• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ramuan Pestisida Nabati yang Digunakan Selama Penelitian

1. Ekstrak Jengkol Bahan : - Jengkol 2 kg - Air 10 l Pembuatan :

- Jengkol dikubur di dalam tanah selama 4 hari sampai kulit jengkol pecah dan dagingnya membengkak.

- Jengkol ditumbuk sampai halus.

- Rendam jengkol tersebut dengan air, biarkan selama 2 hari dalam kondisi wadah tertutup.

- Rendaman jengkol yang sudah mengeluarkan bau yang tajam selanjutnya disaring lalu disemprotkan. Ampas rendaman jengkol dapat direndam lagi untuk kebutuhan hari berikutnya.

2. Ekstrak Sereh Wangi dan Daun Maja Bahan : - Daun sereh wangi 5 kg

- Daun Maja 3 kg - Air 15 l

Pembuatan :

- Daun Maja dan daun sereh wangi dicacah sampai halus.

- Campuran cacahan daun tersebut direndam selama 1 minggu sampai air terlihat berwarna hitam.

- Pisahkan air dan cacahan daun menggunakan saringan. - Larutan siap disemprotkan.

ABSTRACT

BASO DAENG. Response of Two Varieties of Upland Rice to Fertilizer and Its Residue in Organic Farming Systems. Under direction of SANDRA ARIFIN AZIZ and MAYA MELATI.

Irrigation water crisis and the conversion of productive land constantly threaten the productivity of rice. The phenomenon of degradation of land productivity due to excessive synthetic chemical fertilizers in the past has contributed to the limiting factor of rice production. Development of organic-based upland rice on dry land is one alternative solution. Organic cultivation of upland rice needs attention so that the empowerment of local input and the fulfillment of food need can be realized. This experiment aims to determine the effect of organic fertilizer types and its residue on growth and yield components of two varieties of upland rice. Experiments were carried out in two planting seasons. The first growing season used a split-plot design. The main plot consisted of chicken manure (20 tons/ha), Centrosema pubescens (4.3 tons/ha) + chicken manure (10 tons/ha), and Tithonia diversifolia (4.3 tons/ha) + chicken manure (10 tons/ha). Subplot consisted of Situ Patenggang and Limboto varieties. The experiment in the second growing season used a split-split plot design. The main plot consisted of 50 and 100% dosage of fertilizer in the first growing season, the subplots are Danau Gaung and Batu Tegi varieties. Chicken manure; chicken manure + C.pubescens; chicken manure + T.diversifolia give the same effect on the productivity of upland rice in the second growing season. Productivity of upland rice in a row according to the treatment were 1.23,1.26, and 1.19 tons/ha. The use of Tithonia diversifolia gives the best effect on some variables of plant growth and plant resistance to pests and diseases. Limboto variety in the first growing season and Batu Tegi variety in the second growing season are varieties that give the best response to organic fertilizer. Danau Gaung and Batu Tegi varieties have similar yield in the second growing season, with the productivity of each variety is 1.25 and 1.22 ton/ha. Dosage of 50 and 100% resulted similar productivity of upland rice, the productivity given by each dosage is 1.28 and 1.19 ton/ha. Combined treatment of type of organic fertilizer and varieties had the same effect on plant productivity. Fertilizer dosage of 50 and 100 % give the same effect on the components of crop yield in the second growing season. The combination of fertilizer dosage, fertilizer types, and varieties only influenced plant height. Chicken manure, C. pubescens and T. diversifolia can be used as the source of organic fertilizer, depending on the level of difficulty in obtaining the material. Key words : upland rice, organic, chicken manure, Centrosema pubescens,

RINGKASAN

BASO DAENG. Respon Dua Varietas Padi Gogo Terhadap Pupuk dan Residunya dalam Sistem Budidaya Organik. Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ dan MAYA MELATI.

Krisis air irigasi secara terus-menerus mengancam produktivitas padi pada lahan irigasi. Kenyataan ini semakin diperparah dengan tingginya laju konversi lahan serta terjadinya fenomena degradasi produktivitas lahan akibat pemberian pupuk kimia sintetik secara berlebihan pada masa lalu. Pengembangan padi gogo berbasis organik pada lahan kering merupakan salah satu pilihan pemecahannya.

