• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Sumber Daya Manusia

2. Punishment (Sanksi) a. Pengertian Punishment

Punishment (Hukuman) adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah

tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum.

Hukuman adalah pemberian stimulus yang tidak menyenangkan(Djaali, 2014: 89-90).

Hukuman adalah suatu sanksi yang diterima oleh seseorang sebagai akibat dari pelanggaran atau aturan-aturan yang telah ditetapkan. Sanksi demikian, dapat berupa material dan dapat pula berupa non material(Ali Imron, 2012:169).

Pelanggaran kerja adalah setiap ucapan, tulisan, perbuatan seorang pegawai yang melanggar peraturan disiplin yang telah diatur oleh pimpinan organisasi. Sedangkan sanksi pelanggaran kerja adalah hukuman dispilin yang dijatuhkan pimpinan organisasi kepada pegawai yang melanggar perturan disiplin yang telah diatur pimpinan organisasi (Rivai. 2015: 598).

Ada beberapa tingkat dan jenis sanksi pelanggaran kerja yang umumnya berlaku dalam suatu organisasi yaitu menurut Rivai (2015:598) adalah:

1) Sanksi pelanggaran ringan, dengan jenis a. Teguran lisan

b. Teguran tertulis (Surat Peringatan/SP) c. Pernyataan tidak puas secara tertulis

2) Sanksi pelanggaran sedang, dengan jenis a) Penundaan kenaikan gaji

b) Penurunan atau pemotongan gaji c) Penundaan kenaikan pangkat

3) Sanksi pelanggaran berat, dengan jenis: a) Penurunan pangkat

b) Pembebasan dari jabatan c) Pemberhentian

d) Pemecatan secara hormat atau tidak hormat

Maka dari itu, Punishment (sanksi) aktivitas dan perilaku karyawan dalam perusahaan diatur dalam aturan internal perusahaan, baik dalam bentuk Peraturan Perusahaan, Kebijakan, SOP, Kode Etik dan sebagainya. Hal ini diperlukan agar karyawan tidak melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan risiko-risiko yangdapat berdampak juga pada perusahaan maupun rekan kerja (risiko fisik maupun non fisik; seperti reputasi, kedisiplinan, dan lain-lain

b. Indikator Punishment

Berikut beberapa indikator penerapan punishment berdasarkan fungsinya menurut pendapat (Ngalim Purwanto, 2009: 189)yaitu:

1) Fungsi represif

Hukuman dapat menghalangi terulangnya kembali perilaku yang tidak diinginkan pada seseorang. Jika seseorang pernah mendapat hukuman karena ia telah melakukan satu kesalahan atau pelanggaran, maka ia akan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang serupa di masa datang.

2) Fungsi pendidikan

Hukuman yang diterima seseorang merupakan pengalaman bagi seseorang yang dapat dijadikan pelajaran yang berharga. Seseorang bisa belajar

tentang salah dan benar melalui hukuman yang telah diberikan kepadanya. Hal ini menyadarkan seseorang akan adanya suatu aturan yang harus dipahami dan dipatuhi, yang bisa menuntunnya untuk memastikan boleh atau tidaknya suatu tindakandilakukan.

3) Fungsi motivasi

Hukuman dapat memperkuat motivasi seseorang untuk menghindarkan diri dari tingkah laku yang tidak diinginkan. Dari pengalaman hukuman yang pernah diterima seseorang, maka seseorang merasakan bahwa menerima hukuman merupakan suatu pengalaman yang kurangmenyenangkan, dengan demikian seseorang bertekad tidak mengulangi kesalahan yang sama dan akhirnya timbul dorongan untuk berperilaku wajar, yaitu perilaku yang diinginkan dan dapat diterima oleh kelompoknya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan punishment dalam perusahaan demi penegakan kedisiplinan seorang karyawan adalah memiliki kelebihan seperti hukuman akan menjadikan perbaikan-perbaikan terhadap kesalahan karyawan, tidak lagi melakukan kesalahan yang sama dan merasakan ganjaran akibat perbuatannya sehingga ia akan menghormati dirinya dan peraturan perusahaan.

c. Jenis Punishment

Berikut ini beberapa jenis Punishment berdasarkan pendapat (Ngalim Purwanto, 2009:189) yaitu:

1) Hukuman preventif, yaitu hukuman yang dilakukan dengan maksud agar tidak atau jangan terjadi pelanggaran. Hukuman ini bermaksud untuk mencegah jangan sampai terjadi pelanggaran sehingga hal itu dilakukannya sebelum pelanggaran itu dilakukan.

2) Hukuman represif, yaitu hukuman yang dilakukan karena adanya pelanggaran terhadap aturan, oleh adanya kesalahan yang telah diperbuat. Jadi, hukuman ini dilakukan setelah terjadi pelanggaran atau kesalahan. 3. Disiplin

a. Pengertian Disiplin

Istilah disiplin secara umum mempunyai makna dan konotasi yang berbedabeda, ada yang mengartikan sebagai hukuman, pengawasan, kepatuhan, latihan dan kemampuan tingkah laku (Suhertian, 1994:126). Sedangkan disiplin itu sendiri didefinisikan oleh beberapa pakarpendidikan diantaranya adalah:

1) Singodimedjo (dalam sutrisno 2009:85) mengatakan disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peratuaran yang berlaku disekitarnya. Sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan perusahaan.

