• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.7 Rangkaian Sensor Tegangan

3.8 Rangkaian Power Supplay 33

3.9 Rangkaian LCD 16x2 34

3.10 Rangkaian Lengkap 35

3.11 Flowchart 36

4.1 Program Display LCD 16x2 37

4.2 Grafik Pengisian Tegangan Constan Current Charge

39 4.3 Grafik Pengisian Arus Constan Voltage

Charge

41 4.4 Grafik Arus Constan Voltage Charge 41

DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Kepanjangan

ADC Analog to Digital Converter

LCD Liquid Cristal Display

CCC Constan Current Charge

CVC Constan Voltage Charge

SCL Serial clock

SDA Serial data

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kehidupan manusia yang sudah memasuki era digital seperti hari ini penggunaan perangkat-perangkat elektronik sangat pesat perkembangannya, untuk menjalankan perangkat-perangkat elektronik tersebut tentunya dibutuhkan energi berupa listrik. Untuk menghasilkan listrik dibutuhkan sumber yang bisa didapat dari PLN selaku penyedia listrik negara ataupun dari baterai, karena kebutuhan akan energi listrik tersebutlah maka penulis ingin mengangkat judul ini sebagai bahan untuk tugas akhir yang mana dimaksudkan untuk mengelola energi listrik dengan lebih baik khususnya energi listrik yang bersumber dari baterai.

Saat ini baterai isi ulang sudah banyak beredar digunakan dalam berbagai jenis alat elektronik, seperti perangkat portabel, catu daya tidak terputus (UPS) sistem, kendaraan listrik, dll. Oleh karena itu, baterai charger memainkan peran yang sangat penting dalam pengisian ulang baterai secara efisien dan memperpanjang masa pakai baterai.

Pengisi daya ini menerapkan arus yang relatif konstan dan tegangan konstan ke baterai tanpa batas berapa pun tegangan input AC. Ide dasarnya adalah menjaga pengisian arus konstan dengan membatasi siklus kerja pengisi daya.

Berdasarkan yang diusulkan teknik pengisian arus konstan, pengisi daya terkontrol digital dirancang dan metode kontrol dalam perangkat lunak.

Karakteristik yang diinginkan dari pengisi daya yang berkaitan dengan pengguna adalah Keandalan maksimum, Pengoperasian otomatis hingga tingkat praktis di Aplikasi, Kesederhanaan dalam desain dan konstruksi, Bagus efisiensi dan faktor daya, Kemudahan pengoperasian, Biaya wajar dan pengisian cepat.

Menurut Sutrisno et el (2019) Ketika baterai digunakan tentunya energi dari baterai tersebut berkurang sehingga memerlukan proses charger, ada banyak

metode untuk charging baterai salah satunya yaitu metode constant current constant voltage. Pemilihan metode CC-CV dipilih karena mampu mengurangi kondisi overcharge pada baterai sehingga dengan menggunakan metode CC-CV dapat menjaga lifetime baterai. Menurut Kai song et el (2018) Charging kondisi constant current digunakan untuk mengisi daya baterai diawal dan tegangan baterai akan meningkat. Ketika tegangan baterai mencapai set point, proses charge beralih pada kondisi constant voltage dan arus akan menurun.

Berdasarkan referensi diatas, maka penulis membuat rancang bangun dan menganalisa kebutuhan dan realisasi daya pada Baterai yang disusun dalam laporan skripsi yang berjudul “PERANCANGAN ALAT PENGISIAN BATERAI DENGAN TEGANGAN KONSTAN DAN PENGISIAN BATERAI DENGAN ARUS KONSTAN”

1.2 Rumusan Masalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Charger yang umumnya dijual dipasaran secara komersil adalah charger baterai jenis CVC sehingga diperlukan pengukuran dan penilaian jika dibandingkan dengan charge jenis CCC.

2. Pada saat CCC mempertahankan arus konstan maka secara otomatis akan menaikkan tegangan input charger. Tegangan input charger akan dipertahankan tidak lebih dari 48 volt DC untuk menjamin tidak terjadi

“Body charging” (Sengatan Listrik sehingga mengakibatkan kecelakaan).

