• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PERANCANGAN

5.1. Tema Rancangan

5.1.1. Pendekatan Perancangan

Desain rancang suatu bangunan pada prinsipnya memiliki latar belakang yang menentukan tema perancangan sehingga nantinya akan menentukan seperti apa dan bagaimana hasil akhir desain tersebut. Dalam hal ini tema perancangan menjadi suatu benang merah dan pengontrol alur desain perancangan.Objek dari perancangan Galeri Kerajinan Khas Maduradi Kawasan Suramadu ini merupakan wadah sebagai pusat kerajinan tangan yang ada di Madura. Fasilitas bangunan perancangan ini diantaranya yaitu :Galeri yang bersifat sebagai area pamer kolektor, Galeri yang besifat area pamer penjualan, kantor pengelola dll.

Madura adalah suatu pulau dengan keanekaragaman yang dimiliki seperti ; budaya yang beraneka macam sampai pada karakter masyarakat yang yang memiliki ciri khas khusus. Kebanyakan orang menilai dan memandang masyarakat madura hanya dari sisi negatinya yang identik dengan carok atau kekerasan tanpa melihat nilai positif yang ada dalam kehidupan kesehariannya, dalam kesehariannya masyarakat madura memiliki berbagai macam karakter yaitu : Persatuannya yang kuat dalam arti kekompakan dalam menghadapi masalah sangat di junjung tinggi, selain itu masyarakat madura juga memiliki sifat religius yang tinggi, memiliki sifat yang tegas, keras, berani dan juga ramah terhadap orang yang sudah dikenal maupun belum dikenal.

Dari berbagai macam karakter masyarakat madura di atas akan berdampak pada pemilihan tema perancangan dari Galeri Kerajinan Khas Maduradi Kawasan Suramadu.

5.1.1.1. Fakta

Merupakan suatu hal yang spesifik dari suatu perancangan, yang dapat mencakup karakter site, pengguna bangunan, fasilitas yang ada pada lokasi, dll

Di pulau Madura sendiri terdapat berbagai macam toko-toko penjualan benda kerajinan yang tersebar di berbagai daerah namun belum ada yang mewadahinya menjadi satu, sehingga banyak produsen atau para pengrajin yang hasil kerajinannya belum dapat diperkenalkan karena terbatasnya sarana informasi.

Masyarakat Madura memiliki karakter yang beraneka macam seperti : Menjunjung tinggi persatuan, tegas, keras, berani, religius dan ramah.

5.1.1.2. Issue

Fakta di atas merupakan awal timbulnya permasalahan sehingga dapat diambil kesimpulan bagaimana menciptakan suatu karakter yang tidak hanya dari sisi nilai budayanya melainkan juga dari karakter masyarakatnya.

Selain itu bagaimana mewujudkan atau mewadahi hasil dari para pengrajin sehingga kerajinan tersebut dapat dikenal serta diperdagangkan.Dan juga merancang suatu wadah yang memanfaatkan potensi dari lingkungan yang merupakan pintu masuk dari pulau Madura.

5.1.1.3. Goal

Merupakan cara pencapaian bagaimana mengatasi masalah tentang kondisi yang ada pada saat ini

Menciptakan sebuah Galleri kerajinan khas Madura dengan mencerminkan karakter dari masyarakat dan budaya Madura.

Merancang suatu wadah ruang pamer untuk kolektor dan ruang pamer yang bersifat penjualan dengan penyelesaian yang berbeda.

5.1.1.4. PerformanceRequirment

Merupakan syarat-syarat untuk memenuhi mengatasi masalah tentang kondisi yang ada pada saat ini

Menciptakan karakter masyarakat Madura dengan menggunakan metoda rancang intangible metaphor.

Dari fakta, issue, goal, dan Performance requirment yang telah dijelaskan di atas terdapat keterikatan antar satu sama lain yang disebut dengan tema.

5.1.2. Penentuan Tema Rancangan

Tema rancangan bangunan yang diterapkan adalah “oreng padenah taretan”. Proses pencarian tema dilakukan dengan mencari keterkaitan berdasarkan karakter – karakter dari masyarakat Madura seperti pada gambar diagram di atas, definisi dari tema tersebut “oreng padenah taretan”artinya : orang bagaikan saudara, pada umumnyamasyarakat madura bersikap ramah baik kepada orang – orang yang sudah dikenal maupun orang asing yang belum dikenal, jadi sifat ramah sangat di anjung tinggi oleh masyarakat madura dalam berinteraksi sosial.

