No.
DIM RUU MHA Tanggapan KKP Usulan KKP Keterangan
1. RANCANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG
MASYARAKAT HUKUM ADAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Tetap
2. Menimbang:
bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan Masyarakat Hukum Adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia;
Tetap
3. bahwa Masyarakat Hukum Adat selama ini belum diakui
dan dilindungi secara optimal dalam melaksanakan hak pengelolaan yang bersifat komunal, baik hak atas tanah, wilayah, budaya, dan sumber daya alam yang diperoleh secara turun, temurun, maupun yang diperoleh melalui mekanisme lain yang sah menurut hukum adat setempat;
Tetap
4. bahwa belum optimalnya pengakuan dan pelindungan hak
Masyarakat Hukum Adat yang bersifat komunal mengakibatkan tidak tercapainya kesejahteraan bagi Masyarakat Hukum Adat dan munculnya konflik di
Masyarakat Hukum Adat sehingga menimbulkan ancaman stabilitas keamanan nasional;
Tetap
5. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Masyarakat Hukum Adat
Tetap
6. Mengingat:
Pasal 18B ayat (2), Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 281 ayat (3), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Tetap
7. BAB I
KETENTUAN UMUM Tetap
8. Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Tetap
No.
DIM RUU MHA Tanggapan KKP Usulan KKP Keterangan
hidup secara turun-temurun dalam bentuk kesatuan ikatan asal usul leluhur dan/atau kesamaan tempat tinggal di wilayah geografis tertentu, identitas budaya, hukum adat yang masih ditaati, hubungan yang kuat dengan tanah dan lingkungan hidup, serta sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi.
yang secara turun-temurun bermukim di wilayah geografis tertentu di Negara Kesatuan Republik Indonesia karena adanya ikatan pada asal usul leluhur, hubungan yang kuat dengan tanah, wilayah, sumber daya alam, memiliki pranata pemerintahan adat, dan tatanan hukum adat di wilayah adatnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sesuai dengan UU Nomor 1 Tahun 2014
10. 2. Pengakuan adalah pernyataan tertulis yang diberikan
oleh Negara atas penerimaan dan penghormatan kepada Masyarakat Hukum Adat beserta seluruh hak dan identitas yang melekat padanya.
Tetap
11. 3. Pelindungan adalah upaya untuk menjamin dan
melindungi Masyarakat Hukum Adat beserta haknya agar dapat hidup tumbuh dan berkembang sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiannya.
Tetap
12. 4. Pemberdayaan adalah upaya terencana untuk
memajukan dan mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan
pendampingan bagi Masyarakat Hukum Adat.
Tetap
13. 5. Wilayah Adat adalah satu kesatuan wilayah berupa
tanah, hutan, perairan, beserta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya yang diperoleh secara turun temurun dan memiliki batas-batas tertentu, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup Masyarakat Hukum Adat.
Diubah Wilayah Masyarakat Hukum Adat yang selanjutnya
disebut Wilayah Adat adalah satu kesatuan wilayah
berupa tanah, hutan dan perairan, beserta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya yang diperoleh secara turun temurun dan memiliki batas-batas tertentu, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup Masyarakat Hukum Adat.
19 Maret 2018
UU Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan terkait Putusan MK No.35/ PUU-X/2012 Pasal 1 angka 6 menjadi hutan adat adalah hutan yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat
14. 6. Hak Ulayat adalah hak Masyarakat Hukum Adat yang
bersifat komunal untuk menguasai, memanfaatkan, dan melestarikan wilayah adatnya beserta sumber daya alam di atasnya sesuai dengan tata nilai dan hukum adat yang berlaku.
Diubah Hak Ulayat adalah hak Masyarakat Hukum Adat
yang bersifat komunal untuk mengelola dan
melestarikan wilayah adatnya beserta sumber daya alam di atasnya sesuai dengan tata nilai dan hukum adat yang berlaku.
19 Maret 2018
Perairan dikuasai oleh negara dan dilaksanakan dengan perizinan
15. Disisipkan Wilayah Kelola Perairan Masyarakat Hukum Adat yang
selanjutnya disebut Wilayah Kelola Perairan adalah Wilayah Adat di ruang perairan yang sumber daya lautnya dimanfaatkan oleh Masyarakat Hukum Adat
19 Maret 2018 Mengakomodir MHA diperairan pesisir
No.
