• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN

E. Putera Altar

Putera Altar merupakan kelompok remaja baik pria maupun wanita yang keberadaaannya membantu pelaksanaan ibadat maupun perayaan Ekaristi. kelompok putera altar dimiliki oleh semua paroki dan perbedaannya hanya pada pembinaan

terhadap kelompok putera altar. Di berbagai paroki yang keberadaan putera altarnya terbina dengan baik maka kelompok ini berjalan dengan baik dan mampu menjadi wadah kegiatan bagi para anggotanya, namun bagi paroki yang keberadaan kelompok putera altarnya tidak terorganisasi dengan baik, maka cenderung asal ada kelompok putera altar

Keberadaan putera altar ini sebenarnya menjadi nilai strategis untuk meningkatkan penemuan akan makna Ekaristi bagi remaja. Menurut hasil observasi yang dilakukan oleh penulis di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta ini menunjukkan kegiatan putra altar yang kurang mendapat perhatian dari umat sehingga kurang dapat membantu remaja yang tergabung di dalam putera altar untuk semakin menemukan makna Ekaristi dan kegiatan- kegiatan putera altar demi pengembangan iman mereka kurang mendapat dukungan dan pengarahan dari umat maupun pastor paroki.

1. Definisi Putera Altar

Putera altar atau sering disebut juga misdinar berasal dari bahasa Jerman yaitu Messdiener. Kata Messdiener berarti pelayan Misa Kudus. Dalam bahasa Inggris adalah altar servers, atau para pelayan altar, atau boys and girls to service at the altar. Kata servers atau service memiliki arti pelayanan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa putera altar adalah seorang pelayan, yakni pelayan Misa Kudus atau pelayan perayaan Ekaristi. Dalam prakteknya, putera altar juga melayani perayaan liturgi dan ibadat (Martasudjita, 2008b: 12-13).

Menjadi putera altar berarti menjadi anak-anak yang melayani altar. Dalam simbolik liturgi Gereja, altar itu melambangkan Tuhan Yesus Kristus sendiri. Pada saat parayaan Ekaristi berlangsung, Tuhan Yesus sendiri hadir secara istimewa di atas altar, dalam rupa roti dan anggur yang akan diterimakan dalam komuni. Dengan demikian putera altar dapat diartikan sebagai pelayan Tuhan Yesus Kristus.

Putera altar merupakan wadah yang efektif bagi peningkatan pemahaman makna sakramen Ekaristi dan memperteguh iman mereka agar nantinya sungguh- sungguh mempunyai kedalaman iman dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari karena pada umumnya dalam lingkup paroki, putera altar merupakan satu-satunya wadah pengembangan iman bagi remaja dan sekaligus dapat dijadikan sebagai wadah untuk mengenalkan tentang makna Sakramen Ekaristi sejak usia remaja. Semua ini akan membuat remaja Katolik khususnya yang tergabung dalam kegiatan Putera Altar mempunyai iman yang kuat dan penuh demi kemuliaan nama Tuhan.

2. Keanggotaan Putera Altar

Keanggotaan putera altar adalah semua anak baik laki-laki maupun perempuan yang sudah dibaptis dan telah menerima sakramen komuni pertama. Usia umum menjadi putera altar adalah 9 atau 10 tahun hingga 17 atau 18 tahun atau usia SMA (Martasudjita, 2008b: 16). Mengenai jumlah keanggotaan Putera Altar antara satu paroki dengan paroki yang lain berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh jumlah remaja yang ada di tiap paroki yang berbeda- beda serta maju tidaknya kelompok Putera Altar di tiap-tiap paroki.

Keanggotaan putera altar perempuan belum lama diperbolehkan oleh Gereja pada tahun 2001, Tahta Suci menyampaikan pernyataan mengenai keanggotaan ini. Inti dari pernyataan tersebut adalah setiap uskup memiliki wewenang untuk memberikan izin kepada remaja perempuan untuk menjadi putera altar dengan tetap mempertahankan keberadaan putera altar laki-laki dalam rangka panggilan imamat (Martasudjita, 2008b: 16-17).

Menurut pengamatan penulis, kelompok putera altar yang berjalan baik akan diminati oleh banyak remaja, namun sebaliknya bagi kegiatan putera altar yang monoton ataupun tidak berkembang cenderung tidak diminati. Semua kegiatan pelayanan yang dilakukan cenderung sebagai suatu rutinitas untuk terlibat aktif di dalam perayaan Ekaristi tanpa berusaha untuk menemukan makna dari perayaan Ekaristi itu sendiri.

3. Keberadaan Putera Altar di Paroki

Kelompok putera altar sudah lama ada dan berkembang di dalam paroki. Keberadaan putera altar di tiap paroki berbeda-beda ada yang sudah maju dan berkembang dan ada yang statis atau monoton dalam setiap kegiatannya. Sebagai petugas liturgi, putera altar telah menjalankan tugasnya selama bertahun-tahun. Maka, bila dimanfaatkan kelompok ini dapat dijadikan wadah untuk meningkatkan iman dengan menemukan makna perayaan Ekaristi (Waskito,1984: 20).

