• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Penerapan Sistem E-Procurement Dalam Pengadaan Barang dan Jasa

4. E-Purchasing

E-Purchasing adalah tata cara pembelian barang dan jasa melalui sarana E-Catalogue.

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai bulan Desember 2017. Lokasi penelitian di kantor Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Maros. Dengan pertimbangan E-Procurement benar-benar sebagai bagian dari perwujudan proses penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan persaingan usaha yang sehat dijalankan sesuai dengan visi-misinya.

B. Jenis dan tipe penelitian

a. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu memberikan gambaran, penjelasan yang tepat secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti melalui pengumpulan data.

b. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif yaitu menjelaskan dan menggambarkan pengalaman para informan tentang penerapan sistem E-Procurement dalam pengadaan barang dan jasa di Kantor Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Maros.

C. Sumber data

Adapun sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer, adalah data yang diperoleh dari informan yang telah dipilih

berdasarkan hasil observasi maupun wawancara mengenai penerapan

sistem E-Procuremet dalam pengadaan barang dan jasa di kantor Unit Layanan Pengadaan (ULP) kabupaten maros.

2. Data Sekunder, Adapun data sekunder diperoleh melalui : Studi pustaka, yaitu bersumber dari hasil bacaan literatur atau buku-buku atau data terkait dengan topik penelitian. Ditambah penelusuran data online, dengan pencarian data melalui fasilitas internet. Dokumentasi, yaitu arsip-arsip, laporan tertulis atau daftar inventaris yang diperoleh terkait dengan penelitian yang dilakukan.

D. Informan Penelitian

Mengingat peneliti menggunakan pendekatan kualitatif maka dipililah informan sebagai sumber data primer penelitian. Untuk penelitian kualitatif lebih cocok menggunakan sampling purposive (Sugiyono, 2012:85).Sampling purposive yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penentuan orang yang benar-benar mengerti permasalahan penelitian. Dapat dikatakan bahwa orang tersebut adalah informan penelitian ini.

Pihak yang menjadi informan dalam penelitian adalah : Table 3.1 : Informan Penelitian

No. Nama Inisial Jabatan Ket.

1. Ir. Muhadir,

MM M KepalaPengadaan di Kantor ULPBagian Layanan Maros

1 orang

2. Mansur

Yahya, ST MY Kepala Subbagian PembinaanPengadaan di Kantor ULP Maros

1 orang

3. Nasruddin,

S.Pi N Kepala Subbagian PelaksanaanPengadaan di Kantor ULP Maros

1 orang

4. Sukri,

ST.,MM S Kepala Subbagian PengendalianPengadaan dan LPSE di Kantor ULP Maros

1 orang

5. Ahmad

Husein AH Pemilik CV. Mega Pratama 1 orang 6. Syamsul

Rauf SR Pemilik CV. Surya Sutra 1 orang

Jumlah 6 orang

E. Teknik pengumpulan data

Guna memperoleh data yang relevan dalam penelitian ini, maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi (Pengamatan)

Observasi yang dimaksud disini yaitu peneliti akan melakukan observasi (pengamatan) langsung ke lapangan mengenai penerapan sistem e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa di kantor Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Maros.

2. Interview (wawancara)

Dalam hal ini Peneliti akan melakukan wawancara langsung secara mendalam kepada informan yang menjadi obyek dalam penelitian ini. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai

penerapan sistem e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa di kantor Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Maros.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini berupa data-data yang diperoleh dari arsip-arsip, laporan tertulis atau daftar inventaris terkait dengan penelitian yang dilakukan mengenai penerapan sistem e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa di kantor Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Maros.

F. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data yang diperoleh, peneliti akan menggunakan teknik analisis secara kualitatif, prosedur penelitian tidak distandardisasi dan bersifat fleksibel. Jadi, yang ada adalah petunjuk yang dapat dipakai, tetapi bukan aturan. Ada beberapa metode pengumpulan data yang dikenal dalam penelitian kualitatif, walaupun demikian bisa dikatakan bahwa metode yang paling pokok adalah pengamatan atau observasi dan wawancara mendalam atau in-depth interviw. Observasi (pengamatan) yang dimaksud disini adalah ”deskripsi secara sistematis tentang kejadian dan tingkah laku dalam setting sosial yang dipilih untuk diteliti” (Marshall & Rossman, 1989:79). Sedangkan wawancara mendalam adalah teknik pengumpulan data yang didasarkan pada percakapan secara intensif dengan suatu tujuan (Marshall & Rossman, 1989:82).

