• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh peneliti lain yang dapat digunakan sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Antara lain pernah dilakukan oleh :

1. Hj. Retnawati Sir egar (2006) a. Judul Penelitian

“ Pengaruh Indeks Prestasi Kumulatif Dan Persepsi Mahasiswa Akuntansi Kota Medan Mengenai Beberapa Faktor Tertentu Terhadap Pilihan Karir ”. b. Permasalahan

1. Apakah Indeks Prestasi Kumulatif berpengaruh secara signifikan terhadap pilihan karir ?

2. Apakah persepsi mahasiswa akuntansi atas beberapa faktor tertentu berpengaruh secara signifikan terhadap pilihan karir ?

3. Apakah Indeks Prestasi Kumulatif dan persepsi mahasiswa akuntansi atas beberapa faktor tertentu secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap pilihan karir ?

c. Hasil penelitian

1. IPK berpengaruh secara signifikan terhadap pilihan karir, dengan demikian tidak cukup bukti untuk menolak H2 yang menyatakan IPK berpengaruh secara signifikan terhadap pilihan karir. Hal ini berarti bahwa mahasiswa akuntansi mempertimbangkan IPK dalam memilih karir.

2. Persepsi mahasiswa progdi akuntansi mengenai beberapa faktor tertentu berpengaruh secara signifikan terhadap pilihan karir. Dengan demikian tidak cukup bukti untuk menolak H1 yang menyatakan persepsi mahasiswa progdi akuntansi atas beberapa faktor tertentu berpengaruh secara signifikan terhadap pilihan karir. Hal ini berarti bahwa mahasiswa akuntansi mempertimbangkan beberapa faktor tertentu, terutama pengakuan profesional, personalitas dan nilai – nilai sosial dalam memilih karir.

3. IPK dan persepsi mahasiswa progdi akuntansi di Kota Medan mengenai beberapa faktor tertentu berpengaruh secara signifikan terhadap pilihan karir. Dengan demikian tidak cukup bukti untuk menolak H3 yang menyatakan IPK dan persepsi mahasiswa progdi akuntansi atas beberapa faktor tertentu berpengaruh secara signifikan terhadap pilihan karir. Hal ini berarti mahasiswa akuntansi mempertimbangkan IPK sekaligus mempertimbangkan persepsi atas beberapa faktor tertentu terutama pengakuan profesional, personalitas dan nilai – nilai sosial dalam memilih karir.

4. Karir yang paling diminati oleh mahasiswa akuntansi secara berurutan adalah sebagai berikut :

a. Akuntan manajemen (42,7%) b. Akuntan pemerintah (32,7%) c. Lain – lain (10%)

d. Akuntan publik (8%) e. Akuntan pendidik (6,7%)

penelitian ini mendukung penelitian Rahayu dkk dan juga mazli dkk (2006).

5. a. Faktor yang paling signifikan (40.96%) mempengaruhi mahasiswa akuntansi dalam memilih karir secara berurutan adalah sebagai berikut :

1. Pengakuan profesional 2. Personalitas

3. Nilai – nilai sosial 4. IPK

b. Faktor yang kurang signifikan (14,43%) mempengaruhi mahasiswa akuntansi dalam memilih karir secara berurutan adalah sebagai berikut :

1. Penghargaan finansial 2. Pertimbangan pasar kerja 3. Kebanggaan

6. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini hanya menggunakan kuesioner sehingga kesimpulan yang dapat diambil hanya berdasarkan data yang dikumpulkam dari kuesioner tersebut.

2. Agus Rochmatullah (2007) a. Judul penelitian

“ Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keinginan Berkarir Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur ”. b. Permasalahan

Apakah penghargaan finansial, nilai – nilai sosial, lingkungan kerja mempunyai pengaruh terhadap keinginan kerja.

c. Hasil penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tujuan dari penelitian yaitu untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh penghargaan finansial, nilai – nilai sosial, lingkungan kerja mempunyai pengaruh terhadap keinginan berkarir tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat besarnya taraf signifikan yang ditunjukkan oleh semua variabel bebas yang diteliti yakni lebih besar dari 0,05.

