• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

H. Pengembangan Program Intervens

I. Rancangan Intervensi Teknik Restrukturisasi Kognitif Dalam Mereduksi Stres Akademik Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Semester

6. Rancangan Program Intervens

Asiah, 2014

Konseling Kelompok Dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif Dalam Mereduksi Stres Akademik Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sesuai dengan tujuan, profil stres akademik mahasiswa, serta sasaran intervensi konseling kelompok dengan teknik restrukturisasi kognitif dalam mereduksi stres akademik mahasiswa, maka disusun suatu rancangan program intervensi berdasarkan tahapan dan konseling kelompok dengan teknik restrukturisasi kognitif. Rancangan program intervensi tersebut digambarkan dalam Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Matriks Rancangan Program Intervensi Konseling Kelompok dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif dalam Mereduksi Stres Akademik

Mahasiswa Nama Sesi Tahapan Intervensi

Konseling

Tujuan Penunjang Teknis

Sesi 1 Pre Test (1x pertemuan) 50 menit Pembangunan hubungan, orientasi kegiatan intervensi konseling, penjelasan tujuan umum intervensi

konseling dan

pelaksanaan pre test

1. Mahasiswa memahami tujuan umum dan garis besar sesi intervensi konseling yang akan dilaksananakan.

2. Mahasiswa merasa

diterima dan terlibat dalam sesi intervensi konseling yang akan dilaksanakan.

3. Mahasiswa memahami tujuan pre test.

Instrument Stres Akademik Sesi 2 Pengetahuan kekuatan diri (1x pertemuan) 50 menit Mendorong mahasiswa untuk lebih terbuka

dalam menjabarkan kepribadiannya. 1. Mahasiswa mampu memahami sifat-sifat yang dimiliki. 2. Mahasiswa dapat menjabarkan kekuatan pribadi yang dimilikinya. 3. Mahasiswa dapat memperoleh informasi SKLBK terlampir Jendela Johari

Asiah, 2014

Konseling Kelompok Dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif Dalam Mereduksi Stres Akademik Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari teman-temannya mengenai kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Sesi 3 Positive Thingking (1x pertemuan) 50 menit Mendorong mahasiswa untuk mengatasi keragu-

raguan dan

mempertimbangkan untuk mengubah focus masalah yang ada.

1. Mahasiswa mampu

mengungkapkan hal-hal yang positif pada dirinya.

2. Mahasiswa dapat

berfikir positif terhadap dirinya maupun orang lain.

3. Mahasiswa mampu

untuk mengidentifikasi hal-hal negative yang

dapat menumbuhkan stres akademik. SKLBK terlampir Lembar kerja Thought record Sesi 4

Saya dan realita (1x pertemuan) 50 menit

Mendorong mahasiswa untuk

menginternalisasikan keyakinan rasional dan membantu mahasiswa

untuk mengatasi

hambatan terhadap

perubahan.

1. Mahasiswa memahami konsep seputar penilaian realistis terhadap lingkungan, mencakup pengertian dan manfaat.

2. Mahasiswa dapat

membedakan antara hal- hal yang berada di dalam dan di luar kendali mereka.

3. Konseli menyadari pentingnya untuk fokus terhadap hal-hal yang berada dalam kendali diri dan menerima hal- hal yang diluar kendali diri. SKLBK terlampir Sesi 5 Mengatasi masalah tanpa masalah (1x pertemuan) 50 menit Mendorong mahasiswa untuk terlibat dalam menyelesaikan tugas- tugas yang relevan

1. Mahasiswa memahami konsep seputar ketererampilan pemecahan masalah, langkah-langkah dan manfaat. 2. Mahasiswa dapat mengidentifikasikan sisi positif dan negative dari

SKLBK terlampir Lembar analisis permasalahan,

Asiah, 2014

Konseling Kelompok Dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif Dalam Mereduksi Stres Akademik Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

suatu masalah.

3. Mahasiswa dapat

mengaplikasikan langkah-langkah

pemecahan masalah

terhadap suatu contoh permasalahan. Sesi 6 Penghargaan (1x pertemuan) 50 menit Membantu mahasiswa untuk menumbuhkan serta meningkatkan rasa saling menghargai

1. Mahasiswa dapat

memahami manfaat dari saling menghargai. 2. Mahasiswa dapat saling

bertukar umpan balik yang positif.

3. Mahasiswa dapat

meningkatkan

pemahaman dalam hal saling menghargai. SKLBK Terlampir Sesi 7 Khasiat tawa (1x pertemuan) 50 menit Membantu mahasiswa untuk dapat mengatasi

hambatan terhadap

perubahan mood.

1. Mahasiswa memahami konsep seputar humor, mencakup pengertian dan manfaat.

2. Mahasiswa memahami pentingnya

menggunakan humor

sebagai strategi coping dan stress release.

3. Mahasiswa dapat

memahami dan

menerapkan humor yang efektif dalam mereduksi stres yang dialami.

SKLBK terlampir

Video black

comedydan lembar tugas.