G. Pengabsahan Data

Salah satu cara paling penting dan mudah dalam uji keabsahan hasil penelitian adalah dengan melakukan triangulasi. Menurut Sugiyono (2014), teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggaungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Menurut Sugiyono ada tiga macam triangulasi yaitu:

1. Triangulasi sumber

Trianguasi sumber berarti membandingkan dengan cara mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Misalnya, membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan antara apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan secara pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan obsevasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap

benar atau mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpul dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melalakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.

34 A. Karakteristik Objek Penelitian

Deskripsi umum hasil penelitian dipaparkan dalam pembahasan ini bertujuan untuk memberi gambaran yang komprehensif tentang objek penelitian dan juga menjadi bahan informasi guna menganalisis lebih lanjut tentang Penerapan sistem e-procurement dalam pengadaan barang dan jada di Kantor Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Maros.

1. Kabupaten Maros

Wilayah Kabupaten Maros pada mulanya adalah suatu wilayah kerajaan yang dikenal sebagai Kerajaan Marusu yang kemudian bernama Kabupaten Maros sampai saat ini. Selain nama Maros, masih terdapat nama lain daerah ini, yakni Marusu dan/atau Buttasalewangan. Ketiga nama tersebut oleh sebagian masyarakat Kabupaten Maros sangat melekat dan menjadikan sebagai lambang kebanggaan tersendiri dalam mengisi pembangunan daerah.

Luas Wilayah kabupaten Maros 1619,11 KM2 yang terdiri dari 14 ( empat belas) kecamatan yang membawahi 103 Desa/kelurahan, Kabupaten Maros merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan ibukota propinsi Sulawesi Selatan, dalam hal ini adalah Kota Makassar dengan jarak kedua kota tersebut berkisar 30 km dan sekaligus terintegrasi dalam pengembangan Kawasan Metropolitan Mamminasata. Dalam

kedudukannya, Kabupaten Maros memegan peranan penting terhadap pembangunan Kota Makassar karena sebagai daerah perlintasan yang sekaligus sebagai pintu gerbang Kawasan Mamminasata bagian utara yang dengan sendirinya memberikan peluang yang sangat besar terhadap pembangunan di Kabupaten Maros dengan luas wilayah 1.619,12 km2 dan terbagi dalam 14 wilayah kecamatan. Kabupaten Maros secara administrasi wilayah berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Bone

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kota Makassar

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.

Demikian pula sarana transportasi udara terbesar di kawasan timur Indonesia berada di Kabupaten Maros sehingga Kabupaten ini menjadi tempat masuk dan keluar dari dan ke Sulawesi Selatan. Tentu saja kondisi ini sangat menguntungkan perekonomian Maros secara keseluruan.

Adapun Visi dan Misi kabupaten maros sebagai berikut: a. Visi :

“ Mewujudkan Maros Lebih Sejahtera 2021 ” b. Misi :

1. Meningkatkan perekonomian daerah 2. Meningkatkan kualitas pelayanan publik. 3. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

4. Meningkatkan pembangunan wilayah dan kawasan. 5. Meningkatkan kualitas pengelolaan sumber daya alam. 6. Meningkatkan pembangunan infrastruktur dan teknologi. 2. Kantor Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Maros

Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Maros terletak di Kabupaten Maros. Lokasi kantor Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Maros diJalan Topas, Pettuadae, Turikale, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Kode Pos: 90516.

a. Tugas Pokok dan Fungsi ULP

Unit layanan pengadaan mempunyai fungsi, 1) Melaksanakan kebijakan, regulasi, norma, standar, prosedur, dalam bidang pengadaan barang/jasa pemerintah termasuk memfasilitasi pengadaan badan usaha dalam rangka kerjasama pemerintah daerah Kab. Maros dengan Badan Usaha (Investasi). 2) Menyusun strategi, kebijakan, rencana, program pembinaan SDM dalam rangka peningkatan kompetensi profesi di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah. 3) Memberikan bimbingan teknis, advokasi, pendapat, rekomendasi dan tindakan koreksi, bantuan, nasehat, terkait dengan pengadaan barang/jasa pemerintah. 4) Menyusun kebijakan dan sistem pemantauan, penilaian dan evaluasi pelaksanaan proses pengadaan barang/jasa pemerintah, melakukan koordinasi, pembinaan, dan implementasi sistem electronic procurement.