1.3 Batasan Masalah

1. CVC dan CCC yang digunakan adalah charger untuk baterai basa tipe PbSO4 15Ah.

2. Pengisian baterai dilakukan dengan arus pengisian maksimum 10% dari Ah max (sesuai dengan ketentuan pabrik).

3. Beban yang digunakan adalah beban yang menarik arus sekitar 20% dari Ah max (sesuai dengan ketentuan pabrik).

4. Baterai yang digunakan adalah baterai yang sama untuk CVC maupun CCC.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menentukan waktu pengisian baterai dengan metode CCC.

2. Untuk menentukan waktu pengisian baterai dengan metode CVC.

3. Untuk membandingkan keefektifan metode pengisian CCC dan CVC.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Dengan membandingkan waktu pengisian dari charger dapat direkomondasikan untuk menggunakan jenis charger yang sebaiknya digunakan pengguna charger.

2. Dapat membuat modul CCC untuk baterai basah jenis PbSO4 ukuran max 15Ah.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibuat dalam 3 bab dengan pembahasan masing-masing bab adalah sebagai berikut.

BAB 1 PENDAHULUAN.

Pembahasan tentang latter belakang perumusan masalah, tujuan penelitian pembatasan masalah dan manfaat penelitian sistematika dan metodologi yang digunakan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Uraian tentang teori-teori pendukung yang ada dan berkaitan dengan pembahasan yang sedang dibuat.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Pembahasan tentang metodologi, lokasi penelitian perancangan, peralatan pendukung serta bahan-bahan, prinsip kerja, diagram blok sistem dan flowchart sistem.

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA

Pada bab ini akan dibahas hasil Analisa dari rangkaian dan sistem kerja alat, penjelasan mengenai program-program yang digunakan untuk mengaktifkan

rangkain, penjelasan mengenai program yang diisikan ke mikrokontroler Arduino Uno

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan dalam tugas akhir ini serta saran apakah rangkaian ini dapat dibuat lebih efesien dan dikembangkan perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai sistem kerja yang sama.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Baterai

Baterai atau akumulator adalah sebuah sel listrik yang mana didalamnya terjadi proses elektrokimia yang bersifat reversible (dapat berbalikan) dengan efisiensinya yang tinggi. Yang dimaksud dengan proses elektrokimia yang reversible adalah didalam baterai dapat berlangsung proses pengubahan kimia menjadi tenaga listrik (proses pengosongan), dan sebaliknya dari tenaga listrik menjadi tenaga kimia, pengisian kembali dengan cara regenerasi dari elektroda-elektroda yang dipakai, yaitu dengan melewatkan arus listrik dalam arah (polaritas) yang berlawanan di dalam sel. Baterai pada skripsi ini berfungsi sebagai objek yang akan dimonitoring atau dipantau tingkat kesehatannya, sehingga pemakaiannya dapat lebih optimal dan efisien. (Borni Florus,dkk . 2020)

2.1.1 Prinsip Kerja Baterai

Proses pengosongan (discharge) pada sel berlangsung menurut gambar.

Jika sel dihubungkan dengan beban maka, elektron mengalir dari anoda melalui beban melalui beban katoda, kemudian ion – ion negatif mengalir ke anoda dan ion – ion positif mengalir kekatoda. Pada proses pengisian menurut gambar dibawah ini adalah bila sel dihubungkan dengan power supply maka elektroda positif menjadi anoda dan elektroda negatif menjadi katoda dan proses kimia yang terjadi pada proses pengosongan dan pengisian baterai. Aliran elektron menjadi terbalik, mengalir dari anoda melalui power supply ke katoda. Ion – ion negatif mengalir dari katoda keanoda. Ion – ion positif mengalir dari anoda kekatoda Jadi, reaksi kimia pada saat pengisian (charging) adalah kebalikan dari saat pengosongan (discharging).

A. Pengosongan (discharger)

Proses pengosongan ini terjadi ketika baterai digunakan untuk mensuplai beban.

Gambar 2.1 Proses Pengosongan Baterai (discharger) (Borni Florus,dkk . 2020)

Pada saat baterai sedang digunakan untuk mengaliri beban maka akan ada dua aliran yang terjadi yaitu aliran di dalam baterai atau disebut juga internal circuit dan aliran yang terjadi di beban yaitu external circuit Di internal circuit terjadi proses perpindahan energi potensial yang dibawa oleh elektron dari kutub negatif ke kutub positif sehingga kutub positif baterai mendapat tambahan energi potensial dan membuatnya menciptakan tegangan untuk menjalankan beban.