DIM RUU MHA Tanggapan KKP Usulan KKP Keterangan
dan menjadi wilayah pertuanan Masyarakat Hukum Adat.
16. 7. Hukum Adat adalah seperangkat norma atau aturan,
baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang hidup dan berlaku untuk mengatur kehidupan bersama Masyarakat Hukum Adat yang diwariskan secara turun menurun, yang senantiasa ditaati dan dihormati, serta mempunyai sanksi.
Tetap
17. 8. Lembaga Adat adalah perangkat yang berwenang
mengatur, mengurus, dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang berdasarkan pada adat istiadat dan Hukum Adat, yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan sejarah Masyarakat Hukum Adat.
Tetap
18. 9. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi,
baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
Tetap
19. 10. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Tetap
20. 11. Pemerintah Daerah adalah kepada daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
Tetap
21. 12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
pemerintahan di bidang urusan dalam negeri.
Tetap
22. 13. Panitia Masyarakat Hukum Adat adalah tim teknis yang
dibentuk oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah untuk melakukan proses pengakuan Masyarakat Hukum Adat.
Tetap
23. Pasal 2
Pengakuan, Pelindungan, dan Masyarakat Hukum Adat berasaskan:
Diubah Pasal 2
Pengakuan dan Pelindungan Masyarakat Hukum Adat berasaskan:
24. a. partisipasi; Tetap
25. b. keadilan; Tetap
26. c. kesetaraan dan tanpa diskriminasi; Tetap
27. d. transparansi Tetap
No.
DIM RUU MHA Tanggapan KKP Usulan KKP Keterangan
29. f. kepentingan nasional; Tetap
30. g. keselarasan; dan Tetap
31. h. kelestarian dan keberlanjutan fungsi lingkungan Tetap
32. Pasal 3
Pengakuan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat bertujuan untuk:
Tetap
33. a. memberikan kepastian hukum terhadap kedudukan dan
keberadaan
Masyarakat Hukum Adat agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai
dengan harkat dan martabat;
Tetap
34. b. memberikan jaminan kepada Masyarakat Hukum Adat
dalam melaksanakan haknya sesuai dengan tradisi dan adat istiadatnya;
Tetap
35. c. memberikan ruang partisipasi dalam aspek politik,
ekonomi, pendidikan,
kesehatan, sosial, dan budaya;
Tetap
36. d. melestarikan tradisi dan adat istiadatnya sebagai
kearifan lokal dan bagian dari kebudayaan nasional; dan
Tetap
37. e. meningkatkan ketahanan sosial budaya sebagai bagian
dari ketahanan nasional.
Tetap 38. BAB II PENGAKUAN Tetap 39. Bagian Kesatu Umum Tetap 40. Pasal 4
(1) Negara mengakui Masyarakat Hukum Adat yang masih hidup dan berkembang di masyarakat sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tetap 19 Maret 2018
Disesuaikan dengan redaksi UUD
41. (2) Pengakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan terhadap Masyarakat Hukum Adat yang memenuhi persyaratan dan melalui tahapan yang ditentukan dalam undang-undang ini.
Tetap 19 Maret 2018
Tahapan agar disesuaikan
42. Pasal 5
Pengakuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dilakukan melalui tahapan:
Tetap 19 Maret 2018
Cek tahapan
43. a. identifikasi; Tetap
44. b. verifikasi; Tetap
No.
DIM RUU MHA Tanggapan KKP Usulan KKP Keterangan
46. d. penetapan. Tetap
47. Pasal 6
(1) Dalam memberikan Pengakuan, Pemerintah Pusat melakukan identifikasi terhadap Masyarakat Hukum Adat yang masih tumbuh dan berkembang dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tetap 19 Maret 2018
Disesuaikan dengan Permendagri 52/2014 48. (2) Identifikasi terhadap Masyarakat Hukum Adat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:
Tetap 19 Maret 2018
Disesuaikan dengan Permendagri 52/2014
49. a. memiliki komunitas tertentu yang hidup berkelompok
dalam suatu ikatan karena kesamaan keturunan dan/atau teritorial;
Tetap
50. b. mendiami suatu wilayah adat dengan batas tertentu
secara turun-temurun; Tetap
51. c. memiliki pranata atau perangkat hukum dan ditaati
kelompoknya sebagai pedoman dalam kehidupan Masyarakat Hukum Adat; dan/atau
Tetap
52. d. mempunyai Lembaga Adat yang diakui oleh
Masyarakat Hukum Adat.