Visi Unit Layanan Pengadaan yaitu ”Mewujudkan Pengadaan Secara Terintegrasi Berdasarkan Prinsip, Etika Dan Tata Nilai Pengadaan”. Unit Layanan Pengadaan juga menetapkan misi sebagai berikut:

1. Menjalankan aturan pengadaan secara transparan dan akuntabel. 2. Memberikan kepastian hukum dibidang pengadaan barang dan

jasa Pemerintah.

3. Melaksanakan pembinaan dibidang pengadaan barang dan jasa Pemerintah.

4. Mengembangkan sumber daya manusia yang profesional. c. Struktur Organisasi dan tugas ULP

1. Kepala Bagian Layanan Pengadaan, mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Merencanakan operasional kegiatan Bagian Layanan Pengadaan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas; b. Membagi tugas – tugas kepada bawahan sesuai tugas

masing-masing sehingga pelaksanaan tugas berjalan lancar;

c. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan sesuai prosedur dan bidang tugasnya agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat;

d. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang diharapkan;

e. Mengoordinasikan penyusunan dan pelaksanaan SOP setiap kegiatan Bagian Layanan Pengadaan;

f. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi pembinaan dan memberi petunjuk teknis kegiatan teknis perencanaan pengadaan;

g. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi pembinaan dan memberi petunjuk teknis kegiatan teknis pelaksanaan pemilihan penyedia;

h. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi pembinaan dan memberi petunjuk teknis kegiatan teknis pasca pemilihan penyedia;

i. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi pembinaan dan memberi petunjuk teknis kegiatan non teknis pengadaan; j. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan untuk

mengetahui tugas – tugas yang telah dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja;

k. Menyusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan Bagian Layanan Pengadaan dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan; dan

l. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

2. Kepala Subbagian Pembinaan Pengadaan, mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Merencanakan kegiatan Subbagian Pembinaan Pengadaan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga pelaksanaan tugas berjalan lancar; c. Membimbing bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai

permasalahan yang timbul untuk mencapai profesionalisme; d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai prosedur

dan bidang tugasnya agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat;

e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang diharapkan;

f. Menyusun SOP setiap kegiatan Subbagian Pembinaan Pengadaan;

g. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi pembinaan dan memberi petunjuk teknis kegiatan pembinaan/peningkatan kapasitas SKPD;

h. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi pembinaan dan memberi petunjuk teknis dalam rangka pelaksanaan kegiatan pembinaan/peningkatan kapasitas penyedia;

i. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi pembinaan dan memberi petunjuk teknis dalam rangka pelaksanaan kegiatan pembinaan/peningkatan pengadaa n barang/jasa di desa;

j. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi pembinaan dan memberi petunjuk teknis dalam rangka pelaksanaan pemberian perlindungan hukum bagi pengelola pengadaan barang/jasa; k. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi pembinaan dan

memberi petunjuk teknis dalam rangka pelaksanaan kegiatan asistensi perencanaan paket pekerjaan tahun berikutnya;

l. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi pembinaan dan memberi petunjuk teknis dalam rangka pelaksanaan asistensi kaji ulang penyusunan Rencana Umum Pengadaan (RUP); m. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi pembinaan dan

memberi petunjuk teknis dalam rangka pelaksanaan kaji ulang penyusunan Rencana Pelaksanaan Pengadaan (RPP) pada setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ;

n. Menghimpun dan mempelajari ketentuan peraturan perundang-undangan serta bahan lainnya yang berhubungan pengadaan barang/jasa pemerintah;

o. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas – tugas yang telah dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja;

p. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas Subbagian Pembinaan Pengadaan dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan; dan

q. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

3. Kepala Subbagian Pelaksanaan Pengadaan, mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Merencanakan kegiatan Subbagian Pelaksanaan Pengadaan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga pelaksanaan tugas berjalan lancar; c. Membimbing bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai

permasalahan yang timbul untuk mencapai profesionalisme; d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai prosedur

dan bidang tugasnya agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat;

e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang diharapkan;

f. Menyusun SOP Subbagian Pelaksanaan Pengadaan berdasarkan rencana kerja sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas; g. Melaksanakan pemilihan penyedia pengadaan barang dan jasa

h. Melaksanakan pemilihan penyedia pengadaan paket instansi vertikal yang dilakukan oleh Bagian Layanan Pengadaan; i. Melaksanakan pemilihan penyedia pengadaan paket Pengadaan