Sistem budidaya tanaman secara organik dapat dijadikan sebagai pilihan teknik budidaya karena sistem ini berorientasi pada pemanfaatan input yang tersedia (bahan lokal) sebagai sumber pupuk maupun pestisida untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Budidaya padi gogo secara organik perlu mendapat perhatian sehingga pemberdayaan input lokal serta pemenuhan kebutuhan pangan dapat terwujud.

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk organik yang berbeda serta pengaruh residunya pada komponen pertumbuhan dan hasil dua varietas padi gogo. Percobaan dilaksanakan dalam dua musim tanam.

Percobaan musim tanam pertama menggunakan rancangan split-plot. Petak utama adalah jenis pupuk organik yang terdiri atas pupuk kandang ayam (20 ton/ha), pupuk kandang ayam (10 ton/ha) + pupuk hijau Centrosema pubescens (4.3 ton/ha), dan pupuk kandang ayam (10 ton/ha) + pupuk hijau Tithonia diversifolia (4.3 ton/ha). Anak petak terdiri atas varietas Situ Patenggang dan Limboto. Percobaan musim tanam ke-dua menempatkan faktor dosis pupuk sebagai petak utama. Dosis yang digunakan adalah 50 dan 100 % dosis perlakuan musim tanam pertama. Jenis pupuk organik sebagai anak petak, sedangkan anak- anak petaknya adalah varietas Danau Gaung dan Batu Tegi.

Tanaman yang diberi pupuk T. diversifolia pada musim tanam pertama nyata lebih tinggi dibandingkan tanaman lain yang diberi kedua jenis pupuk lainnya, walaupun pada saat tanaman berumur 9 dan 10 MST tingginya relatif sama dengan tanaman yang diberi pupuk C. pubescens. Kadar hara P tajuk

C. pubescens walaupun berbeda tidak nyata dengan tanaman yang diberi pupuk kandang ayam.

Tanaman yang diberi pupuk T. diversifolia menunjukkan ketahanan yang lebih baik terhadap serangan pathogen dan secara statistik berbeda nyata pada umur tanaman 6, 12, dan 14 MST. Pengaruh terbaik pupuk T. diversifolia terhadap ketahanan tanaman ini juga terlihat pada musim tanam ke-dua, saat tanaman berumur 10, 12, 14, dan 16 MST). Ketahanan tanaman yang diberi pupuk kandang ayam dan C. pubescens relatif sama.

Jumlah anakan terbanyak pada musim tanam pertama ditunjukkan oleh varietas Limboto, saat tanaman berumur 7, 9, dan 11 MST. Memasuki umur tanaman 13 MST, jumlah anakan tidak berbeda nyata antar varietas walaupun varietas Limboto masih menunjukkan jumlah anakan terbanyak.

Serapan hara terlihat berbeda nyata akibat pengaruh perbedaan varietas. Serapan hara N, P, dan K tertinggi pada musim tanam pertama ditunjukkan oleh varietas Limboto. Varietas Batu Tegi memberikan respon terbaik dan nyata pada variabel serapan hara N, P, dan K pada musim tanam ke-dua. Perbedaan varietas memberikan respon yang berbeda pula dan nyata pada variabel pengamatan intensitas serangan hama dan keparahan penyakit pada kedua musim tanam. Varietas Limboto menunjukkan tingkat ketahanan tanaman terbaik pada musim tanam pertama dan varietas batu tegi pada musim tanam ke-dua.

Pemberian pupuk organik dengan dosis 50 % memberikan jumlah anakan terbanyak saat tanaman berumur 17 dan 19 MST. Serapan hara K tertinggi ditunjukkan oleh tanaman yang mendapatkan dosis pupuk sebanyak 100 %. Ketahanan tanaman umur 6 dan 8 MST terlihat berbeda nyata dan tertinggi pada pemberian pupuk organik dengan dosis 50 %.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tanaman yang mendapatkan perlakuan pupuk kandang T. diversifolia lebih lambat memasuki fase pembungaan dan pengaruhnya sama dengan perlakuan pupuk C. pubescens. Pupuk kandang ayam memberikan pengaruh waktu paling cepat untuk tanaman memasuki fase berbunga. Tanaman yang diberi pupuk T. diversifolia menunjukkan persentase gabah hampa dan bobot kering tajuk paling tinggi dan berbeda nyata dengan tanaman yang diberi pupuk lainnya.