3. Dyah Nilamsar i (2008) a. Judul Penelitian

“ Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pemilihan Profesi Sebagai Akuntan Publik dan Non Akuntan Publik Bagi Mahasiswa Akuntansi (Studi Empiris Pada UPN “Veteran” Jawa Timur) ”.

b. Permasalahan

Apakah nilai instrinsik pekerjaan, gaji atau penghasilan, dan pertimbangan pasar kerja, berpengaruh terhadap pemilihan profesi bagi mahasiswa akuntansi ?

c. Hasil penelitian

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik untuk mengetahui dan menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan profesi sebagai akuntan publik dan non akuntan publik bagi mahasiswa akuntansi pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, dapat disimpulkan bahwa nilai intrinsik pekerjaan dan pertimbangan pasar kerja berpengaruh signifikan pada pemilihan profesi mahasiswa S1 progdi akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur. Sedangkan gaji atau penghasilan berpengaruh tidak signifikan terhadap pemilihan profesi mahasiswa S1 progdi akuntansi UPN “Veteran” Jawa Timur.

Tabel 2.1

Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu

Nama Judul Variabel

1. Hj. Retnawati Siregar (2006) “Pengaruh Indeks Prestasi Kumulatif Dan Persepsi Mahasiswa Akuntansi Kota Medan Mengenai Beberapa Faktor Tertentu Terhadap Pilihan Karir”.

Variable bebas (independent variabel) : X1 = Persepsi mahasiswa : - Penghargaan finansial - Pengakuan profesional - Nilai – nilai sosial - Pasar kerja - Personalitas

- Kebanggaan

X2 = IPK (Indeks Prestasi kumulatif)

Variable terikat (dependent variabel ) : Y = Pilihan karir : - Akuntan publik - Akuntan manajemen - Akuntan pendidik - Akuntan pemerintah - Lain – lain

2. Agus Rochmatullah (2007) “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keinginan Berkarir Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur”.

Variable bebas (independent variabel) :

X1 = Penghargaan finansial X2 = Nilai – nilai sosial X3 = Lingkungan kerja

Variable terikat (dependent variabel ) : Y = Keinginan berkarir : - Akuntan pendidik - Akuntan perusahaan - Akuntan pemerintah - Akuntan publik 3. Dyah Nilamsari (2008) “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pemilihan Profesi Sebagai Akuntan Publik dan Non Akuntan Publik Bagi Mahasiswa Akuntansi (Studi Empiris Pada UPN “Veteran” Jawa

Variable bebas (independent variabel) :

X1 = Nilai intrinsik pekerjaan X2 = Gaji atau penghasilan X3 = Pertimbangan pasar kerja

Variable terikat (dependent variabel ) :

Y = Pemilihan profesi : - Akuntan publik - Non Akuntan publik

Timur)”. 4. Febrinia Wahyuningtias (2012) “Pengaruh Indeks Prestasi Kumulatif Dan Faktor –Faktor Yang

Mempengaruhi Pemilihan Profesi Sebagai Akuntan Publik.”

Variable bebas (independent variabel) :

X1 = Penghargaan finansial X2 = Lingkungan kerja X3 = Nilai – nilai sosial X4 = Indeks Prestasi Kumulatif

Variable terikat (dependent variabel ) :

Y = Akuntan publik

Sumber : Penulis

2.2 Landasan Teor i 2.2.1 Per sepsi

Menurut Rahmat (2005 : 51) menyatakan persepsi adalah :

“persepsi adalah pengalaman tentang obyek peristiwa atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”.

Perihal melihat suatu masalah setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda – beda. Persepsi orang tersebut timbul dari dalam diri masing – masing. Menurut Ikhsan dan Ishak (2005 : 57) persepsi adalah

bagaimana orang –orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Definisi yang formal adalah proses dengan mana seseorang memilih, berusaha, dan menginterpretasikan rangsangan ke dalam suatu gambaran yang terpadu dan penuh arti.

Pengertian persepsi menurut Thoha (2004 : 141) adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaaan, dan penciuman.

Sedangkan persepsi menurut kamus besar bahasa Indonesia (1995) dalam Ikhsan dan Ishak (2005 : 57) mendefinisikan persepsi sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Sedangkan dalam lingkup yang lebih luas, persepsi merupakan suatu proses yang melibatkan pengetahuan – pengetahuan sebelumnya dalam memperoleh dan menginterpretasikan stimulus yang ditujukan oleh panca indera. Dengan kata lain, persepsi merupakan kombinasi antara faktor utama dunia luar (stimulus visual) dan diri manuasia itu sendiri (pengetahuan – pengetahuan sebelumnya).

Persepsi memberikan makna pada stimuli (sensor stimuli). Persepsi juga merupakan pengalaman tentang objek atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Ikhsan dan Ishak (2005 : 57).