Layanan (PL) di Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dilaksankan oleh Bagian Layanan Pengadaan;

j. Menghimpun dan mempelajari ketentuan peraturan perundang-undangan serta bahan lainnya yang berhubungan pengadaan barang/jasa pemerintah;

k. Mengevaluasi hasil kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas – tugas yang telah dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja;

l. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas Subbagian Pelaksanaan Pengadaan dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan; dan

m. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

4. Kepala Subbagian Pengendalian Pengadaan dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik, mempunyai tugas sebagai berikut: a. Merencanakan kegiatan Subbagian Pengendalian Pengadaan

dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;

b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai uraian tugas dan tanggung jawab sehingga pelaksanaan tugas berjalan lancar; c. Membimbing bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai

permasalahan yang timbul untuk mencapai profesionalisme; d. Memeriksa hasil pelaksanaan tugas bawahan sesuai prosedur

dan bidang tugasnya agar diperoleh hasil kerja yang benar dan akurat;

e. Menilai bawahan sesuai pelaksanaan pekerjaan agar tercapai tingkat kinerja yang diharapkan;

f. Menyusun SOP setiap kegiatan Subbagian Pengendalian Pengadaan dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik;

g. Mengoordinasikan pelaksanaan Rencana Umum Pengadaan (RUP) unit kerja terkait pada setiap awal tahun berjalan;

h. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi pembinaan dan memberi petunjuk teknis dalam melaksanakan pengelolaan informasi kinerja pengadaan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD);

i. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi pembinaan dan memberi petunjuk teknis dalam melaksanakan pengelolaan dokumen terkait proses pemilihan penyedia (dokumentasi/arsip);

j. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi pembinaan dan memberi petunjuk teknis dalam melaksanakan pengelolaan informasi Harga Perkiraan Sendiri (HPS);

k. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi pembinaan dan memberi petunjuk teknis dalam melaksanakan pengelolaan kinerja penyedia;

l. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi pembinaan dan memberi petunjuk teknis dalam melaksanakan pengelolaan daftar kebutuhan barang/jasa;

m. Melakukan pendampingan proses e-purchasing di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD);

n. Mengimplementasikan ketentuan peraturan perundang– undangan dan ketentuan lainnya yang erat hubungannya dalam menunjang kelancaran layanan pengadaan secara elektronik ; o. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi pembinaan dan

memberi petunjuk teknis dalam rangka pelaksanaan penyusunan Rancangan Unit Pengadaan (RUP);

p. Menyelenggarakan koordinasi, fasilitasi pembinaan dan memberi petunjuk teknis dalam rangka mendukung pelaksanaan Tim Evaluasi dan Pengawasan Realisasi Anggaran (TEPRA);

q. Mengevaluasi hasil kegiatan pelaksanaan bawahan untuk mengetahui tugas – tugas yang telah dan belum dilaksanakan serta memberikan penilaian prestasi kerja;

r. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas Subbagian Pengendalian Pengadaan dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan; dan

s. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai bidang tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas.

5. Kelompok Kerja (POKJA) Pemilihan PBJ, mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyusun rencana pemilihan penyedia barang/jasa; b. Menetapkan dokumen pengadaan;

c. Menetapkan besaran nominal jaminan penawaran;

d. Mengumumkan pelaksanaan pengadaan di Website K/L/D/I. Papan pengumuman resmi dari LPSE;

e. Menilai kualifikasi penyedia melalui prakualifikasi atau pascakualifikasi;

f. Melakukaan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang masuk;

g. Menjawab sanggahan;

- Untuk pelelangan atau penunjukan langsung paket pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dengan nilai paling tinggi Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), atau - Untuk seleksi atau penunjukan langsung untuk paket

pengadaan jasa konsultasi dengan nilai paling tinggi Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);

i. Menyampaikan hasil pemilihan dan salinan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa kepada PPK;

j. Menyimpan dokumen asli pemilihan barang/jasa;

k. Membuat laporan mengenai proses pengadaan kepada Kepala ULP.