Interaksi perlakuan dosis pupuk dan jenis pupuk hanya berpengaruh pada variabel persentase gabah hampa pada penanaman musim ke-dua. Padi gogo yang diberi kombinasi dosis pupuk 100 % dan jenis pupuk T. diversifolia menghasilkan persentase gabah hampa tertinggi. Interaksi dosis pupuk 50 % dan pupuk kandang ayam menunjukkan persentase gabah hampa paling rendah.

Interaksi perlakuan dosis pupuk dan varietas berpengaruh pada komponen pertumbuhan yaitu variabel tinggi tanaman 2 MST dan indeks keparahan serangan hama dan penyakit. Pengaruh nyata interaksi perlakuan dosis pupuk dan varietas terlihat juga pada komponen produksi yaitu variabel pengamatan bobot basah tajuk dan akar.

Interaksi perlakuan varietas dan tiga jenis pupuk yang berbeda dapat memberikan pengaruh pada komponen pertumbuhan tanaman yaitu tinggi tanaman umur 10 dan 12 MST, serapan hara N, dan intensitas serangan hama dan keparahan penyakit tanaman umur 8 MST. Interaksi pupuk T. diversifolia dan varietas Batu Tegi menunjukkan nilai tinggi tanaman dan serapan hara N paling tinggi dibanding kombinasi perlakuan lainnya. Interaksi perlakuan ini juga dikatahui menyebabkan ketahanan tanaman paling baik terhadap serangan hama dan penyakit.

Pupuk kandang ayam; pupuk kandang ayam + C. pubescens; pupuk kandang ayam + T. diversifolia memberikan pengaruh yang sama pada produktivitas padi gogo pada musim tanam kedua. Produktivitas padi gogo berturut-turut sesuai perlakuan yaitu 1.23, 1.26, dan 1,19 ton/ha. Penggunaan T. diversifolia memberikan pengaruh terbaik pada beberapa variabel pertumbuhan tanaman dan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit. Varietas Limboto pada musim tanam pertama dan Batu Tegi pada musim tanam kedua memberikan respon terbaik akibat pemberian pupuk organik. Varietas Danau Gaung dan Batu Tegi memberikan pengaruh yang sama pada produktiviytas musim tanam kedua, dengan produktivitas masing-masing varietas adalah 1,25 dan 1,22 ton/ha. Dosis 50 dan 100% memberikan produktivitas padi gogo yang sama, produktivitas yang diberikan oleh masing-masing dosis adalah 1,28 dan 1,19 ton/ha.

Kata kunci : Padi Gogo, Organik, Pupuk kandang ayam, Centrosema pubescens, Tithonia diversifolia

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas pangan pokok bangsa Indonesia. Sampai saat ini beras merupakan bahan pangan yang hampir selalu muncul dalam menu sehari-hari. Beras mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan merupakan sumber energi yang terbesar (Khumaidi 2008).

Upaya peningkatan produksi padi akhir-akhir ini terus mengalami permasalahan serius. Fenomena krisis air secara terus-menerus mengancam produktivitas padi pada lahan irigasi. Kenyataan ini semakin diperparah dengan tingginya laju konversi lahan serta terjadinya fenomena degradasi produktivitas lahan akibat pemberian pupuk kimia sintetik secara berlebihan pada masa lalu. Dengan demikian, pemenuhan pangan (terutama beras) tidak dapat bergantung hanya pada usaha padi sawah saja tetapi perlu diupayakan pengembangan padi gogo pada lahan kering.

Saat ini pemerintah memberi perhatian pada pembangunan wilayah yang didominasi oleh lahan kering (Toha et al. 2008). Pengembangan pertanian lahan kering dengan membudidayakan padi gogo varietas unggul merupakan salah satu alternatif pengembangan produksi pertanian yang layak dipertimbangkan dengan tetap memperhatikan persyaratan agronominya. Hasil penelitian Toha (2007) menunjukkan bahwa padi gogo varietas Situ Patenggang dan Limboto merupakan varietas unggul yang layak dikembangkan karena memiliki kelebihan utama yaitu toleran terhadap serangan penyakit blas.

