emosional dan kadang dihubungkan dengan perjalanan bisnis, dinas, pendidikan, profesi, hobi, dll.

2.2.3. Sarana dan Prasarana Pariwisata

Prasarana Pariwisata

· Prasarana Umum

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah sistem penyediaan air bersih, pembangkit tenaga listrik, jaringan jalan raya, dan jembatan, airport, pelabuhan laut, terminal, stasiun kereta api dan telekomunikasi.

· Kebutuhan Masyarakat Banyak

Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan masyarakat banyak seperti rumah sakit, apotik, bank, kantor pos, pom bensin, dll.

Sarana Pariwisata

Adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar prasarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam

· Sarana Pokok Kepariwisataan

Perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat bergantung kepada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata, termasuk ke dalam kelompok ini adalah travel agent, tour operator, perusahaan angkutan wisata, hotel, bar dan restoran, objek wisata dan atraksi wisata lainnya.

· Sarana Pelengkap Kepariwisataan

Perusahaan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok kepariwisataan. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah lapangan tenis, kolam renang, lapangan golf,dll.

commit to user

Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta

II-14 Perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok dan berfungsi tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah night club, steambath, casino, souvenir shop, dll.

2.2.4. Pusat Jajan Serba Ada (Pujasera) sebagai Daya Tarik Pariwisata 2.2.4.1.Pemahaman Pujasera

· Perda DKI Jakarta No.10 Tahun 2004 tentang Kepariwisataan

Pujasera (Foodcourt) merupajan jenis usaha penyediaan makanan dan minuman pada satu kesatuan tempat atau lokasi tetap tertentu dengan bangunan permanen atau semi-permanen, yang terdiri dan gerai-gerai penyediaan makanan dan minuman.

· Menurut Indonesia Shopping Centers. Griya Asri Prima.

Food court adalah area pada sebuah pusat belanja atau mall berupa ruangan yang besar dan luas (indoor plaza) yang terdiri dari gerai–gerai dimana para penjualnya menjual berbagai jenis makanan dan minuman yang dilengkapi dengan area makan bersama, dengan sistem self–serve. Foodcourt pertama kali dipopulerkan pada tahun 1980an di pusat belanja atau mall dan bandar udara di Amerika Serikat.

Untuk memudahkan pengunjung dalam memilih, biasanya gerai– gerai yang ada di Foodcourt dikelompokkan berdasarkan jenis menu

Gambar .II.4. Counter Food Court

commit to user

Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta

II-15 yang ditawarkan. Foodcourt seringkali dibuat dengan konsep terpadu. Artinya selain sebagai tempat makan, juga menjadi tempat hiburan dengan menyediakan berbagai arena hiburan seperti arena bermain anak, bioskop, bowling dan bola sodok. Sementara orang tua menikmati makanan dan minuman, anak–anaknya dapat bermain di arena bermain anak yang letaknya berdekatan sehingga mudah dalam pengawasan. Begitu pula dengan anak remaja, dapat bermain bowling dan billiar. Atau bila ada anggota keluarga yang ingin menonton bioskop sementara yang lainnya tidak ingin, yang tidak ikut dapat menunggu di foodcourt.

· Food court adalah sebuah tempat makan yang terdiri dari counter-counter makanan yang menawarkan aneka menu yang variatif. Food court merupakan area makan yang terbuka dan bersifat informal.Area ini biasanya berada di mal-mal atau pusat perbelanjaan,perkantoran modern dan universitas-universitas serta sekolah-sekolah yang modern (dikutip dari http://foodcourtmanager.blogspot.com/)

· Tugas Akhir Anne Listijo Univ.Kristen Petra Surabaya “Perancangan Interior Pujasera Khas Jawa Timur di Surabaya”

Pujasera (Pusat Jajan Serba Ada) adalah sebuah tempat yang menyediakan berbagai makanan dan kudapan.

2.2.4.2.Macam konsep pelayanan Pujasera (dikutip dari http://foodcourtmanager.blogspot.com/)

a) Konsep fast food

Gambar.II.5. Konsep fast food Sumber: http://dubaihoding.com/

commit to user

Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta

II-16 Konsep fast food adalah sebuah konsep dimana pengunjung diarahkan untuk langsung memesan makanan atau minuman di counter-counter yang siap melayani mereka.

b) Konsep table manner

Table manner adalah suatu konsep dimana pengelola memanjakan customer/pengunjung dengan melayaninya tanpa harus beranjak dari kursi.

2.2.4.3.Bentuk Penataan Bagian-Bagian Pujasera a) Area Makan

· Indoor

Area makan yang terdiri dari kelompok-kelompok meja dan kursi dengan jumlah kursi 2-6 setiap mejanya. Untuk pengunjung yang datang dalam jumlah besar dapat duduk bersama dengan menggabungkan beberapa meja.

Gambar.II.6. Pelayan food court

Sumber: http://ags-diary.blogspot.com/

Gambar.II.8. Meja dan Kursi food court

yang menyambung

Sumber: http://www.michaelturton.com/

Gambar.II.7. Kursi food court untuk 2-6 orang Sumber:

commit to user

Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta

II-17

· Outdoor

Untuk area makan outdoor terkesan lebih santai daripada yang indoor. Furniturenya menggunakan bahan yang tahan cuaca. Perletakkan meja dan kursinya tergantung dari suasana yang ingin dibentuk di dalam area food court. Pada gambar di atas merupakan food court yang menampilkan suasana perkotaan, dimana penataan furniture yang teratur dan terkesan mengisi ruang di antara counter, bahan furnitur yang digunakan lebih modern dan sederhana.

Berbeda dengan gambar di samping yang menampilkan suasana alam. Penataan meja dan kursi tidak terlalu teratur namun disesuaikan dengan elemen alam yang ada di sekitarnya seperti taman dan kolam. Penggunaan furniture-nya disesuaikan dengan sekitarnya yang bernuansa alami.

Gambar.II.9. Area Makan OutdoorFood Court

Sumber: http://subu-story.blogspot.com dan http://igougo.com

Gambar.II.10. Meja Kursi Berpayung Sumber: http://ags-diary.blogspot.com/

commit to user

Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta

II-18 b) Counter / stand

Penataan counter food court yang sering ditemui sekarang ini menempati bagian tertepi dari keseluruhan area food court (food court yang ada sekarang ini banyak ditemui di dalam shopping mall). Biasanya alurnya mengikuti bentuk food court.

Counter food court dengan alur melingkar, pengunjung yang berputar mengelilinginya akan kembali ke titik awalnya memulai berjalan. Bentuk ini memiliki keuntungan yaitu semua counter memiliki posisi yang sama-sama strategis, pengunjung dapat melihat ke semua counter.

Food court dengan jenis penataan counter-nya bersegi memiliki keuntungan penataan yaitu dapat memuat lebih banyak meja kursi. Kekurangannya adalah counter yang posisinya berada di sudut kurang mendapat perhatian lebih dari pengunjung.

Gambar.II.11. Sirkulasi Melingkar pada Food court

Sumber: http://circular_mall-hall-of-fame.blogspot.com/

Gambar.II.12. Sirkulasi Bersegi

Dalam dokumen Pujasera dan Homestay Kauman Surakarta (Halaman 33-66)

Dokumen terkait