• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR

DAFTAR

DAFTAR PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA

Albuntana, A,. Yasman dan Wisnu, W. (2011). Uji Toksisitas Ekstrak Empat Jenis Teripang Suku Holothuriidea dari Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan Seribu, Jakarta Menggunakan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 3(1): 65-66. .

Bordbar, S. (2011). High-Value Componentsand Bioactives from Sea Cucumber for Functional Foods-A Review. Marine Drugs Journal.9(1): 1772.

Cole, G.T. (1981). Biology of Conidial Fungi Vol 2. New York: Academic Press Inc (London) Ltd. Hal. 444.

Cowan, M.M. (1999). Plant Product as Antimicrobial Agents. Oxford. Miamy University. Hal. 331.

Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Depkes RI. Hal. 322-326.

Difco Laboratories. (1977). Difco Manual of Dehydrated Culture Media and Reagents for Microbiology and Clinical Laboratory Procedures. Edisi ke-9. Detroit Michigan: Difco Laboratories. Hal. 32, 64.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 7.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 1, 10-11.

Dwidjoseputro, D. (1994).Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Hal. 146.

Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 35-38.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Terjemahan: Kosasih Padmawinato dan Iwang Suediro. Edisi kedua. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 147-148, 151, 234.

Jawetz., Melnick., dan Adelberg’s. (2005). Medical Microbiology.

Diterjemahkan oleh Mudihardi, E,. Kuntaman,. Eddy, B.W., Setio, H,. Dan Lindawati, A. Jakarta: Salemba Medika. Hal. 8, 313, 234-235.

Karnila, R,. Made, S,. Sukarno dan Tutik, W. (2011). Analisis Kandungan Nutrisi Daging dan Tepung Teripang Pasir (Holothuria scabraJ.) Segar.

Jurnal Terubuk. 39(2): 51-52.

Karnila, R,. Made, A,. Sukarno dan Tutik, W. (2011). Karakteristik Konsentrat Protein Teripang Pasir (Holothuria scabra J.) Dengan Bahan Pengekstrak Aseton.Jurnal Perikanan dan Kelautan. 16(1): 91.

Kusumaningtyas, E., Lusi, S., dan Estie A. (2008). Penentuan Golongan Bercak Senyawa Aktif Ekstrak n-heksan Alpinia galanga terhadap Candida albicans dengan Bioautografi dan Kromatogarfi Lapis Tipis.

Jakarta: Universitas Pancasila. Hal. 1-2.

Lawrence, A.J. (2006). Darwin Initiative For The Sustainable Use Of Sea Cucumber In Egypt. Egypt: Departement of Bioloical Science University of Hull. Hal. 18.

Lay, B.W. (1996). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal. 37-43.

Marliana, D.S., Venty, S., dan Suyono. (2005). Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol.Jurnal Biofarmasi.3(1): 29. Martoyo, J., Nugroho, A., dan Tjahjo, W. (2006). Budi Daya Teripang. Edisi

Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 14.

Murniasih, T. (2005). Substansi Kimia Untuk Pertahann Diri dari Hewan Laut Tak Bertulang Belakang.Jurnal Oseana. 30(2): 19-27.

Pranoto, E.N., Widodo, F.M., dan Delianis P. (2012). Kajian Aktivitas Bioaktif Ekstrak Teripang Pasir (Holothuria scabra) Terhadap Jamur Candida albicans. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. 1(1): 1-8.

Pratiwi, S.T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 39-41.

Ramadany, H.M., Winarni dan Soepriandono. (2009). Pengaruh Pemberian Ekstrak Tiga Jenis Teripang Lokal Pantai Timur Surabaya Terhadap Hepar Mencit (Mus musculus) Setelah Infeksi Escherichia coli. Jurnal Fakultas Sains dan Teknologi.1(1): 2.

Rasyid, A. (2008). Biota Laut Sebagai Sumber Obat-Obatan. Jurnal Oseana. 33(1): 11-18.

Robinson,T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi keenam. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 157.

Saifudin, A., Viesa, R., dan Hilwan, Y.T. (2011). Standarisasi Bahan Obat Alam.Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 70.

Sonnenwirth, A.C. (1980). Growohl’s Clinical Laboratory Methods and Diagnostic.Vol 2. London: The CV Mosby Company. Hal. 1578. Tan, T.H., dan Kirana. (2002). Obat-obat Penting. Edisi kelima. Jakarta: Elex

Media Komputindo. Hal. 91.

Tjitrosoepomo, G. (2009). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 29, 95-96, 119.

Widodo, A. (2013). Budidaya Teripang. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Hal. 1-19.

World Health Organization. (1992). Quality Control Methods For Medicinal Plant Material. Switzerland: Geneva. Hal. 25-28.

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 1.1.1.1.

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 2.2.2.2. Gambar Gambar

GambarGambar 1.1.1.1.Hewan Teripang segar

Gambar Gambar

Lampiran Lampiran

LampiranLampiran 2.2.2.2. (Lanjutan)(Lanjutan)(Lanjutan)(Lanjutan) Gambar

Gambar

GambarGambar 3.3.3.3.Simplisia Teripang

Gambar Gambar

Spikula

Lampiran Lampiran

LampiranLampiran 2.2.2.2. (Lanjutan)(Lanjutan)(Lanjutan)(Lanjutan) Gambar

Gambar

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 3.3.3.3.

