• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh

a. Sejarah Berdiri

Sejarah berdirinya Perpustakaan Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh muncul dalam seminar kebudayaan yang diadakan di Banda Aceh ketika berlangsung Pekan Kebudayaan Aceh II dari tanggal 20 Agustus sampai dengan tanggal 2 September 1972, telah muncul gagasan dari seorang pemakalah untuk mendirikan “Achenes Studies”. Semua penerbitan – penerbitan mengenai Aceh ada di Aceh untuk memudahkan pengkajian tentang Aceh.

Pencetus gagasan itu adalah Drs. Teuku Ibrahim Alfian, M.A., Lektor kepala pada Fakultas Sastra dan Kebudayaan jurusan sejarah Universitas Gajah Mada di Yogyakarta. Ketika itu, beliau bertugas sebagai dosen ilmu sejarah di Univercity Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur. Selain gagasan dari Drs. Teuku Ibrahim Alfian, M.A., Prof. Dr. H. Aboe Bakar Atjeh salah seorang pemakalah dalam seminar tersebut, juga menyarankan pembentukan “suatu badan kebudayaan atau institute Aceh”. Setelah melalui pembahasan, gagasan para pemakalah itu telah menjadi salah satu keputusan seminar.

Jauh sebelum gagasan-gagasan dimaksud muncul, pada tanggal 1 Agustus 1914 telah dibentuk “Atjeh Institut” di Amsterdam yang anggaran dasarnya ditetapkan dalam Koninklijk Besluit nomor 61 tanggal 31 Juli 1914 dengan tujuan mengumpulkan bahan-bahan mengenai daerah dan rakyat Aceh. Ketua pertama

32

“Atjeh Institute” Prof. Dr. C. Snouck Hurgronje. De Rijkdom van Atjeh (Kekayaan Aceh) adalah salah satu penerbitan institute dimaksud.

Dr. Alfian seorang ahli ilmu politik LEKNAS-LIPI yang menjabat Direktur Pusat Latihan Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Aceh (1974-1976) yang didirikan pada tahun 1974 di Darussalam, Banda Aceh dan Dr. Ibrahim Hasan, Rektor Universitas Syiah Kuala telah berusaha keras untuk pembentukan institute tersebut dengaan memperoleh bantuan sepenuhnya dari Pemerintah Daerah Istimewa Aceh.

Pada tahun 1974 itu, lahirlah sebuah proyek yang dinamkan KA 013 dalam rangka Kultureel Akrord (kerjasama kebudayaan). Belanda-Indonesia membantu menyediakan buku-buku dan lain-lain untuk institute yang hendak dilahirkan. Drs. F.G.P. Jaquet, kepala kearsipan pada Koninklijk Intitute voor Taal-, Landen Volkenkunde di Laiden telah memberikan bantuan yang sangat berharga dalam itu (seleksi bahan-bahan di negeri Belanda dan pengirimannya ke Banda Aceh).

Berkat kebijaksanaan Pemerintah Daerah Istimewa Aceh, sebuah bangunan yang pada masa pemerintahan Belanda sebagai tempat kediaman Asisten-Residen terbeschikking dan pada masa pemerintahan Republik Indonesia, terakhir dihuni seorang pegawai tinggi pada kantor Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh yang terletak di Jalan Sudirman N0. 5 (kini Jalan Prof. A. Majid Ibrahim I No. 5) Banda Aceh, dijadikan calon gudang institute tersebut.

Pada tanggal 2 September 1974 dalam rangka memperingati ulang tahun Universitas Syiah Kuala ke XIII, Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh

menyerahkan tanah dan gedung bekas kediaman pejabat pada masa Pemerintahan Belanda dimaksud kepada Universitas Syiah Kuala dalam rangka persiapan kelahiran institute tersebut, disaksikan mentri P dan K Dr. Syarif Thayeb dan Panglima Kodam I / Iskandar Muda Brigadir Jenderal A. Rivai Harahap.

Selama 2 tahun, Departemen P dan K Republik Indonesia menyediakan sejumlah dana untuk pemugaran gedung dan penambahan beberapa bangunan baru. Pemerintah Daerah, selain menyerahkan gedung dan tanah, juga telah membantu sejumlah biaya selama 2 tahun untuk pengadaan alat-alat perlengkapan dan sebagainya.

Akhirnya pada tanggal 26 Maret 1977 atau tepat 104 tahun pernyataan perang kerajaan Belanda terhadap kerajaan Aceh, diresmikan pendirian Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (disingkat PDIA). Dalam Statuta Anggaran Dasar dinyatakan bahwa Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh adalah badan yang bersifat mandiri sebagai salah satu perwujudan kerjasama antara Pemerintah Daerah Istimewa Aceh serta bimbingan teknis administrasi dari Rektor Universitas Syiah Kuala.