Tetap
53. Bagian Kedua
Panitia Masyarakat Hukum Adat
Tetap
54. Pasal 7
(1) Bupati/walikota membentuk Panitia Masyarakat Hukum Adat kabupaten/ kota untuk melakukan identifikasi dan validasi terhadap Masyarakat Hukum Adat yang berada di 1 (satu) wilayah kabupaten/ kota.
Tetap 19 Maret 2018
Tidak sesuai dengan Pasal 6
55. (2) Panitia Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur:
Tetap 19 Maret 2018
Agar disesuaikan dengan Permen 8/2018
56. a. Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota; Tetap
57. b. Perwakilan Masyarakat Hukum Adat; Tetap
58. c. Perwakilan organisasi masyarakat yang memiliki
pengalaman dan kompetensi mengenai Masyarakat Hukum Adat;
Tetap
59. d. Akademisi yang memiliki keilmuan dan kepakaran
mengenai Masyarakat Hukum Adat; dan Tetap
60. e. Kantor Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan
Nasional. Tetap
No.
DIM RUU MHA Tanggapan KKP Usulan KKP Keterangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh bupati/walikota.
62. Pasal 8
(1) Gubernur membentuk Panitia Masyarakat Hukum Adat provinsi untuk melakukan identifikasi, verifikasi, dan validasi terhadap Masyarakat Hukum Adat yang berada di wilayah paling sedikit 2 (dua) kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi.
Tetap 19 Maret 2018
Disesuaikan dengan
PermenKP 8/PERMEN-KP/ 2018
63. (2) Panitia Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri dari unsur: Tetap
64. a. Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota; Tetap
65. b. Perwakilan Masyarakat Hukum Adat; Tetap
66. c. Perwakilan organisasi masyarakat yang memiliki
pengalaman dan kompetensi mengenai Masyarakat Hukum Adat;
Tetap
67. d. Akademisi yang memiliki keilmuan dan kepakaran
mengenai Masyarakat Hukum Adat; dan
Tetap
68. e. Kantor Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan
Nasional.
Tetap 69. (3) Pembentukan Panitia Masyarakat Hukum Adat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh gubernur.
Tetap
70. Pasal 9
(1) Menteri membentuk panitia untuk melakukan
identifikasi, verifikasi, dan validasi terhadap Masyarakat Hukum Adat pusat yang berada di wilayah paling sedikit 2 (dua) provinsi.
Tetap 19 Maret 2018
Apa yang dimaksud MHA pusat?
71. (2) Panitia Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur:
Tetap
72. a. Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota; Tetap
73. b. Perwakilan Masyarakat Hukum Adat; Tetap
74. c. Perwakilan organisasi masyarakat yang memiliki
pengalaman dan kompetensi mengenai Masyarakat Hukum Adat;
Tetap
75. d. Akademisi yang memiliki keilmuan dan kepakaran
mengenai Masyarakat Hukum Adat; dan Tetap
76. e. Kantor Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan
Nasional. Tetap
No.
DIM RUU MHA Tanggapan KKP Usulan KKP Keterangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.
78. Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan Panitia Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 diatur dengan
Peraturan Presiden.
Tetap 19 Maret 2018
Agar dilihat kesesuaian dengan Pasal 7, 8, dan 9
79. Bagian Ketiga
Identifikasi
Tetap
80. Pasal 11
(1) Identifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a merupakan kegiatan menentukan keberadaan
Masyarakat Hukum Adat.
Tetap
81. (2) Identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh Masyarakat Hukum Adat atau Panitia Masyarakat Hukum Adat.
Tetap 82. (3) Hasil identifikasi memuat data dan informasi mengenai
pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2).
Tetap 83. (4) Dalam hal identifikasi sudah dilakukan oleh Masyarakat
Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Panitia Masyarakat Hukum Adat tidak melakukan identifikasi terhadap Masyarakat Hukum Adat yang bersangkutan.
Tetap
84. (5) Hasil identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) digunakan untuk melakukan verifikasi.
Tetap
85. Pasal 12
(1) Masyarakat Hukum Adat yang sudah melakukan
identifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4), yang berada dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/ kota, menyampaikan hasil identifikasi kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat kabupaten/kota.