Bagan Pembuatan Simplisia

Dicuci di bawah air mengalir Dipisahkan dari bagian perut Diperkecil potongannya Ditiriskan dan ditimbang beratnya

Diangin-anginkan

Dikeringkan dalam lemari pengering

Ditimbang beratnya

Dihaluskan menjadi serbuk

Ditimbang serbuknya

Dilakukan karakterisasi simplisia penetapan kadar (air, sari larut air, sari larut etanol,abu total, abu tidak larut dalam asam )

Teripang Segar

Simplisia

Serbuk Simplisia

Karakteristik Simplisia

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 4.4.4.4.

Bagan pembuatan ekstrak etanol

Dimasukkan ke dalam wadah Ditambahkan etanol 96% sampai serbuk terendam sempurna Dibiarkan selama 24 jam terlindung dari cahaya, sambil sesekali diaduk dan disaring.

Dimaserasi kembali dengan pelarut etanol 96%

Didiamkan selama 24 jam dan disaring

Dimaserasi kembali dengan pelarut etanol 96%

Didiamkan selama 24 jam dan disaring

Digabungkan ketiga maserat

Dipekatkan dengan

rotary evaporator pada suhu 40˚C Diuapkan di atas penangas air Serbuk Simplisia Maserat I Ampas Maserat II Ampas

Ampas Maserat III

Bagan pembuatan ekstrak etil asetat

Dimasukkan ke dalam wadah Ditambahkan etil asetat sampai serbuk terendam sempurna Dibiarkan selama 24 jam terlindung dari cahaya, sambil sesekali diaduk dan disaring.

Dimaserasi kembali dengan pelarut etil asetat

Didiamkan selama 24 jam dan disaring

Dimaserasi kembali dengan pelarut etil asetat

Didiamkan selama 24 jam dan disaring

Digabungkan ketiga maserat

Dipekatkan dengan

rotary evaporator pada suhu 40˚C

Diuapkan di atas penangas air Ekstrak kental etil

asetat Serbuk Simplisia Maserat I Ampas Maserat II Ampas

Ampas Maserat III

Bagan pembuatan ekstrakn-heksan

Dimasukkan ke dalam wadah Ditambahkann-heksan sampai serbuk terendam sempurna Dibiarkan selama 24 jam terlindung dari cahaya, sambil sesekali diaduk dan disaring.

Dimaserasi kembali dengan pelarutn-heksan

Didiamkan selama 24 jam dan disaring

Dimaserasi kembali dengan pelarut etanol 96%n-heksan Didiamkan selama 24 jam dan disaring

Digabungkan ketiga maserat

Dipekatkan dengan

rotary evaporator pada suhu 40˚C Diuapkan di atas penangas air Ekstrak kental n-heksan Serbuk Simplisia Maserat I Ampas Maserat II Ampas

Ampas Maserat III

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 5.5.5.5.

Perhitungan karakterisasi simplisia

I. Perhitungan penetapan kadar air simplisia Sampel I : Berat sampel = 5,012 g

Volume air = 0,3 ml

% kadar air = x 100%

= x 100%

= 5,98%

Sampel II : Berat sampel = 5,009 g Volume air = 0,5 ml

% kadar air = x 100%

= x 100%

= 9,98%

Sampel III : Berat sampel = 5,010 g Volume air = 0,6 ml

% kadar air = x 100%

= x 100%

= 11,97% % kadar air rata-rata =

Lampiran Lampiran

LampiranLampiran 5.5.5.5. (lanjutan)(lanjutan)(lanjutan)(lanjutan)

II. Perhitungan penetapan kadar sari larut dalam air Sampel I : Berat sampel = 5,010 g

Berat sari = 0,386 g

% kadar sari = x x 100%

= x x 100%

= 38,52%

Sampel II : Berat sampel = 5,012 g Berat sari = 0,287 g

% kadar sari = x x 100%

= x x 100%

= 28,63%

Sampel III : Berat sampel = 5,011 g Berat sari = 0,382 g

% kadar sari = x x 100%

= x x 100%

= 30,23% % kadar sari larut air = rata-rata

=

Lampiran Lampiran

LampiranLampiran 5.5.5.5. (lanjutan)(lanjutan)(lanjutan)(lanjutan)

III. Perhitungan penetapan kadar sari larut dalam etanol Sampel I : Berat sampel = 5,008 g

Berat sari = 0,422 g

% kadar sari = x x 100%

= x x 100%

= 58,70%

Sampel II : Berat sampel = 5,008 g Berat sari = 0,189 g

% kadar sari = x x 100%

= x x 100%

= 31,15%

Sampel III : Berat sampel = 5,007 g Berat sari = 0,155 g

% kadar sari = x x 100%

= x x 100%

= 34,45% % kadar sari larut = Etanol rata-rata

=

Lampiran Lampiran

LampiranLampiran 5.5.5.5. (lanjutan)(lanjutan)(lanjutan)(lanjutan)