Proporsi padi gogo dalam perpadian nasional masih tergolong rendah, 9 % dari segi luas areal tanam dan 5 % dari segi produksi (Suwarno et al. 2008). Data sementara produksi padi gogo Indonesia pada tahun 2009 adalah luas panen 1.08 juta hektar, produksi total 3.22 juta ton, produktivitas 2.96 ton/ha. Produktivitas padi gogo tersebut masih jauh di bawah produktivitas padi sawah yang telah mencapai 4.99 ton/ha (KEMENTAN 2010; BPS 2010). Potensi produktivitas padi gogo pada skala penelitian dapat mencapai 3.5-6.6 ton/ha (Toha 2000).

Lahan kering umumnya memiliki kesuburan tanah yang rendah sehingga dikhawatirkan akan menghambat upaya pengembangan padi gogo. Menurut Go (2008), padi gogo hanya dapat berproduksi tinggi pada tanah berkadar humus tinggi (di atas 5 %), berstruktur mantap dan tidak mengalami genangan air berkepanjangan. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa penambahan bahan organik mutlak diperlukan guna meningkatkan kesuburan tanah pada daerah lahan kering.

Penggunaan pupuk organik sebagai sumber hara dapat diterapkan dalam budidaya secara organik. Sistem pertanian organik merupakan suatu bentuk budidaya yang tidak menggunakan bahan kimia sintetik sama sekali dan mengandalkan sepenuhnya pada penggunaan bahan organik alami (FAO 2003). Sistem budidaya organik merupakan trend pertanian masa kini dengan prinsip “back to nature”. Meningkatnya kembali pengembangan pertanian organik dipicu oleh semakin meningkatnya kesadaran manusia terhadap bahaya dan dampak negatif penggunaan pupuk bahan kimia sintetik yang diketahui berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Saat ini, produksi secara organik sudah menjadi syarat bagi beberapa komoditi yang bernilai ekonomi tinggi terutama untuk tujuan ekspor termasuk komoditi pangan. Data produksi padi gogo Indonesia seperti yang telah disebutkan di atas merupakan data produksi padi yang dibudidayakan secara konvensional. Sejauh ini belum dijumpai data yang menginformasikan potensi maupun produksi padi gogo Indonesia yang dibudidayakan secara organik. Sistem budidaya tanaman secara organik dapat dijadikan sebagai pilihan teknik budidaya karena sistem ini berorientasi pada pemanfaatan input yang tersedia (input lokal) sebagai sumber pupuk maupun pestisida untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Budidaya padi gogo secara organik perlu mendapat perhatian sehingga pemberdayaan input lokal serta pemenuhan kebutuhan pangan dapat terwujud.

Penambahan bahan organik merupakan salah satu cara peningkatan kualitas tanah (Sanchez 1992). Bahan organik terdiri dari campuran residu tanaman dan hewan dalam berbagai tahap dekomposisi, tubuh mikroorganisme dan hewan kecil yang masih hidup maupun sudah mati serta sisa-sisa hasil dekomposisi (Schnitzer

1991). Pemberian bahan organik dapat memberi beberapa manfaat di antaranya dapat meningkatkan kandungan unsur hara, mengurangi pencemaran lingkungan serta mampu memperbaiki sifat-sifat tanah. Bahan organik dalam bentuk segar maupun yang sudah dikomposkan berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, biologi dan fisika tanah serta berfungsi sebagai sumber nutrisi tanaman.

Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat dilakukan dengan mengaplikasikan pupuk kandang maupun pupuk hijau. Hasil penelitian penggunaan bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dan pupuk kandang menunjukkan bahwa pupuk organik dapat meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan serta mengurangi kebutuhan pupuk terutama pupuk K (Iqbal 2008).

Serangan penyakit blas merupakan penyakit yang sangat ditakuti dalam budidaya padi gogo. Oleh karena itu, perlu dipilih varietas yang tahan blas dalam budidaya padi gogo. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2009) menyatakan bahwa beberapa varietas padi gogo yang tahan blas diantaranya Situ Patenggang, Limboto, Danau Gaung dan Batu Tegi. Kelebihan yang dimiliki varietas-varietas padi gogo ini menunjukkan potensinya untuk dikembangkan secara organik.