Tetap 19 Maret 2018
Perlu kriteria MHA pusat, provinsi, dan kab/kota
86. (2) Masyarakat Hukum Adat yang sudah melakukan
identifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4), yang berada di 2 (dua) atau lebih kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi, menyampaikan hasil identifikasi kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat provinsi.
Tetap
87. (3) Masyarakat Hukum Adat yang sudah melakukan
No.
DIM RUU MHA Tanggapan KKP Usulan KKP Keterangan
(4), yang berada di 2 (dua) atau lebih provinsi, menyampaikan basil identifikasi kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat pusat.
88. Bagian Keempat
Verifikasi
Tetap
89. Pasal 13
Verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b merupakan kegiatan pemeriksaan lapangan oleh Panitia Masyarakat Hukum Adat atas kelengkapan dan kebenaran data dan informasi hasil identifikasi.
Tetap
90. Pasal 14
(1) Panitia Masyarakat Hukum Adat kabupaten/kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat provinsi, dan Panitia Masyarakat Hukum Adat pusat melakukan verifikasi terhadap hasil identifikasi oleh Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3).
Tetap
91. (2) Dalam melakukan verifikasi, Panitia Masyarakat Hukum Adat kabupaten/ kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat provinsi, atau Panitia Masyarakat Hukum Adat pusat dapat meminta Masyarakat Hukum Adat untuk melengkapi data dan informasi yang diperlukan.
Tetap
92. (3) Panitia Masyarakat Hukum Adat kabupaten/kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat provinsi, dan Panitia Masyarakat Hukum Adat pusat melakukan verifikasi paling lambat 60 (enam puluh) hari kerja sejak hasil identifikasi diterima.
Tetap
93. (4) Hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diumumkan kepada masyarakat paling lambat 30 (tiga puluh) bari kerja sejak verifikasi selesai dilakukan.
Tetap 94. (5) Panitia Masyarakat Hukum Adat mengumumkan hasil
verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) di kantor desa/kelurahan setempat.
Tetap 95. (6) Pengumuman hasil verifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) berlangsung selama 60 (enam puluh) hari.
Tetap
96. Pasal 15
(1) Selama masa pengumuman hasil verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (6), masyarakat dapat mengajukan keberatan.
Tetap
No.
DIM RUU MHA Tanggapan KKP Usulan KKP Keterangan
kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat kabupaten/ kota, Panitia Masyarakat Hukum Adat provinsi, atau Panitia Masyarakat Hukum Adat pusat.
98. (3) Terhadap keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), panitia
(4) Masyarakat Hukum Adat melakukan verifikasi ulang.
Tetap 99. (5) Verifikasi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak mengajukan keberatan.
Tetap
100. Pasal 16
Apabila sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan tidak terdapat pihak yang berkeberatan terhadap hasil verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (6), panitia Masyarakat Hukum Adat melakukan validasi.
Tetap
101. Pasal 17
Hasil verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan hasil verifikasi ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4) dituangkan dalam berita acara verifikasi.
Tetap
102. Bagian Kelima
Validasi
Tetap
103. Pasal 18
(1) Validasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c merupakan kegiatan pemeriksaan administrasi atas keabsahan hasil verifikasi oleh Panitia Masyarakat Hukum Adat.
Tetap
104. (2) Validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
lambat 15 (lima belas) hari kerja. Tetap
105. (3) Hasil validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam berita acara validasi. Tetap
106. (4) Panitia Masyarakat Hukum Adat menyampaikan laporan hasil validasi kepada Menteri untuk ditetapkan sebagai Masyarakat Hukum Adat.
Tetap
107. Bagian Keenam
Penetapan
Tetap
108. Pasal 19
Menteri menetapkan Masyarakat Hukum Adat sesuai dengan laporan hasil validasi yang diserahkan oleh Panitia Masyarakat Hukum Adat dalam bentuk Keputusan Menteri.
Tetap
No.
DIM RUU MHA Tanggapan KKP Usulan KKP Keterangan
WILAYAH KELOLA PERAIRAN
110. Disisipkan Pasal 19A
(1) Dalam hal Wilayah Adat setelah melalui identifikasi dan pemetaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 berada di wilayah perairan maka Wilayah Kelola Perairan dapat diusulkan dalam rencana zonasi yang berlaku.
