• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14, yaitu sebagai berikut:

a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional

b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi

c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi

PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil. Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Nasional (PKN) telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, telah diatur Rencana Pusat Kegiatan Nasional untuk beberapa kawasan/lokasi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang dijelaskan melalui tabel berikut ini.

Tabel 3. 10 Rencana Pusat Kegiatan Nasional Nasional (PKN) di DIY berdasarkan RTRWN No. Struktur Ruang

Wilayah Kawasan/Lokasi Kebijakan Pengembangan

1. Sistem Perkotaan  PKN: Yogyakarta

 PKW: Bantul

 PKW: Sleman

Revitalisasi Kota yang telah berfungsi

Rehabilitas Kota akibat bencana alam & Pengembangan/

Peningkatan fungsi

Pengembangan/Peningkatan fungsi

46| A R A H A N S T R A T E G I S N A S I O N A L B I D A N G C I P T A K A R Y A U N T U K K A B U P A T E N S L E M A N 3.2.4. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI)

Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.

Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan factor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama. KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut:

a. Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan

b. Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap KPI

c. Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentrasentra produksi di masing-masing KPI

d. Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, dampak ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah (Presiden RI)

Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk kedalam pengembangan koridor ekonomi wilayah jawa. Pengembangan Koridor Ekonomi Jawa mempunyai tema Pendorong Industri dan Jasa Nasional. Selain itu, strategi khusus Koridor Ekonomi Jawa adalah mengembangkan industri yang mendukung pelestarian daya dukung air dan lingkungan. Secara umum, Koridor Ekonomi Jawa memiliki kondisi yang lebih baik di bidang ekonomi dan sosial, sehingga Koridor Ekonomi Jawa berpotensi untuk berkembang dalam rantai nilai dari ekonomi berbasis manufaktur ke jasa. Koridor ini dapat menjadi benchmark perubahan ekonomi yang telah sukses berkembang dalam rantai nilai dari yang sebelumnya fokus di industri primer menjadi fokus di industri tersier, sebagaimana telah terjadi di Singapura, Shenzen dan Dubai. Koridor Ekonomi Jawa memiliki beberapa hal yang harus dibenahi, antara lain:

- Tingginya tingkat kesenjangan PDRB dan kesenjangan kesejahteraan di antara provinsi di dalam koridor;

- Pertumbuhan tidak merata sepanjang rantai nilai, kemajuan sektor manufaktur tidak diikuti kemajuan sektor-sektor yang lain;

- Kurangnya investasi domestik maupun asing; - Kurang memadainya infrastruktur dasar.

47| A R A H A N S T R A T E G I S N A S I O N A L B I D A N G C I P T A K A R Y A U N T U K K A B U P A T E N S L E M A N Sumber: MP3EI

Gambar 3. 11 Tema Pembangunan Pusat ekonomi dan Kegiatan Ekonomi Utama Koridor Jawa

Selain kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus Koridor Ekonomi Jawa di atas, di koridor ini juga terdapat beberapa kegiatan yang dinilai mempunyai potensi pengembangan, seperti besi baja, tembaga, dan migas serta 10 Destinasi Pariwisata Nasional (DPN). Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat juga berkontribusi di dalam pengembangan Koridor Ekonomi Jawa secara menyeluruh. Selain itu, juga dikembangkan industry kreatif dan pariwisata yang berbasis UKM di Yogyakarta. Dalam rangka mendukung perkembangan SDM dan IPTEK, Bandung, Yogyakarta dan Malang diarahkan sebagai pusat-pusat pendidikan.

Terkait dengan Pembangunan Koridor Ekonomi Jawa teridentifikasi rencana investasi baru untuk kegiatan ekonomi utama Makanan-Minuman, Tekstil, Peralatan Transportasi, Jabodetabek Area, Perkapalan, Alutsista, serta infrastruktur pendukung dengan total IDR 1.290 Triliun. Di samping investasi di atas, ada pula beberapa investasi untuk kegiatan yang bukan menjadi kegiatan ekonomi utama di Koridor Ekonomi Jawa, tetapi menjadi bagian dari 22 kegiatan ekonomi utama seperti, besi baja, tembaga, pariwisata yang difokuskan

48| A R A H A N S T R A T E G I S N A S I O N A L B I D A N G C I P T A K A R Y A U N T U K K A B U P A T E N S L E M A N pada 10 Destinasi Pariwisata Nasional serta migas dengan jumlah investasi sebesar IDR 168,58 Triliun. Selain itu, ada pula investasi dari beberapa kegiatan di luar 22 kegiatan ekonomi utama yang dikembangkan di MP3EI seperti petrokimia sebesar IDR 18,00 Triliun.

Sumber: MP3EI

Gambar 3. 12 Peta Investasi Koridor Ekonomi Jawa

Pengembangan sejumlah kegiatan ekonomi utama serta pengembangan konektivitas di Koridor Ekonomi Jawa, diharapkan dapat mengatasi permasalahan utama yang dihadapi oleh koridor yaitu kesenjangan PDRB antar daerah. Percepatan dan perluasan perekonomian di Koridor Ekonomi Jawa diharapkan dapat memperkuat posisi Koridor Ekonomi Jawa sebagai “Pusat Pengembangan Indus efek positif bagi pengembangan Koridor lainnya. Sedangkan daftar invetasi infrastruktur yang teridentifikasi di Koridor Jawa menurut MP3EI dijelaskan dalam tabel 3.11.

Berdasarkan ulasan MP3I di atas, Kota Yogyakarta dan sekitarnya termasuk ke dalam pusat ekonomi koridor jawa disamping Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya. Sebagai pusat ekonomi perkembangan ekonomi yang diharapkan dari Kota Yogyakarta adalah sebagai Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) sehingga memerlukan investasi infrastruktur bandara internasional untuk mendukung pengembangan ekonomi tersebut. Rencana pengembangan bandara internasional baru berada di lokasi Kabupaten Kulon Progo. Oleh karena itu Kabupaten Kulon Progo termasuk kedalam kabupaten/kota yang memiliki Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang diprioritaskan mendapatkan fasilitasi pengembangan infrastruktur dari Direktorat Jenderal Cipta Karya.

49| A R A H A N S T R A T E G I S N A S I O N A L B I D A N G C I P T A K A R Y A U N T U K K A B U P A T E N S L E M A N Tabel 3. 11 Daftar Investasi Infrastruktur yang Teridentifikasi di Koridor Jawa

Sumber: MP3EI

Dokumen terkait