Hijauan berpotensi sebagai sumber hara yang banyak dijumpai adalah

kelompok tanaman legum yaitu Centrosema pubescens dan Tithonia diversifolia. C. pubescens merupakan tanaman kacangan penutup tanah, memiliki bintil akar

yang dapat diandalkan dalam memfiksasi N dari udara. Menurut Hartatik (2007), T. diversifolia merupakan gulma tahunan yang sering dijumpai pada areal kebun, memiliki potensi yang cukup baik sebagai sumber hara. Hasil analisis terhadap sumber pupuk organik menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam mengandung 0.42 – 1.14 % N, 0.21 – 0.68 % P, dan 0.64 – 1.65 % K. Kandungan unsur hara pada tanaman C. pubescens adalah 2.97 % N, 0.33 % P, dan 0.32 % K. Unsur hara yang terkandung pada daun dan batang muda T. diversifolia adalah 3.06 – 3.64 % N, 0.25 – 0.34 % P, dan 0.56 – 5.75 % K (Lampiran 1). Simanihuruk (2007) menjelaskan bahwa aplikasi T. diversifolia dapat mensubtitusi pemberian pupuk N sintetik sebanyak 40 % dan mampu meningkatkan jumlah anakan tanaman padi gogo. Iqbal (2008) menambahkan bahwa pemberian pupuk

kandang kotoran ayam untuk mensubtitusi pupuk sintetik, ternyata mampu meningkatkan serapan unsur N serta meningkatkan kandungan klorofil a dan b.

Unsur hara yang terkandung dalam bahan organik dapat dimanfaatkan tanaman dalam waktu yang lama. Umumnya proses pelepasan unsur hara berlangsung secara perlahan. Hal ini memungkinkan bahan organik tersebut meninggalkan residu setelah dimanfaatkan tanaman pada musim tanam pertama. Residu bahan organik ini dapat dimanfaatkan oleh tanaman pada musim tanam berikutnya dan akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Webstern and Wilson (1996) menyatakan bahwa pupuk organik umumnya melepaskan unsur hara secara perlahan sehingga residunya dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lama.

Brady (1990) menyatakan bahwa pemanfaatan bahan organik dapat memberikan keuntungan karena residunya dapat dimanfaatkan sampai 3 atau 4 tahun. Hasil penelitian Melati et al. (2008) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi residu pupuk organik mampu meningkatkan bobot kering dan bobot basah akar serta mampu menekan intensitas serangan hama dan kejadian penyakit pada tanaman kedelai. Sutanto (2002) menjelaskan bahwa penggunaan residu bahan organik pada tanah latosol cenderung meningkatkan kadar C-organik tanah.

Perumusan Masalah

Fenomena terjadinya tingkat produksi padi per satuan luas yang mendatar akhir-akhir ini merupakan akibat dari penurunan daya dukung lahan sawah. Akumulasi residu bahan kimia sintetik yang terkandung dalam tanah akibat pemupukan tidak berimbang telah menghadirkan masalah tersendiri bagi kesuburan tanah pertanian sehingga perlu dilakukan perbaikan kondisi tanah.

Faktor keterbatasan air irigasi yang terus mengancam dunia pertanian akan menjadi permasalahan serius yang perlu diupayakan pemecahannya. Krisis air turut mempengaruhi upaya peningkatan produksi padi, sehingga perhatian untuk pemberdayaan lahan kering berbasis padi gogo perlu didukung penuh. Konsep pertanian berkelanjutan dengan pemberian bahan organik ke dalam tanah perlu dikombinasikan dengan pemberdayaan lahan kering berbasis padi gogo, sehingga

peningkatan produksi dan kondisi lingkungan yang lestari dalam jangka panjang dapat tercapai.

Salah satu manfaat pemberian pupuk organik adalah memungkinkan tersedianya residu pupuk yang dapat dimanfaatkan pada penanaman selanjutnya. Adanya residu pupuk ini akan membantu penyediaan unsur hara dalam tanah sehingga dapat mengurangi dosis pemberian pupuk organik pada musim penanaman selanjutnya.

Penelitian dengan pemberian pupuk organik perlu dilakukan sedikitnya dalam dua musim penanaman. Hal ini untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan oleh residu pupuk yang masih tersisa di dalam dan belum dimanfaatkan tanaman pada musim tanam sebelumnya.