19 Maret 2018 Penyesuaian dengan PermenKP Nomor 8/PERMEN-KP/2018
Wilayah kelola dapat ditetapkan dalam seluruh atau sebagian kawasan konservasi
111. Disisipkan (2) Masyarakat Hukum Adat yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dapat mengusulkan Wilayah Kelola Perairan.
19 Maret 2018 Penyesuaian dengan PermenKP Nomor 8/PERMEN-KP/2018
112. Disisipkan Pasal 19B
(1) Terhadap usulan Wilayah Kelola Perairan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19A
dilaksanakan validasi oleh gubernur atau menteri yang membidangi urusan pemerintahan dibidang kelautan sesuai kewenangannya.
19 Maret 2018 Penyesuaian dengan PermenKP Nomor 8/PERMEN-KP/2018
113. Disisipkan (2) Hasil validasi yang dilaksanakan oleh gubernur
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan ke dalam rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
19 Maret 2018 Penyesuaian dengan PermenKP Nomor 8/PERMEN-KP/2018
114. Disisipkan (3) Hasil validasi yang dilaksanakan oleh menteri yang
membidangi urusan pemerintahan dibidang kelautan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan ke dalam rencana zonasi kawasan strategis nasional, rencana zonasi kawasan strategis nasional tertentu, dan rencana zonasi antarwilayah.
19 Maret 2018 Penyesuaian dengan PermenKP Nomor 8/PERMEN-KP/2018 115. BAB III EVALUASI tetap 116. Pasal 20
(1) Pemerintah Pusat dapat melakukan evaluasi terhadap Pengakuan Masyarakat Hukum Adat yang telah ditetapkan dengan keputusan Menteri.
tetap
117. (2) Panitia evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur:
tetap
No.
DIM RUU MHA Tanggapan KKP Usulan KKP Keterangan
119. b. perwakilan Masyarakat Hukum Adat; tetap
120. c. perwakilan organisasi masyarakat yang memiliki
pengalarnan dan kompetensi mengenai Masyarakat Hukum Adat; dan
tetap
121. d. akademisi yang merniliki keilmuan dan kepakaran
mengenai Masyarakat Hukum Adat.
tetap 122. (3) Evaluasi dilakukan 10 (sepuluh) tahun sekali sejak
ditetapkannya Pengakuan Masyarakat Hukum Adat.
tetap 123. (4) Panitia evaluasi Masyarakat Hukum Adat melakukan
evaluasi atas Pengakuan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2).
tetap
124. Pasal 21
(1) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, panitia evaluasi melaporkan hasil evaluasi Masyarakat Hukum Adat kepada Menteri.
tetap 19 Maret 2018
Evaluasinya seperti apa? 125. (2) Berdasarkan laporan panitia evaluasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dalam hal Masyarakat Hukum Adat sudah tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) maka:
tetap 19 Maret 2018
Apakah setara dengan pengaturan di laut?
126. a. bupati/walikota, gubernur atau Menteri melakukan
pembinaan terhadap Masyarakat Hukum Adat;
tetap
127. b. dalam hal pembinaan telah dilaksanakan dan
persyaratan Masyarakat Hukum Adat tetap tidak dapat dipenuhi, Menteri menetapkan hapusnya Pengakuan Masyarakat Hukum Adat.
tetap
128. (3) Dengan hapusnya Pengakuan Masyarakat Hukum Adat,
maka tanah adat menjadi tanah negara. tetap
129. BAB IV
PELINDUNGAN tetap
130. Pasal 22
(1) Masyarakat Hukum Adat yang telah ditetapkan berhak atas Pelindungan
tetap 131. (2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib
melakukan Pelindungan terhadap Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
tetap 132. (3) Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
No.
DIM RUU MHA Tanggapan KKP Usulan KKP Keterangan
Masyarakat Hukum Adat.