2) Cece Wijaya (1991:18), disiplin adalah yang terletak di dalam jiwa seseorang yang memberikan dorongan bagi orang yang bersangkutan untuk melakukan sebagaimana ditetapkan oleh norma dan peraturan yang berlaku.

3) Subari (1994:5), disiplin adalah penurutan terhadap suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya suatu tujuan peraturan itu.

4) Menurut Soerdjono (1990:79), disiplin adalah kepatuhan terhadap peraturan yang telah di tetapkan sehingga dalam pembicaraan sehari-hari istilah tersebut biasanya dikaitkan dengan keadaan tertib , suatu keadaan dimana perilaku seseorang mengikuti pola-pola tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Tohardi (dalam Sutrisno, 2009:87-88), Keteraturan adalah ciri utama organisasi dan disiplin adalah salah satu metode untuk memelihara keteraturan tersebut. Tujuan utama disiplin adalah untuk meningkatkan efisiensi semaksimal mungkin dengan cara mencegah pemborosan waktu dan energi. Singkatnya, disiplin dibutuhkan untuk tujuan organisasi yang lebih jauh, gunamenjaga efisiensi denganmencegah dan mengoreksi tindakan-tindakan individu dalam iktikad tidak baiknya terhadap kelompok. Lebih jauh lagi, disiplin berusaha untuk melindungi perilaku yang baik dengan menetapkan respons yang dikehendaki.

Dalam dunia pekerjaan, disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya, baik bagi kepentingan organisasi maupun bagi para karyawan. Bagi organisasi adanya kedisiplinan kerja akan menjamin terpeliharanya tata tetib dan kelancaran pelaksanaan tugas, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Adapun bagi karyawan akan diperoleh suasana kerja yang menyenangkan sehingga akan menambah semangat kerja dalam melaksanakan pekerjaannya. (Sutrisno, 2009 : 88).

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa disiplin pegawai atau karyawan adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan peraturan, prosedur kerja yang ada,atau disiplin adalah sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi baik tertulis maupun yang tidak tertulis.

b. Indikator Kedisiplinan

Menurut Hasibuan (2002:197), pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai suatu organisasi, di antaranya: 1) Tujuan dan kemampuan

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan.

2) Teladan Pimpinan

Pimpinan harus memberikan contoh yang baik dan dapat menjadi panutan bagi para karyawa dalam menegakkan kedisiplinan.

3) Balas Jasa

Semakin besar balasa jasa maka semakin besar tingkat kedisiplinan pegawai dan sebaliknya. Pegawai sulit untuk berdisiplin baik jika kebutuhan-kebutuhan primerrnya tidak terpenuhi.

4) Keadilan

Pemimipin harus berlaku adil dalam menjalankan perusahaan.Misalnya keadilan pemimpin dalam kesetaraan balasa jasa.

5) Pengawasan Melekat (Waskat)

Atasan atau pimpinan harus aktif dalam mengawasi kedisiplinan karyawan. Atasan harus selalu di tempat kerja untuk selalu member petunjuk dan motivasi terhadap karyawan.

6) Sanksi Hukuman

Sanksi (Punishment) yang semakin berat akan memberi rasa takut kepada karyawan dalam melanggar peraturan perusahaan.Berat-ringannya sanksi yang diterapkan akan mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai.

7) Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam menegur menghukum setiap pegawai atau karyawan yang tidak disiplin akan mewujudkan kedisiplinan yang baik pada perusahaan.

8) Hubungan Kemanusiaan

Terciptanya hubungan kemanusiaan yang harmonis akan mewujudkan rasa nyaman dan kedisiplinan yang baik.

Menurut Sutrisno (2009:86), indikator bentuk disiplin yang baik akan tercermin pada suasana, yaitu:

1) Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan perusahaan.

2) Tingginya semangat dan gairah kerja dan insentif para karyawan dalam melakukan pekerjaan.

3) Besarnya rasa tanggung jawab para karyawan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

4) Berkembngnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan karyawan.

5) Meningkatnya efisiensi dan produktivitas kerja para karyawan. c. Penilaian Disiplin

Berdasarkan indikator kedisiplinan karyawan dalam bekerja seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka Singodimedjo (dalam Sutrisno, 2009: 94) menyatakan bahwa sebuah organisasi dan perusahaan yang baik harus berupaya menciptakan peraturan dan tata tertib yang akan menjadi rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh seluruh karyawan dalam organisasi. Peraturan-peraturan yang akan berkaitan dengan disiplin itu dan menjadi penilaian dalam penegakan disiplin antara lain:

Dokumen terkait