Banyak potensi bahan organik di sekitar lahan yang dapat dikembangkan sehingga dapat membantu dalam menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk kandang, hijauan C. pubescens serta T. diversifolia merupakan sumber bahan organik yang perlu dikaji kemampuannya masing-masing dalam meningkatkan kandungan unsur hara tanah dan produksi padi gogo.

Tujuan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk organik yang berbeda serta pengaruh residunya pada komponen pertumbuhan dan hasil dua varietas padi gogo.

Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Terdapat jenis pupuk organik yang terbaik bagi produktivitas padi gogo. 2. Terdapat varietas padi gogo yang memberikan respon terbaik akibat

pemberian pupuk organik.

3. Terdapat interaksi perlakuan jenis pupuk organik dan varietas yang memberikan pengaruh terbaik pada produktivitas padi gogo.

4. Terdapat dosis pupuk organik yang terbaik terhadap produktivitas padi gogo pada musim tanam kedua.

5. Terdapat interaksi perlakuan dosis dan jenis pupuk organik serta varietas yang memberikan pengaruh terbaik terhadap produktivitas padi gogo pada musim tanam kedua.

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Penanaman Padi Gogo

Secara umum presentasi pengembangan tanaman padi di Indonesia adalah padi sawah 63 %, padi gogo 14 %, padi rawa 3 % dan padi tadah hujan 20 % (Prasetyo 2003). Padi gogo sendiri umumnya ditanam sekali setahun pada awal musim hujan. Setelah panen, dilanjutkan dengan penanaman palawija atau kacang-kacangan. Saat ini budidaya padi gogo tengah mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan beberapa waktu sebelumnya. Hal ini erat kaitannya dengan program pemberdayaan lahan kering.

Sehubungan dengan program tersebut di atas, pemerintah telah melepas beberapa varietas padi gogo unggul seperti Limboto dan Situ Patenggang. Varietas ini diketahui memiliki kelebihan yaitu tahan blas, berumur genjah, toleran terhadap naungan dan kekeringan serta memiliki potensi hasil tinggi. Kelebihan tersebut memungkinkan pengembangan padi gogo dapat dioptimalkan pada lahan kering terbuka maupun ternaungi.

Prasetyo (2003) menyatakan bahwa upaya optimalisasi pemanfaatan lahan kering untuk pengembangan padi gogo memiliki beberapa nilai positif, di antaranya :

1. Secara nasional ikut andil dalam mempertahankan swasembada beras maupun dalam upaya pencapaian swasembada berkelanjutan.

2. Petani akan mendapatkan tambahan pendapatan.

3. Padi gogo yang dibudidayakan sebagai tanaman sela pada areal pertanaman komoditi perkebunan, akan memberikan tambahan pendapatan bagi perusahaan.

4. Konservasi tanah setempat akan terjaga karena dapat mencegah erosi serta memperbaiki kondisi fisik maupun kimia tanah.

Pertanian Organik

Konsep pertanian organik muncul sebagai terobosan dalam upaya melakukan perbaikan terhadap fenomena kerusakan tanah dan lingkungan yang terjadi dimana-mana. Beberapa pemikiran bahkan menganggap pertanian organik merupakan suatu sistem terpadu yang mengarah pada pertanian berkelanjutan

(Rigby & Caceres 2001). Daya dukung lingkungan terhadap agroekosistem dalam jangka waktu panjang (long term sustainable agriculture) menjadi perhatian utama dalam sistem pertanian organik.

Perlu diakui bahwa kehadiran revolusi hijau sangat berjasa bagi kehidupan manusia, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Hadirnya revolusi hijau ini ditandai dengan adanya aktivitas pemuliaan tanaman, pemupukan serta pemberantasan hama secara intensif. Kemajuan bioteknologi memberi kesempatan bagi para pemulia tanaman dalam menciptakan berbagai tanaman hibrida. Pada bidang pemupukan, muncul berbagai pupuk kimia buatan yang dapat memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman secara lengkap dan cepat. Selanjutnya dalam hal pemberantasan hama dan penyakit tanaman, ditemukan pestisida yang sangat efektif memberantas hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Hanya saja, program yang baik ini nyatanya diikuti pula oleh bencana yang merugikan lingkungan hidup dan kesehatan manusia.

Dokumen terkait