4. Dasar Putera Altar

Dasar kegiatan Putera Altar adalah dari sabda-sabda Yesus sendiri yaitu melalui ayat-ayat yang tertuang dalam kitab suci. Adapun sabda-sabda Yesus yang menjadi dasar adalah:

a. “ Aku datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani” (Mat 20:28). b. “Kami adalah hamba yang tak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan” (Luk 17:10).

5. Tujuan Pelayanan Putera Altar

Menurut penulis, tujuan pelayanan putera altar sebagai petugas liturgi terdapat dalam tugas pelayanan dalam tiga bagian yaitu sebelum, selama, dan sesudah perayaan Ekaristi. Sebelum perayaan Ekaristi, putera altar mempunyai tugas mempersiapkan perlengkapan dan peralatan Misa, membantu Koster, dan mempersiapkan berbagai buku yang akan dipakai dalam perayaan Ekaristi. Selama perayaan Ekaristi, putera altar bertugas melayani imam selama perayaan Ekaristi berlangsung.

Sesudah perayaan Ekaristi, putera altar masih memiliki tugas yaitu merapikan dan meringkas buku maupun perlengkapan lainnya yang dipakai dalam perayaan Ekaristi serta membantu Koster. Dari ketiga tugas tersebut, maka tujuan putera altar adalah sebagai wadah untuk menampung anak-anak usia SD dan SLTP dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan oleh Gereja, sekaligus sebagai wadah untuk mengadakan pembinaan kepada mereka dan meningkatkan penemuan perayaan Ekaristi lewat pelayanannya.

Selain itu putera altar juga bertujuan untuk melayani Tuhan dan umat-Nya, seperti seorang hamba Tuhan yang hidupnya diabdikan seutuhnya bagi Sabda-Nya dan karya-Nya di tengah-tengah umat-Nya (Martasudjita, 2008b: 17). Dengan kata lain, seorang putera altar sebagai pelayan Tuhan maka hidupnya harus sesuai dengan sabda Tuhan. Untuk mengetahui sabda Tuhan itu, maka putera altar harus lebih mengenal kitab suci, rajin mengikuti perayaan Ekaristi dan mampu memaknai perayaan Ekaristi secara lebih mendalam sehingga hidupnya sungguh bertolak pada sabda Tuhan sendiri sehingga menjadikan Yesus Kristus sebagai teladan hidup sejati.

6. Organisasi Putera Altar

Putera altar memiliki suatu organisasi untuk mengembangkan keberanian untuk tampil dimuka umum bagi para anggota. Organisasi disini bertujuan melancarkan tugas dalam Perayaan Ekaristi. Selain itu organisasi Putera Altar juga berfungsi untuk membina keakraban dan kekeluargaan di antara para anggota putera altar.

Organisasi atau kepengurusan kelompok putera altar tergantung pada masing- masing paroki dan kebiasaan di keuskupannya. Dalam kepengurusan putera altar atau biasa disebut tim kerja putera altar, terdapat suatu kepengurusan yang efektif dan efisien yaitu dengan adanya koordinator atau ketua, yang dibantu oleh sekretaris, bendahara dan tim-tim kerja lainnya. Dalam tim kerja putera altar sebaiknya ada seorang pendamping atau moderator, baik itu dari Tim Liturgi Paroki maupun seorang pendamping yang dirasa mampu dan mempunyai hati dengan sepengetahuan dari Pastor Paroki dan Dewan Paroki (Martasudjita, 2008b: 20).

7. Kegiatan Putera Altar

Pada umumnya kegiatan putera altar adalah tugas dalam perayaan Ekaristi harian, mingguan, dan hari-hari besar. Selain itu juga mengadakan pertemuan rutin seminggu sekali atau dua minggu atau tiga minggu atau sebulan sekali, tergantung kebutuhan dan keadaan putera altar masing-masing paroki.

8. Tugas Khusus Putera Altar

Di dalam perayaan Ekaristi semua umat bersama-sama berdoa dan bersyukur atas segala kebaikan yang kamu terima dari Tuhan, selain itu berperan aktif dalam mendengarkan Sabda Allah dan ikut merayakan kurban Kristus.

Putera altar secara khusus memiliki tugas yang khusus yaitu dengan suara lantang mengucapkan jawaban-jawaban dan doa-doa yang menjadi bagian umat. Pada saat yang tepat putera altar berdiri, duduk, atau berlutut, maksudnya supaya dengan memperhatikan sikap putera altar ini maka umat di Gereja akan mengetahui kapan sebaiknya mereka berdiri, duduk, atau berlutut.

Putera altar juga memiliki tugas khusus lainnya yaitu membawa piala dan sibori ke altar, membawa ampul berisi air dan anggur bagi imam, menolong imam mencuci tangan, dan membantu imam membersihkan bejana-bejana suci (Waskito, 1984: 21-22)

Tugas khusus putera altar ini dilakukan untuk memuliakan dan melayani Tuhan dan untuk kepentingan umat di Gereja dalam mewujudkan rasa khidmat dan meriah dalam merayakan Ekaristi dan nantinya dapat membantu umat dan para

putera altar untuk menemukan makna perayaan Ekaristi bagi perkembangan iman mereka.

Dokumen terkait