2.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengar uhi Per sepsi

Persepsi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan seorang individu dapat memberikan interpretasi yang berbeda dengan orang lain ada saat melihat sesuatu.

Menurut Rakhmat (2005), Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi adalah :

1. Faktor fungsional, yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, motivasi, harapan dan keinginan, emosi dan suasana hati dan hal – hal lain yang termasuk dalam faktor personal.

2. Faktor struktural, berasal dari sifat stimulasi secara fisik dan efek- efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu.

Menurut Ikhsan dan Ishak (2005 : 57), persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situsional.

- Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal – hal lain yang termasuk dalam apa yang disebut sebagai faktor fungsional.

- Faktor struktural berasal dari sifat fisik dan dampak saraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu.

2.2.3 Pr oses Ter ja dinya Persepsi

Menurut Thoha (2004 : 143) menyatakan bahwa proses persepsi adalah : “Proses persepsi meliputi interaksi yang sulit dari kegiatan seleksi, penyusunan, dan penafsiran. Walaupun persepsi sangat

tergantung pada penginderaan data, proses kognitif barangkali bisa menyaring, menyederhanakan atau mengubah secara sempurna data tersebut. Satu contoh, cobalah dilihat suatu obyek yang diam tidak bergerak seperti rumah, atau patung. Lihatlah obyek tersebut dari satu sisi, kemudian putarlah pelan – pelan pandangan ke sisi lain, maka yang nampak seakan – akan obyek tersebut bergerak. Contoh ini menunjukkan seseorang memahami obyek tersebut diam tidak bergerak, tetapi penginderaannya mengatakan bahwa obyek tersebut bergerak. Dengan demikian proses persepsi akan dapat mengatasi proses pengeinderaan. Dengan kata lain, proses persepsi dapat menambah dan mengurangi kejadian senyatanya yang diinderakan seseorang.

2.2.4 Penger tian Pr ofesi

Menurut Regar (1998 : 8) “profesi berdasarkan pengertian yang sempit adalah suatu jenis pekerjaan yang dipangku oleh jabatan khusus tertentu dalam masyarakat dengan memenuhi syarat dan ciri tertentu”.

(Carey, 1970 : Loeb, 1978) syarat dan ciri tertentu tersebut antara lain:

1. Pengetahuan yang diperoleh dengan cara mengikuti pendidikan yang teratur dan buktikan dengan tanda atau ijazah keahlian dan memiliki kewenangan dalam keahliannya.

2. Jasa yang diberikan dibutuhkan oleh masyarakat dan memiliki monopoli dalam memberikan pelayanan.

3. Memiliki organisasi yang mendapat pengakuan masyarakat atau pemerintah dengan perangkat kode etik untuk mengatur anggotanya serta memiliki budaya profesi.

4. Suatu ciri yang membedakannya dengan perusahaan yakni tidak mengejar keuntungan yang sebesar – besarnya, tetapi lebih mengutamakan pelayanan dengan memberikan jasa yang setimpal. Pada dasarnya ciri profesi ini berlaku untuk semua profesi seperti kedokteran, pengacara, akuntan publik dan lain –lain.

2.2.5 Pr ofesi Akuntan

Menurut International Federation of Accountants dalam Regar (2003 : 3) yang dimaksud dengan profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik.

Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah ruang lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit, akuntansi, pajak dan konsultasi manajemen (Regar, 2003 : 3).

Profesi Akuntansi sebagai pemberi jasa dalam informasi keuangan memiliki tiga aspek yang terkait satu sama lain yakni pendidikan, praktik, dan penelitian. (Sterling, 1973 , Bell dan Wright, 1995 dalam Syukriy Abdullah dan Syukur Selamat, 2002).

2.2.6 Pr ofesi Akuntan Publik

Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik disuatu Negara adalah sejalan dengan berkembangnya berbagai jenis perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum di negara tersebut (Mulyadi, 2002 : 2). Perusahaan membutuhkan modal/dana untuk menjalankan profesinya. Modal/dana ini dapat berasal dari pihak intern perusahaan (pemilik) dan pihak ekstern perusahaan (investor dan pinjaman dari kreditur). Oleh karena itu, laporan keuangan dibutuhkan oleh kedua pihak tersebut dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perusahaan. Laporan keuangan yang akan dibuat manajemen merupakan penyampaian informasi mengenai pertanggung jawaban pengelolaan dana yang berasal dari pihak ekstern maupun intern perusahaan (Setiyani, 2005 dalam Yuanita Widyasari, 2010).

Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik adalah pemeriksaan laporan keuangan dan konsultasi dibidang keuangan. Jenis pekerjaan tersebut mencerminkan seorang akuntan yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) akan selalu berhubungan dengan klien, yaitu perusahaan yang meminta jasa pada Kantor Akuntan Publik. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis pekerjaan profesi akuntan publik adalah pekerjaan yang tergantung pada jasa yang diminta oleh kliennya (Setiyani, 2005 dalam Yuanita Widyasari, 2010).

Jika seseorang memasuki karir sebagai akuntan publik, ia harus terlebih dahulu mencari pengalaman profesi dibawah pengawasan

akuntan senior yang lebih berpengalaman. Disamping itu pelatihan teknis yang mempunyai cukup arti pula bahwa akuntan harus mengikuti perkembangan yang terjadi di dunia usaha dan profesinya.

(Mulyadi,2002)

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.43/KMK.017/1997 tanggal 27 Januari 1997, izin menjalankan praktik sebagai akuntan publik diberikan oleh Menteri Keuangan jika seseorang memenuhi persyaratan sebagai berikut (Mulyadi, 2002 : 26): 1. Berdomisili di wilayah Indonesia.

2. Lulus ujian sertifikasi akuntan publik yang diselenggarakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

3. Menjadi IAI.

4. Telah memiliki pengalaman kerja sekurang – kurangnya tiga tahun sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang audit.

Berikut ini adalah Hirarki auditor dalam perikatan audit di dalam kantor akuntan publik dibagi menjadi berikut ini : (Mulyadi, 2002 : 33-34)

1. Partner, bertanggung jawab atas hubungan dengan klien, dan bertanggung jawab secara keseluruhan mengenai auditing. Partner menandatangani laporan audit dan management letter, dan bertanggungjawab terhadap penagihan fee audit dari klien.

2. Manajer, merupakan pengawas audit yang bertugas membantu auditor senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit : mereview kertas kerja, laporan audit dan management letter.

3. Auditor senior, bertugas untuk melaksanakan audit dan bertanggung jawab untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana, mengarahkan dan mereview pekerjaan auditor junior.

4. Auditor junior, bertugas melaksanakan prosedur audit secara rinci, membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan.

Bekerja di KAP dapat mengetahui aneka macam perusahaan terutama perlakuan auditnya, sering bepergian keluar kota untuk mengaudit klien. Pengalaman di KAP membuat seorang individu dicari oleh perusahaan karena dianggap telah menguasai akuntansi sesuai standar yang berlaku. Namun bekerja di KAP juga terdapat kekurangannya, seperti pekerjaan yang melebihi perusahaan biasa yang mengharuskan lembur (Sumarna, 2002 dalam Yuanita Widyasari, 2010).

2.2.7 Faktor – Faktor Yang Mempengar uhi Pemilihan Kar ir

Faktor –faktor yang mempengaruhi pemilihan karir dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu : Penghargaan finansial, Nilai – nilai sosial dan Lingkungan kerja. (Agus Rachmatullah, 2007). Masing – masing faktor akan di bahas satu persatu seperti berikut ini :

a. Penghar gaan Finansial

Gaji atau penghargaan finansial dianalisis dengan juga pernyataan gaji awal yang tinggi tersedianya dana pensiun dari kenaikan gaji lebih cepat. Menurut (Wijayanti, 2001 dan Setiyani, 2005 dalam Yuanita Widyasari, 2010) disebutkan penghasilan atau gaji merupakan hasil yang diperoleh sebagai kontraprestasi dari pekerjaan yang telah diyakini secara mendasar bagi sebagian besar perusahaan sebagai daya tarik utama untuk memberikan kepuasan kepada karyawan.

Gaji merupakan salah satu bentuk kompensasi yang diberikan perusahaan atau pemerintah kepada karyawan yang merupakan dorongan utama bagi karyawan untuk bekerja. Gaji yang diberikan kepada karyawan sangat berpengaruh ada tingkat kepuasan kerja, motivasi kerja dan hasil kerja. (Nur Azlina, 2010)

b. Lingkungan Ker ja

Kepuasan kerja (Robbin, 2008 : 99) adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan – perasaan yang negatif tentang pekerjaan tersebut.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas karyawan (dalam hal ini seorang akuntan publik) adalah lingkungan kerja. Meskipun faktor tersebut sangatlah penting dan besar pengaruhnya, tetapi masih banyak perusahaan perusahaan yang kurang memperhatikan hal tersebut.