Gambar 5.1. Diagram Proses Pencarian tema Sumber : Analisa Penulis, 2013

Kaitan tema tersebut pada rancangan bangunan Galeri Kerajinan Khas Madura di Kawasan Suramadu, bahwa oreng yang dimaksud adalah pengunjung, jadi pengunjung dianggap seseorang yang istimewa sehingga pada rancangan bangunan tersebut harus memberikan kenyaman baik secara sirkulasi pada sitenya, sirkulasi ruang dan yang terpenting bangunannya harus memiliki daya tarik yang kuat sehingga pengunjung dapat merasakan bangunan tersebut benar – benar mencerminkan kultur budaya dan masyarakat Madura.

Menurut Anthony C. Antoniades, 1990 dalam ”Poethic of Architecture”

Suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Dengan kata lain menerangkan suatu subyek dengan subyek lain, mencoba untuk melihat suatu subyek sebagai suatu yang lain.

Ada tiga kategori dari metaforayaitu :

Intangible Metaphor (metafora yang tidak diraba)

yang termasuk dalam kategori ini misalnya suatu konsep, sebuah ide, kondisi manusia atau kualitas-kualitas khusus (individual, naturalistis, komunitas, tradisi dan budaya)

Tangible Metaphors (metafora yang dapat diraba)

Dapat dirasakan dari suatu karakter visual atau material

Combined Metaphors (penggabungan antara keduanya)

Dimana secara konsep dan visual saling mengisi sebagai unsur-unsur awal dan visualisasi sebagai pernyataan untuk mendapatkan kebaikan kualitas dan dasar.

Dari ketiga metafor tersebut Galeri Kerajinan Khas Madura di Kawasan Jembatan Suramadu memakai Combined Metaphoryaitu:

- Pengaplikasian karakter berani pada tema dengan penggunaan warna merah pada kolom – kolomnya

- Karakter kesatuan dapat dilihat dari segi tatanan massanya atau penggunaan plaza sebagai open space seperti pada tatanan dari Tanean Lanjang, tanpa mengacu pada orientasi Tanean Lanjang hanya sebatas penataan massanya. - Karakter ramah dapat dilihat dari desain olah lanscapenya yaitu : pada

pedestrian yang mengarahkan pengunjung ke massa utama dan juga dari pemakaian warna kuning pada interens bangunan yang mengartikan sebuah sambutan yang ramah

- Untuk karakter religius dapat dilihat dari adanya warna hijau pada ornamen

– ornamen eksterior maupun interior bangunan

- Kemudian karakter keras serta karakter tegas dapat dilihat pada pemakaian material batu alam dan struktur kolom.

Makna Ruang Pada Tanean Lanjang

Susunan ruang yang berjajar dengan ruang pengikat ditengahnya menunjukkan bahwa tanean adalah pusat aktivitas sekaligus sebagai pengikat ruang yang sangat penting. Sumbu barattimur secara imajiner terlihat memisahkan antara kelompok rumah dan ruang luar. Langgar sebagai akhiran semakin memberikan arti penting dan utama dari komposisi ruangnya. Peninggian lantai bangunan juga memberikan satu nilai hirarki ruang yang semakin jelas. Akhiran peninggian berakhir pada langgar di ujung atau akhiran sumbu barat-timur.

Tata tetak tanean lanjang memberikan gambaran tentang zoning ruang sesuai dengan fungsinya. Rumah tinggal, dapur dan kandang di bagian timur, di bagian ujung barat adalah langgar. Langgar memiliki nilai tertinggi, bersifat rohani dibanding dengan bangunan lain yang sifatnya duniawi. Langgar mencerminkan fungsi utama dalam kehidupan yang bersifat religius, suci untuk melaksanakan ibadah lima waktu, melakukan ritual daur kehidupan dan sekaligus sebagai pusat kegiatan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari, langgar memerankan fungsinya sebagai tempat kerja, sekaligus sebagai tempat laki laki untuk mengawasi hasil bumi, ternak, istri dan anaknya. Fungsi lain adalah untuk menerima tamu dan ruang tidur tamu laki laki yang bermalam, juga gudang. Dalam beberapa data menyebutkan bahwa langgar berfungsi sebagai tempat yang strategis untuk memudahkan laki laki dalam mengawasi perempuan (Mansurnoor, 1990). Fungsi yang demikian membuat langgar memiliki arti yang sangat penting dan spesifik.

Pada konsep rancangan dari Galeri Kerajinan Khas Madura di Kawasan Jembatan Suramadu penerapan konsep Tanean Lanjeng hanya sebatas dari segi penataan massanya saja, dengan fungsi bangunan kolektor yang diperumpakan sebagai langgar, kandang diperumpamakan sebagai area penjualan dan rumah induk diperumpamakan sebagai kantor pengelola, sehingga orientasi dari rancangan mengacu pada aksebilitas/ analisa dari site tanpa mengacu pada orientasi dari Tanean Lanjeng itu sendiri.

Dokumen terkait