Sedangkan di external circuit terjadi aliran pelepasan energi potensial yang berasal dari kutub positif baterai yang kita kenal sebagai arus listrik menuju ke kutub negatif baterai melalui beban. Beda potensial antara kutub negatif dan positif baterai inilah yang kemudian ditangkap oleh beban sebagai sebuah energi listrik sehingga beban mendapat energi untuk bekerja.

B. Pengisian (charge)

Proses pengisian (charge) dilakukan untuk mengisi kembali daya yang telah terpakai pada baterai, bila sel dihubungkan dengan catu daya maka elektroda positif menjadi anoda dan elektroda negatif menjadi katoda seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Proses Pengisian Baterai (charger) (Borni Florus,dkk . 2020)

Proses pengisian memerlukan waktu yang bervarisasi tergantung pada seberapa besar daya yang hilang dan besarnya arus yang dialirkan ke baterai, yang dapat dihitung dengan persamaan: 10% x kapasitas baterai. Jadi pada prinsipnya ketika baterai tidak dialiri beban maka tidak akan ada beda potensial yang terjadi antara kutub positif dan negatif sehingga baterai tidak akan kehilangan energinya, namun ketika baterai tersebut dialiri beban maka akan terjadi perpindahan elektron yang menyebabkan energi potensial dari kutub positif dan kutub negatif menjadi berbeda prinsip inilah yang kita kenal dengan nama discharging atau pengosongan. (Borni Florus,dkk . 2020)

Saat ini banyak pengisian baterai yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau pun dalam dunia industry, antara lain:

1. Pengisian dengan arus konstan

Metode pengisian arus konstan disebut juga Constant Current Charging yang kemudian di singkat menjadi CC atau Constant Current. Metode pengisian baterai arus konstan jarang digunakan pada charger baterai asam timbal, walau terkadang digunakan pada kasus tertentu. Pada metode pengisian ini baterai dihubungkan secara seri sehingga membentuk kelompok dan setiap kelompok di isi dari sumber listrik DC yang dibebani rheostat (tahanan listrik varibel). Jumlah yang akan di isi pada setiap kelompok tergantung pada tegangan sirkuit pengisian yang tidak boleh kurang dari 2,7 Volt per sel. Pengisian baterai arus konstan biasanya digunakan untuk melakukan pengisian baterai yang lebih dari satu.

Gambar 2.3 Grafik pengisian arus konstan

Arus pengisian tetap konstan selama periode pengisian dengan mengurangi resistansi pada sirkuit saat tegangan baterai naik. Untuk menghindari produksi gas

yang berlebihan atau panas yang berlebihan (overheating), proses pengisian dilakukan dalam dua tahapan. Pada saat awal pengisian arus dialirkan lebih tinggi dan ketika mendekati tingkat pengisian akhir arus harus diturunkan.

Pada metode ini arus pengisian ditetapkan kira-kira seperdelapan atau 10%

dari rating ampere-nya. Tegangan berlebih dari sumber listrik akan diserap oleh resistansi rangkaian seri. Kelompok baterai yang akan di isi harus terhubung dengan baik sehingga resistansi rangkaian seri akan mengkonsumsi energi sesedikit mungkin. Kelompok baterai yang akan di isi ulang harus memiliki kapasitas yang sama. Jika baterai memiliki kapasitas yang berbeda, maka arus pengisian harus ditetapkan sesuai dengan kapasitas baterai yang terkecil. Dalam proses pengisian dengan metode arus konstan, arus hampir konstan selama proses pengisian berlangsung. Metode ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengisi baterai hingga penuh dan menjelang akhir proses pengisian, menimbulkan bahaya karena daya pengisian yang berlebihan jika perawatan tidak dilakukan. Baterai harus segera di lepas dari charger setelah pengisian selesai, atau dapat menggunakan pengatur waktu yang sudah ditetapkan sesuai dengan lamanya waktu pengisian baterai.

2. Pengisian Tegangan konstan

Metode pengisian tegangan konstan disebut juga Constant Voltage Charging yang kemudian di singkat menjadi CV atau Constant Voltage.