Yang disebut lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (Nitisemito, 2001: 183). Faktor lingkungan kerja meliputi, sifat pekerjaan,tingkat persaingan, dan banyaknya tekanan.

Lingkungan kerja dalam akuntan publik merupakan lingkungan kerja yang lebih banyak dituntut untuk menghadapi tantangan karena dengan bervariasinya jasa yang diberikan oleh klien dapat menimbulkan berbagai macam tekanan kerja untuk mencapai hasil yang sempurna. Tekanan dari klien dengan adanya batasan waktu yang mengharuskan seorang akuntan publik seringkali lembur serta adanya tingkat kompetisi yang tinggi antara karyawan.(Lara Absara Apriliani, 2011)

c. Nilai – Nilai Sosial

Nilai - nilai sosial berhubungan dengan kemampuan seseorang di masyarakat atau nilai seseorang yang dilihat dari sudut pandang orang-orang di lingkungannya (Rahayu et al, 2003 dalam Lara Absara, 2011).

Nilai – nilai sosial berkaitan dengan pandangan masyarakat terhadap karir yang dipilih mahasiswa. Nilai – nilai sosial berkaitan dengan pandangan masyarakat terhadap karir yang mereka pilih mempunyai nilai – nilai sosial. Faktor nilai – nilai sosial meliputi kesempatan melakukan kegiatan sosial, kesempatan berinteraksi dengan orang lain, kepuasan pribadi, kesempatan menjalankan hobi, perhatian terhadap perilaku

individu, gengsi pekerjaan dan kemungkinan bekerja dengan ahli bidang lain. (Reni Yendrawati, 2007).

d. Indeks Pr estasi Kumulatif (IPK)

Prestasi belajar adalah hasil usaha dari semua kegiatan yang dilakukan mahasiswa, baik dari belajar, pengalaman dari latihan dari suatu kegiatan. Untuk mengetahui hasil dari belajar ini dibuat suatu alat pengukur atau tes prestasi (achievement test). Hasil pengukuran melalui tes hasil belajar dapat dinyatakan dalam bentuk nilai yang besifat kuantitatif dalam angka 0 – 4 atau A, B, C, D, E. tingkatan nilai test ini diatur menurut rangking dan diformulasikan dalam bentuk Indeks Prestasi (IP).

Indeks Prestasi (IP) yaitu Indeks Prestasi yang dihitung pada akhir semester yang digunakan sebagai dasar untuk mengetahui keberhasilan belajar dari semua mata kuliah yang diikuti pada semester yang bersangkutan. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yaitu indeks prestasi yang dihitung pada akhir suatu program pendidikan lengkap yang diambilnya, yang dinyatakan dengan rentangan angka 0,00 – 4,00. (Hj. Retnawati Siregar, 2008)

2.2.8 Teor i Yang Melandasi Hubungan Antar a Penghar gaan Finansial Dengan Keinginan Ber kar ir

Teori Ekuitas diberikan pada psikolog J. Stacy Adams.

Teori tersebut berpendapat bahwa input utama dalam kinerja dan kepuasan adalah tingkat ekuitas (Inekuitas) yang diterima seseorang dalam pekerjaan mereka. Input dan output (hasil kerja) seseorang dan orang lain didasarkan pada persepsi seseorang. Usia, jenis kelamin, status, jenis kelamin, status sosial, posisi organisasi, kualifikasi dan seberapa keras orang bekerja merupakan contoh variabel input yang dinilai. Hasil meliputi berbagai penghargaan seperti gaji, status, promosi dan minat intrinsik dalam pekerjaan, pada pokoknya, rasio didasarkan pada persepsi seseorang atas apa yang ia berikan (input). Dan apa yang ia terima (hasil) versus rasio antara apa yang diberikan orang lain dan yang mereka terima. (Fred Luthans, 2006 : 290).

Manfaat upah atau “upah prestasi kerja” sebagai dasar untuk penghargaan karyawan adalah suatu praktek manajemen yang diterima secara luas. Manfaat upah didefinisikan sebagai setiap sistem kompensasi yang mendasari upah atau gaji individu berdasarkan prestasi yang diukur dari individu yang bersangkutan. Meskipun ada bantahan tentang relatif pentingnya upah dibandingkan dengan imbalan ekstrinsik dan intrinsik lainnya, terdapat kesepakatan umum dalam lingkaran manajemen bahwa upah adalah imbalan yang penting bagi sebagian karyawan. Jika dua orang karyawan dipekerjakan untuk melakukan