B. Penerapan sistem E-Procurement dalam pengadaan barang dan jasa di Kantor Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Maros

Pengadaan barang dan jasa publik yang dilakukan oleh penyelenggara negara dalam hal ini pemerintah merupakan lingkup program pemerintah yang paling berpotensi menimbulkan korupsi. Maka dari itu, untuk mencegah munculnya tindak korupsi dalam pengadaan barang dan jasa, diperlukan prinsip-prinsip yang dilaksanakan oleh seluruh aktor yang terlibat dalam pengadaan barang dan jasa. Prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah sebagaimana tertuang pada bagian penjelasan pasal 5 atas Perpes 54 Tahun 2010 ialah efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil dan akuntabel. Transparan yang dimaksud disini ialah terbukanya informasi mengenai hal

yang terkait dengan pengadaan barang dan jasa, proses penawaran tender antar pejabat publik dan peserta tender, hingga proses akhir persetujuan pengadaan barang dan jasa.

E-Procurement atau lelang secara elektronik adalah proses pengadaan barang/jasa dalam lingkup pemerintah yang menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi dalam setiap proses dan langkahnya. Dalam penerapan e-procurement terdapat empat metode dalam pelaksanaannya untuk mengukur sejauh mana penerapan sistem e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa di Kantor Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Maros diantaranya sebagai berikut:

1. E-Tendering

E-Tendering adalah proses pengadaan barang/jasa yang diikuti oleh penyedia barang/jasa secara elektronik melalui cara satu kali penawaran. E-Tendering sama persis dengan pola pengadaan yang selama ini dilaksanakan secara manual, seluruh tahapan dilaksanakan secara elektronik. Pengguna barang/jasa tinggal memilih barang/jasa yang diinginkan melalui katalog elektronik yang terbuka serta transparan. Katalog ini disusun oleh LKPP melalui sebuah kontrak payung kepada Produsen atau penyedia utama, sehingga harga yang ditawarkan dipastikan jauh lebih rendah dibandingkan harga pasaran.

Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) dibuat untuk mewujudkan harapan pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pemerintah secara elektronik. Layanan yang tersedia dalam SPSE saat ini adalah

e-Tendering yaitu tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada Sistem Pengadaan Secara Elektronik dengan menyampaikan 1 (satu) penawaran dalam waktu yang telah ditentukan. Tata cara e-tendering, syarat dan ketentuan serta panduan pengguna (user guide) diatur dalam Peraturan Kepala LKPP Nomor 18 Tahun 2012 tentang e-tendering.

Dengan metode E-Tendering ini diharapkan mampu mengefektif dan mengefisienkan dalam proses penyediaan barang/jasa apabila ada perusahaan-perusahaan yang ingin mengikuti tender. Dari hasil wawancara dengan Kepala Bagian Layanan Pengadaan ULP Maros, bahwa :

“kenapa sistem E-Tendering ada karena pertama sudah ada regulasinya terus sarana dan prasarana mendukung, kedua kita ingin lebih baik dalam pengadaan barang dan jasanya, karena masih ada beberapa kendala teknis yang biasa menghambat ( Hasil kutipan dengan informan M, 19 oktober 2017 )”.

Berdasarkan wawancara di atas dengan informan M, bahwa ada dua yang melatar belakangi sehingga sistem e-tendering digunakan dalam pengadaan barang dan jasa yang pertama adanya regulasi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah, sarana dan prasarana pada Kantor ULP sudah mendukung sehingga sistem e-tendering dapat digunakan dalam pengadaan barang dan jasa. Kedua kantor ULP ingin lebih baik lagi dalam pengadaan barang dan jasanya dengan menggunakan sistem E-tendering secara online. Pernyataan yang disampaikan oleh Kepala

Bagian Layanan Pengadaan ULP Maros dalam hal sistem e-tendering pada pengadaan barang dan jasa diperjelas oleh Kepala Subbagian Pembinaan Pengadaan ULP Maros yang menyatakan bahwa:

“Kenapa Sistem E-tendering digunakan dalam pengadaan barang dan jasa karena, regulasi atau aturannya sudah ada begitupun dengan SDM juga sudah mendukung, dengan harapan sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa ( Hasil kutipan dengan informan MY, 19 oktober 2017 )”.

Berdasarkan wawancara di atas dengan informan MY bahwa sistem e-tendering digunakan dalam pengadaan barang dan jasa karena Pemerintah telah mengeluarkan regulasi atau aturan terkait pengadaan barang dan jasa. SDM di Kantor ULP Maros juga sudah mendukung, dengan harapan dapat menghasilkan proses yang efisien, efektif,

Dokumen terkait