Istilah CV atau Constant Voltage juga biasa digunakan untuk menjelaskan jenis dari sumber catu daya. Metode pengisian tegangan konstan merupakan metode pengisian baterai asam-timbal yang paling umum. Metode ini mampu mengurangi waktu pengisian dan meningkatkan kapasitas hingga 20%. Tetapi metode ini dapat mengurangi efisiensi baterai sekitar 10%.

Pada metode ini, tegangan pengisian di jaga agar tetap konstan selama proses pengisian. Arus pengisian akan tinggi di awal proses pengisian pada saat baterai dalam kondisi kosong. Arus secara bertahap turun saat baterai telah mengambil muatan dari catu daya (charger) yang mengakibatkan peningkatan arus balik.

Gambar 2.4 Grafik pengisian tegangan konstan

Keuntungan pengisian pada tegangan konstan adalah memungkinkan sel dengan kapasitas berbeda dan pada tingkat pengosongan yang berbeda untuk diisi muatan. Arus pengisian yang besar pada awal pengisian memiliki durasi yang relatif singkat dan tidak akan merusak sel.

Pada akhir pengisian, arus pengisian turun menjadi hampir nol karena tegangan baterai menjadi hampir sama dengan tegangan catu daya (charger).

Baterai dapat dibiarkan terhubung ke catu daya (charger) sampai siap digunakan dan akan tetap terjaga pada "tegangan mengambang" (float voltage), hal ini bertujuan untuk mengimbangi pengosongan normal baterai yang terjadi pada dirinya sendiri.

2.1.2 Parameter Untuk Baterai

Kemampuan dari suatu baterai ditentukan oleh kapasitasnya yang diukur dalam satuan Ampere/hour (Ah). Misal baterai dengan kapasitas 5 Ah maksimum dapat mengeluarkan arus sebesar 5 Ah selama satu jam. Berapa daya yang dapat dikeluarkan bisa dicari dari perkalian antara arus dan tegangan yang dikeluarkan, misal baterai di atas bertegangan 12 volt, maka daya yang dikeluarkan adalah 60 Watt/hour (Wh). Parameter berikutnya yang harus diketahui dalam operasional sebuah baterai adalah batasan daya yang boleh dikeluarkan dari baterai. Istilah teknis untuk parameterini adalah Depth Of Discharge (DoD). Untuk baterai asam timbal, angka maksimumnya adalah 80%. Walaupun kurva tegangan baterai asam timbal relatif datar dan tidak curam pada bagian akhir, sebaiknya batasan tersebut tidak dilanggar untuk menjaga umur baterai. State Of Charge (SOC) menyatakan

perbandingan antara sisa muatan yang masih dapat digunakan dengan muatan pada kapasitas penuh. SOC biasanya dinyatakan dalam persen. 100%

menunjukkan muatan baterai penuh, 50% untuk setengah penuh, 0% muatan habis (complete discharge). Urutan dari discharging kemudian charging kembali sampai SOC semula disebut satu cycle. Depth Of Discharge(DOD) dalam satu cycle tergantung keperluan penggunaan baterai.

DOD merupakan suatu batas maksimal pelepasan muatan dari baterai dan jika dalam keadaan ini baterai masih beroperasi maka akan terjadi kerusakan pada baterai. Untuk menjaga keseimbangan energi baterai, state of charge dibatasi sebesar 10% sampai dengan 30% dari kapasitas maksimal baterai. Pengaturan ini diperlukan karena adanya variasi besar dan waktu pengisian dari energi matahari di siang hari. Pengisian dari suatu baterai juga harus diperhitungkan dalam operasional. Parameter ini diukur dalam satuan C dan merupakan angka relatif terhadap kapasitas. Misal baterai asam timbal mempunyai kecepatan pengisian 0.1 C, dengan asumsi tegangan pengisian sama dengan tegangan yang dikeluarkan oleh baterai, maka arus maksimum pengisian adalah 0,1 dari nilai Ah. Perlu diperhatikan untuk baterai asam timbal berjenis kering parameter pengisiannya hanya separuh dari yang berjenis basah.