pekerjaan yang sama dan salah seorang mengerjakan pekerjaan tersebut lebih baik, tentunya yang melakukan pekerjaan lebih baik tersebut harus diberi upah lebih banyak karena prestasi yang telah dicapai. Dengan rencana upah untuk prestasi, karyawan terbaik melaksanakan pekerjaan menerima kenaikan terbesar karyawan yang terburuk melaksanakan pekerjaan menerima kenaikan terkecil atau tidak menerima kenaikan upah sama sekali. Jadi manajemen menyediakan pemikat atau pemotong (Carrot or Stick) untuk memotivasi prestasi yang lebih baik, pemikat digunakan untuk pelaksana yang baik, dan pemotong diterapkan terhadap pelaksana yang lamban (Gibson Ivancovieh, 1987 : 167).

Sasaran utama program imbalan adalah : 1. Menarik orang yang berkualitas

2. Mempertahankan karyawan agar tetap datang bekerja 3. Memotivasi karyawan untuk mencapai tingkat yang tinggi

Menurut (Stephen P Robbin, 2002 : 276), penghargaan finansial juga disebut penghargaan ekstrinsik yang mencakup antara lain :

1. Kompensasi langsung a. Gaji pokok upah dasar b. Premi lembur dan cuti c. Bonus kinerja

d. Pembagian keuntungan e. Pilihan pembelian saham

2. Kompensasi tidak langsung a. Program proteksi

b. Pembayaran untuk waktu tidak bekerja c. Pelayanan dan penghasilan tambahan 3. Penghasilan non finansial

a. Perlengkapan alat – alat kantor yang diperlukan b. Tempat parkir yang disediakan

c. Jabatan yang menarik

d. Jam makan siang yang dipilih

2.2.9 Teor i Yang Melandasi Hubungan Antar a Lingkungan Ker ja Dengan Keinginan Ber kar ir

Teori motivasi dua faktor dari Herzberg. Motivator dan Faktor higienis dikenal sebagai teori motivasi dua faktor dari Herzberg. Faktor Higienis meliputi : Kebijakan dan administrasi perusahaan, pengawasan, Teknis, Gaji, Hubungan antar pribadi, Penyelia, Kondisi kerja. Motivator meliputi : Prestasi, Penghargaan, Pekerjaan itu sendiri, Tanggung jawab dan Kemajuan.

Herzberg memperluas karya maslow dan mengembangkan teori kepuasan dari motivasi kerja. Dia melakukan studi motivasional pada sekitar 200 akuntan dan insinyur yang dipekerjakan oleh perusahaan di Pittsburgh, Pennsylvania, pengumpulan data untuk analisis dilakukan

dengan menggunakan metode kejadian kritis. Subjek profesional dalam studi ini menghadapi dua pertanyaan :

Kapan anda merasa bekerja dengan baik –apa yang membuat anda senang, Kapan anda merasa bekerja dengan buruk – apa yang membuat anda tidak tertarik ?

Respons yang diperoleh dari metode kejadian kritis ini menarik dan cukup konsisten. Perasaan nyaman umumnya berhubungan dengan pengalaman kerja dan kepuasan kerja. Sebaliknya perasaan tidak senang umumnya berhubungan dengan aspek di sekitar pekerjaan suasana pekerjaan.

Herzbergh dengan mentabulasikan perasaan senang dan tidak senang, menyimpulkan bahwa orang yang puas dalam pekerjaan berhubungan dengan kepuasan kerja dan bahwa orang yang tidak puas dengan pekerjaan berhubungan dengan suasana kerja. Herzbergh menamai orang yang puas dengan motivator, dan orang yang tidak puas dengan faktor higienis. Istilah higienis mengacu kepada (seperti bidang kesehatan) faktor – faktor yang bersifat mencegah, dalam teori herzbergh faktor higienis adalah orang yang terhalang kepuasannya. Motivator dan faktor higienis dikenal sebagai teori motivasi dua faktor dari herzbergh. Dan menurut teori herzbergh hanya pekerjaan menantang yang punya kesempatan untuk prestasi atau pencapaian, penghargaan, tanggungjawab, kemajuan dan pertumbuhan yang akan memotivasi karyawan. (Fred Luthans, 2006 : 282)

Lingkungan kerja juga merupakan faktor yang mempertimbangkan dalam keinginan berkarir mahasiswa (carpenter dan Strawser,1970 ; Ryan dan Hise,1976 , Wijayanti, 2001 dalam Agus Rochmatullah : 2007). Semua mahasiswa menganggap karir sebagai akuntan perusahaan akan

Dokumen terkait