Sesi 8

Review dan Post Test

(1x Pertemuan) 50 menit

Penghargaan dari

konselor terhadap

mahasiswa atas peran aktif dalam mengikuti

sesi intervensi konseling, dan pelaksanaan post testsebagai penutup intervensi konseling. 1. Mahasiswa dapat menyimpulkan pelajaran

dan manfaat yang

diperoleh dari seluruh sesi intervensi.

2. Mahasiswa dapat

mempraktikkan secara

langsung teknik

restrukturisasi kognitif serta dapat mereduksi stres akademik yang dialami. 3. Mahasiswa dapat Instrument stress akademik mahasiswa dan pujian sebagai reward.

Asiah, 2014

Konseling Kelompok Dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif Dalam Mereduksi Stres Akademik Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memahami tujuan dari

post test. 7. Prosedur Pelaksanaan Intervensi

Tahapan intervensi konseling kelompok dengan teknik restrukturisasi kognitif untuk mereduksi stres akademik mahasiswa, adalah:

a) Tahapan pertama: asesmen dan diagnosis

Langkah pertama yang dilakukan yaitu mendiagnosis masalah yang dialami oleh mahasiswa. Asesmen dan diagnosis di tahap awal bertujuan untuk memperoleh data tentang kondisi mahasiswa yang akan ditangani serta mengantisipasi kemungkinan kesalahan penanganan pada proses konseling. Di tahap pertama dilakukan kegiatan, sebagai berikut:

1) penyebaran alat ukur stres akademik untuk mengumpulkan informasi mengenai tingkat stres akademik mahasiswa.

2) melakukan kontrak konseling dengan siswa supaya siswa mampu berkomitmen untuk mengikuti proses konseling dari tahap awal sampai tahap akhir.

b) Tahapan kedua: mengidentifikasi pikiran-pikiran negatif konseli.

Sebelum konseli diberikan bantuan untuk mengubah pikiran-pikiran yang mengalami disfungsi, terlebih dahulu konselor perlu membantu konseli untuk menyadari disfungsi pikiran-pikiran yang konseli miliki dan memberitahukan secara langsung kepada konselor.Pada level umum, konseli didorong untuk kembali pada pengalaman dan melakukan introspeksi atau merefleksikan pengalaman-pengalaman yang sudah dilalui.

c) Tahapan ketiga: memonitor pikiran-pikiran konseli melalui thought record.

Pada tahap ketiga, konseli dapat diminta untuk membawa buku catatan kecil yang berguna untuk menuliskan tugas pekerjaan rumah, hal-hal yang berhubungan dengan perlakuan dalam konseling, dan mencatat pikiran-pikiran negatif.Format

Asiah, 2014

Konseling Kelompok Dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif Dalam Mereduksi Stres Akademik Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat dibuat oleh konseli atau disiapkan oleh konselor sebagai format yang sudah dicetak dalam kertas yang diajukan untuk mencatat pikiran-pikiran negatif konseli.Adapun format rekaman pikiran dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Format Rekaman Pikiran Konseli Situasi Fikiran yang

muncul

Penentangan Pikiran Tindakan yang dilakukan

Format dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan, karena yang terpenting bukan terletak pada format rekaman pikiran akan tetapi pada isi informasi yang terdapat pada format. Melalui format rekaman pikiran yang disepakati, konseli harus menjadi partisipan yang aktif dalam memutuskan cara-cara merekam informasi, sehingga dapat berguna dan dapat meningkatkan efektivitas pengerjaanhomework. d) Tahapan keempat: memberikan umpan balik kepada konseli dan memberikan motivasi untuk mengikuti konseling sampai akhir

Pada tahap keempat konselor menjelaskan kepada konseli mengenai perkembangan konseli setelah menjalani tiga tahap konseling. Konselor memberi umpan balik terhadap perilaku konseli serta hal-hal yang terjadi selama konseling dilakukan sehingga konseli mampu memahami pengalaman serta menyadari akan kondisi kognitif yang salah suai dalam mempersepsi dan mereaksi stimulus yang dihadapi.

d) Tahapan kelima: intervensi pikiran-pikiran negatif konseli menjadi pikiran-

pikiran yang positif.

Pada tahap kelima, pikiran-pikiran negatif konseli yang telah terkumpul dalam thought record dimodifikasi.Beberapa hal mengenai pikiran-pikiran negatif meliputi hal-hal sebagai berikut (Dobson & Dobson, 2009:127).

Asiah, 2014

Konseling Kelompok Dengan Teknik Restrukturisasi Kognitif Dalam Mereduksi Stres Akademik Mahasiswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Menemukan pikiran-pikiran negatif yang berhubungan dengan reaksi emosi yang kuat.

2) Menemukan pikiran-pikiran yang berkaitan dengan pola respon perilaku yang kuat.

3) Menemukan pikiran-pikiran yang memiliki tingkatan keyakinan yang tinggi. 4) Menemukan pikiran-pikiran yang berulang, karena pikiran-pikiran yang

dikemukakan berulang-ulang menunjukkan pola berpikir konseli.

Dokumen terkait