2.2 Metode Pengecasan Baterai

Terdapat bermacam-macam metode charging yang bisa digunakan untuk rangkaian charging. Metode tersebut berbeda dalam cara pemberian energi listrikdari catu daya ke accumulator atau batteray. Metode - metode tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Constant voltage

Pada dasarnya adalah berupa DC power supply biasa. Terdiri dari transformator step down dengan rangkaian penyearah untuk memberikan tegangan DC yang digunakan untuk mengisi baterai. Metode seperti ini sering digunakan padapengisi daya pada aki mobil murah. Selain itu, baterai Lithium-Ion

juga menggunakan metode constant voltage walaupun sering ditambahkan rangkaian yang kompleks untuk melindungi baterai dan penggunanya.

b. Constant current

Metode constant current memvariasikan nilai tegangansehingga didapatkan besarnya arus yang konstan. Metode inibiasanya digunakan untuk mengisi daya pada nikel-cadmiundan nikel-metal hibrida atau biasa disebut baterai.

c. Taper current

Metode taper current mengisi daya baterai dari sumber tegangan konstan. Arus akan berkurang seiring dengan terbentuknya GGL (Gaya Gerak Listrik) pada tegangan sel. Ada bahaya serius yaitu kerusakan sel jika pengisian dilakukanberlebihan. Untuk menghindari hal ini, laju pengisian dan durasi pengisian diberi batasan. Metode ini hanya cocok untuk baterai SLA.

d. Pulsed charged

Metode ini bekerja dengan mengirimkan arus listrik berbentuk pulsa pada baterai. Tingkat pengisian (berdasarkan rata-rata arus) dapat tepat dikendalikan dengan memvariasikan lebar pulsa, biasanya sekitar satu detik. Selama proses pengisian, terdapat jeda kosong kira-kira sebesar 20 sampai 30 milidetik. Jeda ini diberikan untuk memungkinkan terjadinya reaksi kimia pada baterai untuk menstabilkan elektroda. Waktu jeda tersebut juga dapat menghindarkan proses pengisian dari efek- efek yang tidak diinginkan seperti timbulnya gelembung gas, timbulnya kristal dan passivasi.

e. Burp charging

Burp Charging Metode ini merupakan kebalikan dari metode pulsed charged.

Pengisian terjadi dengan menggunakan pulsa negatif pada baterai.

f. Boos & quick charging

Pengisian dengan cara boostdan quick charging adalah untuk pengisian bateraio yang dipakai di pabrik-pabrik, juga untuk baterai diesel (industrial truck service) dimana diperlukan tambahan pengisian dalam periode yang singkat misalnya pada jam-jam istirahat. Pengisian cara ini cukup untuk pelayanan satu hari.Arus yang diberikan ke baterai tidak boleh melebihi harga ampere-jamnya.

Untuk menjaga pengisian yang berlebihan dan arus yang terlalu besar. Biasanya alat pengisi ini mempunyai automatic out-off yang mana memberhentikan pengisian pada waktu baterai mencapai suhu tinggi.

g. Equalizing charging

Dalam sel-sel dari suatu baterai yang beroperasi dengan pengisian terapung (floating charge) akan selalu terjadi sedikit perbedaan (yang tidak dapat dihindarkan) dalam kondisi kimia (chemical condition) antara satu sel dengan sel yang lainnya. Equalizing charge dilaksanakan dengan cara menaikkan tegangan baterai sesuai dengan yang ditentukan dalam buku petunjuk masing-masing pabrik. Pengisian ini berlangsung sampai semua sel berhenti mengeluarkan gas (gas freely) dan pembacaan tegangan serta berat jenis elektrolitnya menunjukkan bahwa baterai telah diisi penuh (full charge) sesuai dengan harga yang ditentukan dalam petunjuk masing-masing pabrik.

h. Trickle charge

Metode ini dirancang untuk mengimbangi debit daripada baterai. Tingkat pengisian disesuaikan dengan frekuensi debit baterai yang akan diisi. Metode ini tidak cocok untuk beberapa jenis baterai yang rentan akan kerusakan akibat pengisian yang berlebihan, misalnya NiMh dan Lithium. Pengisian dengan cara trickle charging adalah pengisian baterai dengan arus konstan. Besarnya arus konstan dipilih untuk mendapatkan arus rata-rata yang dibutuhkan untuk mengisi baterai sampai penuh (full charge) dan ditambah arus kompensasi untuk melayani beban. Umumnya trickle charging digunakan pada baterai yang tidak terlalu sering terjadinya pengosongan (discharge) seperti pada mesin stationer yang besar dan starting-turbin. Setelah terjadi pengosongan, maka diperlukan pengisian dengan arus tinggi (high rate charging), untuk mengembalikan kapasitas baterai penuh.

i. Stirling charge

Metode ini tidak jauh berbeda dengan metode trickle charge. Proses pengisian ini dilakukan dengan arus yang sangat kecil dengan menggunakan buck-converter.