133. Pasal 23
Pelindungan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 meliputi:
tetap
134. a. Pelindungan terhadap Wilayah Adat; tetap 19 Maret 2018
Agar disesuaikan dengan pengaturan di laut
135. b. Pelindungan sebagai subyek hukum; tetap
136. c. pengembalian Wilayah Adat untuk dikelola,
dimanfaatkan, dan dilestarikan sesuai dengan adat istiadatnya;
tetap 19 Maret 2018
Agar disesuaikan dengan pengaturan di laut 137. d. pemberian kompensasi atas hilangnya hak Masyarakat
Hukum Adat untuk mengelola Wilayah Adat atas izin Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya;
tetap 19 Maret 2018
Agar disesuaikan dengan pengaturan di laut 138. e. pengembangan dan menjaga budaya dan kearifan lokal
dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup;
tetap
139. f. peningkatan taraf kehidupan Masyarakat Hukum Adat; tetap
140. g. pelestarian kcarifan lokal dan pengetahuan tradisional; dan
tetap
141. h. pelestarian harta kekayaan dan/atau benda tetap
142. BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN tetap
143. Bagian Kesatu
Hak tetap
144. Paragraf 1
Hak atas Wilayah Adat tetap
145. Pasal 24
(1) Masyarakat Hukum Adat yang telah ditetapkan berhak atas Wilayah Adat yang mereka miliki, tempati, dan kelola secara turun temurun berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini.
tetap 19 Maret 2018
Diperjelas hak dan kewajiban di perairan khususnya dalam kawasan konservasi
146. (2) Wilayah Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat komunal dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.
tetap
147. Pasal 25
Masyarakat Hukum Adat berhak berpartisipasi dan
terwakili dalam Menentukan perencanaan, pengembangan dan pemanfaatan secara berkelanjutan atas Wilayah
No.
DIM RUU MHA Tanggapan KKP Usulan KKP Keterangan
Adatnya sesuai dengan kearifan lokal.
148. Paragraf 2
Hak Atas Sumber Daya Alam tetap
149. Pasal 26
Masyarakat Hukum Adat berhak mengelola dan
memanfaatkan sumber daya alam yang berada di Wilayah Adat sesuai dengan kearifan lokal.
tetap
150. Pasal 27
(1) Dalam hal di Wilayah Adat terdapat sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi hajat hidup orang banyak, Negara dapat melakukan pengelolaan setelah melalui musyawarah dengan Masyarakat Hukum Adat untuk mencapai persetujuan bersama.
tetap
151. (2) Atas pengelolaan oleh negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Masyarakat Hukum Adat berhak mendapatkan kompensasi.
tetap 19 Maret 2018
Agar disesuaikan dengan kemampuan negara
Pemanfaatan oleh MHA agar tidak melampaui
kewenangan negara vide Pasal UU 27 Pasal 21 152. (3) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan dalam bentuk: tetap
153. a. uang; tetap
154. b. tanah pengganti; tetap
155. c. permukiman kembali; tetap
156. d. kepemilikan saham; atau tetap
157. e. bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak. tetap
158. (4) Selain kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Masyarakat Hukum Adat berhak menerima manfaat utama dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan sesuai dengan kebutuhan prioritas Masyarakat Hukum Adat.
tetap
159. (5) Ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pemberian kompensasi bagi Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
tetap
160. Paragraf 3
No.
DIM RUU MHA Tanggapan KKP Usulan KKP Keterangan
161. Pasal 28
Masyarakat Hukum Adat berhak mendapat manfaat dari penyelenggaraan pembangunan nasional.
tetap
162. Pasal 29
(1) Masyarakat Hukum Adat berhak berpartisipasi dalam program pembangunan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah di Wilayah Adatnya sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan
pengawasan.
tetap
163. (2) Masyarakat Hukum Adat berhak untuk mendapatkan informasi awal mengenai rencana pembangunan yang akan dilaksanakan di Wilayah Adat oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan/atau pihak lain, yang akan berdampak pada keutuhan wilayah, kelestarian sumber daya alam, budaya, dan sistem pemerintahan adat.
tetap
164. (3) Masyarakat Hukum Adat berhak menyampaikan usulan perubahan terhadap rencana pembangunan yang akan dilaksanakan di Wilayah Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan kesepakatan bersama.
tetap
165. (4) Masyarakat Hukum Adat berhak mengusulkan pembangunan yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhannya di Wilayah Adat yang bersangkutan, berdasarkan kesepakatan bersama.
tetap
166. Paragraf 4
Hak atas Spiritualitas dan Kebudayaan tetap
167. Pasal 30
Masyarakat Hukum. Adat berhak menganut dan
menjalankan system kepercayaan, upacara spiritual, dan ritual yang diwarisi dari leluhurnya.
tetap
168. Pasal 31
(1) Masyarakat Hukum Adat berhak menjaga,