• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Qardh

1. Pengertian Qardh

Pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fiqih klasik, qardh dikategorikan dalam aqad tathawwui atau akad saling membantu dan bukan transasaksi komersial.

Qardh adalah kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pinjaman tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.26 Dalam transaksi pinjaman ini, biaya administras dibebankan kepada nasabah, dan LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah apabila dipandang perlu.

2. Landasan Hukum Qardh a. Al-Qur‟an QS. Al-Hadiid ayat 11

ََ ّٰاللّ ُضِسْمُٚ ِٖرَّنااَذ ٍَّْي

َ َُٛف اًَُعَح اًا ْسَل

,َُّن,َُّفِع

َُّنٔ

˜

ٌىِْٚسَكٌسْجَا

(

11

)

”Barang siapa meminjamkan kepada Allah dengan Pinjaman yang baik, maka Allah akan mengembalikannya berlipat ganda untuknya, dan baginya pahala yang mulia”.

Dalil yang menjadi landasan dalam ayat ini adalah kita disery untuk “meminjamkan kepada Allah”, artinya untuk membelanjakan harta dijalan Allah. Selain itu juga, kita juga diseru untuk “meminjamkan kepada sesama manusia”, sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat.

b. Al-Hadits

اًًِهْعُي ُضِسْمُٚ ٍىِهْعُي ٍِْي اَي َلاَل َىَّهظَٔ َِّْٛهَع َّاللّ َّٙهَص َِّٙبَُّنا ٌََّأدُٕعْعَي ٍِْبا ٍَِع

ةَّسَي آَِتَلَدَصك ٌَاَك ّلَِأ ٍَِْٛتَّسَي اًاْسَل

ًَ

26 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah. Yogyakarta : UII Press Yogyakarta, 2000. Hal 148

19

“Ibnu Mas‟ud meriwayatkan bahwa Nabi SAW. Bersabda : Bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang satunya adalah (senilai) sedekah” (HR. Ibnu Majah No.2421, kitab al-ahkam; Ibnu

Hibban dan Baihaqi.)

Dari Anas bin Malik berkata, bahwa Rasulullah Bersabda, “Aku melihat pada waktu malam di Isra‟-kan, pada pintu surga tertulis : sedekah dibalas sepuluh kali lipat dan qardh delapan belas kali. Aku bertanya, „wahai Jibril, mengapa qardh lebih utama dari sedekah?‟ ia menjawab „karena peminta-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan meninjam tidak akan meminjam kecuali arena keperluan.” (HR. Ibnu Majah, No.2422, kitab al-ahkam, dan Baihaqi)

c. Ijma

Para ulama telah menyepakati bahwa Al-Qardh boleh dilakukan. Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorang pun yang mimiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjam – meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan didunia ini. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.27

3. Rukun dan Syarat Qardh

Adapun yang menjadi rukun qardh adalah sebagai berikut : a. Peminjam (Muqtarid)

b. Pemberi pinjaman (muqrid) c. Jumlah dana (qardh)

d. Ijab Qabul (shigat)

Sedangkan syarat – syarat yang harus dipenuhi dalam akad qardh adalah sebagai berikut :

a. Orang yang melakukan akad (muqtarid dan muqrid) harus baligh dan berakal. Akad qardh ini menjadi tidak sah apabila yang berakad iru anak kecil, orang gila,dan dipaksa oleh seseorang

27 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah : dari Teori ke Praktik, Jakarta : Gema Insani : 2001. Hal.132

b. Qardh (objek/barang yang dipinjamkan) harus berupa maal

mutaqawwin (harta yang menurut syara boleh digunakan/diambil

manfaatnya)

c. Qardh merupakan merupakan sebuah transaksi (akad) , maka harus dilaksanakan melalui Ijab Qabul yang jelas.

d. Akad utang-piutang tidak boleh dikaitkan dengan suatu pernyataan diluar utang-piutang itu sendiri yang menguntungkan pihak yang mengutangi. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yaitu setiap utang yang mendatangkan suatu keuntungan itu merupakan riba.