Sebagai direktur ditunjuk Drs. Teuku Ibrahim Alfian, M.A. (pencetus gagasan pembentukan Achenes studies) yang sejak tanggal 15 Januari 1976 menggantikan Dr. Alfian yang telah selesai masa tugasnya. Dr. Alfian adalah Direktur pertama Pusat Latihan Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Aceh sejak didirikan pada tahun 1874.

Dalam rangka memperingati hari jadi Universitas Syiah Kuala ke XIV, pada tanggal 3 September 1977 diresmikan penggunaan Pusat Dokumentasi dan

34

Informasi Aceh untuk umum. Peresmian dihadiri oleh mentri P dan K Syarief Thayeb, para pejabat setempat, tamu-tamu khusus Pemerintah Daerah Istimewa Aceh dan Negeri Belanda. Para tamu dari negeri Belanda yaitu Prof. A. Teeuw, ketua proyek kerjasama Belanda Indonesia dan Nyonya Dr. A.J. Piekaar, bekas Sekretaris Keresidenan Aceh pada masa Pemerintahan Belanda (1939-1942), terakhir pensiunan pegawai tinggi kementerian Pendidikan Belanda (1953-1975) dan Nyonya serta Mr. Avleer, bekas Adspirant Controleur di Lhoksukon (1932-1934) terakhir pensiunan Walikota Enshede, negeri Belanda dan Nyonya. Selain Dr. Alfian dan Drs. Teuku Ibrahim Alfian, M.A. (terakhir sebagai Prof. Dr.) juga tokoh-tokoh lainnya seperti bapak A. Muzakir Walad, Prof. A. Majid Ibrahim, M. Hasan Basri, S.H dan Lain-lain telah menanamkan andil yang besar dalam pendirian dan perkembangan Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA).

Sedangkan perpustakaan sudah dibentuk sejak Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA) berdiri. Perpustakaan merupakan sub bidang informasi dan dokumentasi yang berfungsi untuk mmenghimpun, menyimpan dan menginformasikan kepada masyarakat dan pengguna perpustakaan yang membutuhkan baik itu masyarakat umum, penulis dan peneliti.1

b. Visi dan Misi

Menurut pasal 5 anggaran dasar bahwa visi dan misi Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA) bertujuan mewujudkan study mengenai Aceh dalam kedudukan dan hubungannya di Wilayah Nusantara dan Manca Negara pada masa mendatang.

1 Dokumen, Sekilas Perjalanan Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA), dibaca pada tanggal 5 Juni 2018

Mengenai misi dinyatakan pada pasal 6 anggaran dasar, yaitu dalam mencapai tujuan berusaha:

• Menghimpun dan menata segala bentuk dan penerbitan berupa buku, akta, risalah, pamphlet dan sebagainya.

• Memberikan informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan seperti perpustakaan dan bidang-bidang ilmiah lainnya.

• Menerbitkan/mempublikasikan dalam bentuk seri informasi, buku, risalah dan lain-lain mengenai Aceh serta mengadakan hubungan tukar menukar dengan badan-badan, perkumpulan dan perorangan di dalam dan di luar negeri.

• Membantu penelitian-penelitian ilmiah antara lain dengan bekerjasama dengan badan-badan, perkumpulan ataupun perorangan di dalam dan di luar negeri.

• Mmenghubungi pihak-pihak yang dapat membantu PDIA dengan berbagai bentuk kerjasama guna pengembangan dan kemajuan PDIA.2 c. Susunan Organisasi

Secara garis besar susunan organisasi Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh telah diatur pada pasal 7 ayat 2 anggaran dasar meliputi:

• Dewan Kehormatan • Dewan Pengarah • Direktur

• Sekretariat, sebagai unsur pelayanan • Bidang-bidang, sebagai unsur pelaksana

2 Dokumen, Statuta Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA), dibaca pada tanggal 5 Juni 2018

36

Susunan Organisasi

Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh

= Hubungan Fungsional --- = Hubungan Konsultasi Dewan Pengarah Direktur Dewan Kehormatan Sekretaris Keuangan Umum Tata Usaha Pengawetan Publikasi Pembinaan Publikasi Bidang Dokumentasi Reproduksi Publikasi Bidang Publikasi dan Reproduksi Perpustakaan Pelayanan Informasi Bidang Dokumentasi

Dokumen terkait