Buck-converter menggunakan sebuah transistor yang digunakan sebagai saklar yang akan berfungsi untuk mengalirkan dan memutuskan tegangan input ke sebuah indikator.

2.3 Power Supply

Salah satu bagian terpenting pada peralatan elektronika adalah power supply, karena fungsinya sebagai sumber tegangan dalam rangkaian. Power supply adalah suatu hardware komponen elektronika yang mempunyai fungsi sebagai supplier arus listrik dengan terlebih dahulu merubah tegangannya dari AC jadi DC. Jadi arus listrik PLN yang bersifat Alternating Current (AC) masuk ke power supply, dikomponen ini tegannya diubah menjadi Direct Current (DC) baru kemudian dialirkan ke komponen lain yang membutuhkan. Proses pegubahan tegangan tersebut dilakukan karena hardware pada umumnya seperti komputer, hanya bisa bekerja dengna menggunakan arus DC. Ibaratnya makhluk hidup, power supply sama dengan jantung yang fungsi utamanya untuk memompa hasil proses pembentukan darah keseluruh tubuh yang memerlukannya.

Power supply dibedakan menjadi dua jenis berdasar rancangannya. Yang pertama ialah Catu Daya Internal, yakni komponen yang dibuat secara terintegrasi dgn motherboard / papan rangkaian induk. Contoh ampilifier, televisi, DVD Player; catu dayanya jadi satu dengan motherboard-nya didalam chasing perangkat tersebut. Yang kedua ialah Catu Daya Eksternal, yakni komponen yang dibuat dengan terpisah dari motherboard perangkat elektroniknya

2.4 Sensor Arus

Sensor Arus ACS712 adalah Hall Effect current sensor. Hall effect allegro ACS712 merupakan sensor yang presisi sebagai sensor arus AC atau DC dalam pembacaan arus didalam dunia industri, otomotif, komersil dan sistem-sistem komunikasi. Pada umumnya aplikasi sensor ini biasanya digunakan untuk mengontrol motor, deteksi beban listrik, switched-mode power supplies dan proteksi beban berlebih, bentuk fisik dari sensor arus ACS712 dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.5 Sensor Arus ACS712 (sumber:www.bukalapak.com)

Sensor ini memiliki pembacaan dengan ketepatan yang tinggi, karena didalamnya terdapat rangkaian low-offset linear Hall dengan satu lintasan yang terbuat dari tembaga. Cara kerja sensor ini adalah arus yang dibaca mengalir melalui kabel tembaga yang terdapat didalamnya yang menghasilkan medan magnet yang di tangkap oleh integrated Hall IC dan diubah menjadi tegangan proporsional. Ketelitian dalam pembacaan sensor dioptimalkan dengan cara pemasangan komponen yang ada didalamnya antara penghantar yang menghasilkan medan magnet dengan hall transducer secara berdekatan. Persisnya, tegangan proporsional yang rendah akan menstabilkan Bi CMOS Hall IC yang didalamnya yang telah dibuat untuk ketelitian yang tinggi oleh pabrik. Berikut terminal list dan gambar pin out ACS712. (Anugrah, 2017)

Gambar 2.6 Pin out ACS712

Cara kerja sensor ini adalah arus yang dibaca mengalir melalui kabel tembaga yang terdapat didalamnya yang menghasilkan medan magnet yang di tangkap oleh integrated Hall IC dan diubah menjadi tegangan proporsional.

Ketelitian dalam pembacaan sensor dioptimalkan dengan cara pemasangan komponen yang ada didalamnya antara penghantar yang menghasilkan medan magnet dengan hall transducer secara berdekatan. Spesifikasi Sensor ACS712 : 1. Rise time output = 5 μs.

2. Bandwidth sampai dengan 80 kHz.

3. Total kesalahan output 1,5% pada suhu kerja TA= 25°C.

4. Tahanan konduktor internal 1,2 mΩ.

4. Tahanan konduktor internal 1,2 mΩ.

Dokumen terkait