4. Macam – Macam Akad Qardh

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/7/DPbS tanggal 29 Februari 2012 tentang Produk Qardh Beragun Emas Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, Akad Qardh terdiri atas 2 (dua) macam, yaitu :

a. Akad qardh yang berdiri sendiri, dengan karakteristik sebagai berikut :

a) Pembiayaan digunakan untuk tujuan sosial dan bukan untuk mendapatkan keuntungan

b) Sumber dana dapat berasal dari bagian modal, keuntungan yang disisihkan, dan/atau zakat, infak, sedekah dan tidak boleh menggunakan dana pihak ketiga

c) Jumlah pinjaman wajib dikembalikan pada waktu yang telah disepakati

d) Tidak boleh dipersyaratkan adanya imbalan dalam bentuk apapun

e) Nasabah dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela selama tidak diperjanjikan dalam akad

f) Nasabah dapat dikenakan biaya administrasi

b. Akad qardh yang dilakukan bersamaan dengan transaksi lain yang menggunakan akad – akad mu‟awadhah (pertukaran dan dapat

21

bersifat komersial) dalam produk yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan, dapat dilakukan antara lain dalam bentuk rahn emas, pembiayaan pengurusan haji, pengalihan utang, syariah charge card, syariah card, dan anjak piutang syariah.28

5. Aplikasi dalam perbankan

Akad qardh biasanya diterapkan di perbankan sebagai berikut :

a. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitasnya dan bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek.

b. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak bisa menarik dananya

c. Sebagai produk untuk menyambung usaha kecil.29 6. Manfaat al-Qardh

Manfaat al qardh dalam perbankan syariah adalah sebagai berikut : a. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitas mendesak

untuk mendapatkan talangan dalam jangka waktu pendek

b. Merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah dengan bank konvesional, yaitu didalamnya terdapat misi sosial bukan misi komersial semata

c. Adanya misi sosial-kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.30

7. Ketentuan akad qardh

Qardh diatur dalam Fatwa DSN MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001 a. Ketentuan umum Al Qardh

28

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/7/DPbS tanggal 29 Februari 2012 tentang Produk Qardh Beragun Emas Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

29 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah : dari Teori ke Praktik, Jakarta : Gema Insani : 2001. Hal.133

30

Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah : dari Teori ke Praktik, Jakarta : Gema Insani : 2001. Hal.133

a) Al Qardh adalah pinjaman yang diberkan kepada nasabah yang memerlukan

b) Nasabah Al Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama c) Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah

d) LKS dapat meminta jaminan atau agunan kepada nasabah apabila diperlukan

e) Nasabah Al Qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan didalam akad

f) Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat :

- Memperpanjang jangka waktu pengembalian - Menghapus sebagian atau seluruh kewajibannya b. Sanksi

a) Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya, maka LKS dapat menjatuhkan sanksi kepada nasabah

b) Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah (sebagaimana poin diatas) dapat berupa dan tidak terbatas pada penjualan barang jaminan

c) Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi kewajibannya secara penuh.31

8. Sumber dana

Dana al-qardh dapat bersumber dari : a. Bagian modal LKS

b. Keuntungan LKS yang disisihkan

31 Muhammad, Sistem & Prosedur Operasional Bank Syariah, Yogyakarta : UII Press Yogyakarta, 2000, Hal. 147-148

23

c. Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran infaqanya kepada LKS32

9. Berakhirnya akad Qardh

Akad qardh berakhir apabila nasabah telah mengembalikan pinjaman/talangan yang diberikan bank syariah pada jangka jangka waktu yang telah disepakati diawal perjanjian. Jika peminjam meningal dunia maka qardh (pinjaman) yang belum dilunasi menjadi tanggungan ahli waris yang mempunyai kewajiban dalam pengembaliannya.33

10. Qardh dengan menggunakan dana nasabah

Dalam fatwa DSN-MUI No.79/III/2011 tentang Qardh dengan menggunakan dana nasabah merupakan akad penyaluran dana oleh LKS kepada nasabah sebagai utang piutang dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana tersebut kepada LKS pada waktu yang telah disepakati. Dana nasabah merupakan dana yang diserahkan nasabah kepada LKS melalui produk giro, tabungan dan deposito.

Dokumen terkait