IV. Perhitungan penetapan kadar abu total Sampel I : Berat sampel = 2,007 g

Berat abu = 0,222 g

% kadar abu = x 100%

= x 100%

= 11,06%

Sampel I I : Berat sampel = 2,010 g Berat abu = 0,254 g

% kadar abu = x 100%

= x 100%

= 12,63%

Sampel III : Berat sampel = 2,004 g Berat abu = 0,152 g

% kadar abu = x 100%

= x 100%

= 7,58% % kadar abu total = rata-rata

= = 10,42

Lampiran Lampiran

LampiranLampiran 5.5.5.5. (lanjutan)(lanjutan)(lanjutan)(lanjutan)

V. Perhitungan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam Sampel I : Berat sampel = 2,007 g

Berat abu = 0,062 g

% kadar abu = x 100%

= x 100%

= 3,08%

Sampel II : Berat sampel = 2,010 g Berat abu = 0,042 g

% kadar abu = x 100%

= x 100%

= 2,08%

Sampel III : Berat sampel = 2,004 g Berat abu = 0,010 g

% kadar abu = x 100%

= x 100%

= 0,4% % kadar abu tidak larut = dalam asam rata-rata

= = 1,8%

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 6.6.6.6.

Bagan uji aktivitas antijamur ekstrak teripang bilalo (Actinopyga mauritiana

(Quoy) Gaimard).

Diambil 1 ose

Disuspensikan ke dalam tabung bertutup yang berisi 10 ml NaCl 0,9%

Diukur kekeruhan pada panjang gelombang 520 nm sampai diperoleh transmitan 25%

Dimasukkan 0,1 ml inokulum ke dalam cawan petri

Ditambahkan 20 ml media

potato dextrose agar ke dalam cawan petri

Dihomogenkan dan dibiarkan hingga memadat

Ditanamkan silinder logam Dimasukkan 0,1 ml ekstrak dengan berbagai konsentrasi Diinkubasi pada suhu 20-25˚C selama 48 jam

Diukur diameter daerah hambatan disekitar silinder logam

Stok kultur

Inokulum jamur

Media padat

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 7.7.7.7.

Hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan jamur Candida albicansoleh ekstrak teripang bilalo (Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard).

Konsentrasi KonsentrasiKonsentrasiKonsentrasi (mg/ml) (mg/ml)(mg/ml)(mg/ml)

Diameter Diameter Diameter

Diameter daerahdaerahdaerahdaerah hamabatanhamabatanhamabatanhamabatan (mm)(mm)(mm)(mm) Ekstrak

EkstrakEkstrakEkstrak etanoletanoletanoletanol EkstrakEkstrakEkstrakEkstrak etiletiletiletil asetatasetatasetatasetat EkstrakEkstrakEkstrakEkstrakn-n-n-n-heksanheksanheksanheksan D1 D1 D1 D1 D2D2D2D2 D3D3D3D3 D*D*D*D* D1D1D1D1 D2D2D2D2 D3D3D3D3 D*D*D*D* D1D1 D2D1D1 D2D2D2 D3D3D3D3 D*D*D*D* 500 19,1 18,8 19 18,9 11,7 11,6 12,4 11,9 - - - -400 17 15,2 16,3 16,1 11,5 11,4 11,8 11,6 - - - -300 14,9 14 14,5 14,4 11 11,2 11,4 11,2 - - - -200 11,5 10,9 11 11,1 10,6 10,8 11,2 11 - - - -100 10,9 10,4 10,6 10,6 10,3 10,5 10,8 10,5 - - - -90 9,8 10 10,2 10 9,5 10,2 10 9,8 - - - -80 8 8,5 8 8,1 9,2 9,6 9,8 9,5 - - - -70 7,8 8,4 8 8 9 9,2 9,4 9,2 - - - -60 7 7,9 7,8 7,6 8,6 8,2 8,5 8,4 - - - -50 6,9 7,4 7,1 7,1 8,2 7,8 8,2 8 - - - -40 6,7 7,3 7 7 7,1 7 7 7,1 - - - -30 6,6 7,1 6,8 6,9 6,7 6,6 6,8 6,7 - - - -20 - 6,9 6,7 6,8 - - - - - - - -10 - - - - - - - - - - - -Blanko - - - - - - - - - - - -Keterangan Keterangan

KeteranganKeterangan ::::(D*) = Diameter hambatan rata-rata (-) = Tidak terdapat daerah hambatan (Blanko) = DMSO

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 8.8.8.8.

Gambar hasil uji aktivitas antijamur ekstrak etanol teripang bilalo(Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard).

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 9.9.9.9.

Gambar hasil uji aktivitas antijamur ekstrak etil asetat teripang bilalo (Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard).

Lampiran Lampiran LampiranLampiran 10.10.10.10.

Gambar hasil uji aktivitas antijamur ekstrak n-heksan teripang bilalo (Actinopyga mauritiana(Quoy) Gaimard).

Dokumen terkait