• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Teoritik

5. Rangkuman Hasil Tinjauan

sejumlah keyakinan, nilai, kebutuhan, kemampuan, keterampilan, sifat kepribadian, pemahaman dan pengetahuan yang dapat menumbuhkan minat seseorang terhadap suatu jabatan. Perkembangan karir dipengaruhi dari corak pendidikan dalam keluarga, pengaruh dari adanya kecocokan antara pribadi sesorang dan lingkungan jabatan.

a. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru Dengan Minat Mahasiswa Untuk Bekerja Menjadi Guru.

Jenis Kelamin yang dimaksud adalah mahasiswa laki- laki dan perempuan. Secara psikologi dan fisiologi ternyata laki- laki dan perempuan mempunyai perkembangan yang berbeda. Pengaitan dan pembatasan kesempatan berjabatan tertentu pada jenis kelamin pria atau wanita dan lingkup kebudayaan atau golongan sosial akan membawa akibat terhadap cara masyarakat luas berpikir tentang dunia kerja. Sifat kepribadian yang dimiliki antara pria dan wanita berbeda-beda. Perbedaan kepribadian ini akan membawa akibat terhadap cara masyarakat berfikir luas tentang dunia kerja. Seorang perempuan lebih mempunyai sifat keibuan yang lemah lembut, berperasaan dan lebih feminim. Sedangkan laki- laki mempunyai sifat maskulin, kasar dan lebih perkasa. Akan tetapi hal tersebut tidak berlaku mutlak karena ada laki- laki yang bersifat keibuan, lemah lembut, berperasaan dan lebih feminim. Sedangkan ada perempuan yang bersifat maskulin, kasar dan lebih perkasa. Perbedaan sifat antara laki- laki dan perempuan dalam hal perhatian, pandangan, cara berpikir dan perasaan akan berpengaruh pada persepsi seseorang tentang profesi guru yang pada akhirnya akan berpenga ruh pada minat mahasiswa untuk berkerja menjadi guru. (Gilarso, 1993:5).

Ada anggapan bahwa profesi guru lebih cocok untuk perempuan, karena perempuan mempunyai sifat keibuan, lemah lembut, berperasaan dan lebih feminim sehingga perempuan lebih peka terhadap kebutuhan belajar siswa maupun masalah-masalah yang menyangkut kepribadian atau psikologi siswa. Faktor lain berkaitan dengan anggapan bahwa profesi guru merupakan profesi yang aman bagi perempuan, karena perempuan dapat menjadi guru sambil menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga. Tugas seorang ibu adalah mendidik anak maka secara tidak langsung perumpuan juga mendidik siswa-siswanya seperti anak-anak sendiri oleh karena itu secara alamiah anak lebih dekat dan mudah berkomunikasi dengan ibunya. Realitas ini terbawa masuk sampai ke sekolah, sehingga di sekolah seorang murid menemukan “ibunya” yang kali ini menjadi guru baginya.

Profesi guru kurang cocok untuk laki karena sifat laki-laki maskulin, kasar, dan lebih perkasa, sehingga kurang peka terhadap siswa dalam hal pendampingan belajar maupun dalam setiap pembimbingan masalah- masalah yang terjadi pada pribadi siswa.

b. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Minat Mahasiswa Untuk berkerja Menjadi Guru.

Status sosial ekonomi keluarga menentukan tingkat pendidikan sekolah yang dimungkinkan, jumlah kenalan sebagai pemegang kunci bagi jabatan tertentu yang dianggap masih sesuai dengan jabatan sosial tertentu. Keadaan orang tua mempengaruhi pandangan dan sikap terhadap suatu pekerjaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi minat seseorang terhadap suatu pekerjaan. Orang muda harus menentukan sikapnya sendiri terhadap harapan dan pandangan itu. Bilama na dia menerimanya, dia akan mendapat dukungan dalam rencana masa depannya (vocational planning), bilamana dia tidak menerimanya, dia mengahadapi situasi sulit karena tidak mendapat dukungan dalam perencanan masa depan. Keluarga dapat juga memberikan pandangan-pandangan mengenai nilai- nilai yang terkandung dalam berkerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan, dan kecocokan jabatan-jabatan tertentu untuk anak laki- laki atau anak perempuan. Misalnya, bilamana orang tua meninggik an jabatan seorang guru, menjunjung tinggi pengorbanan dan pengabdian guru untuk bangsa dan negara, maka dapat diharapkan anak tersebut akan memiliki persepsi positif tentang profesi guru yang pada akhirnya dapat menumbuhkan minat anak tersebut untuk menjadi guru.

Latar belakang status sosial ekonomi keluarga memiliki pengaruh tertentu terhadap pilihan jabatan anak. Peranan pekerjaan, jabatan, atau karir telah dipelajari oleh anak melalui orang tua, keluarga, atau anggota keluarga lainnya dirumah. Misalnya, seorang anak dibesarkan dalam lingkungan keluarga besar yang mencari nafkah sebagai guru, maka seorang anak itu pun akan memiliki minat untuk berkerja sebagai guru. Anggota keluarga yang mendorong dan mendukung kerja anaknya untuk menjadi guru, turut membantu secara mental dan spiritual untuk berhasilnya seorang anak itu dalam karier. Keluarga dapat juga memberikan pandangan-pandangan mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam berkerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan, dan kecocokan jabatan-jabatan tertentu untuk anak laki- laki atau anak perempuan. Misalnya, bilamana orang tua meninggikan jabatan seorang guru, menjunjung tinggi pengorbanan dan pengabdian guru untuk bangsa dan negara, maka dapat diharapkan anak tersebut akan memiliki persepsi positif tentang profesi guru yang pada akhirnya dapat menumbuhkan minat anak tersebut untuk menjadi guru.

1) Jenis Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan orang tua adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan penghasilan setiap bulan di suatu instansi pemerintahan, swasta atau wiraswasta. Pekerjaan

orang tua mahasiswa yang satu dengan pekerjaan orang tua yang lain berbeda-beda. Secara tidak langsung jenis pekerjaan orang tua akan berpengaruh terhadap cara pandang seseorang terhadap suatu pekerjaan atau profesi.

Jika dilihat dari pengaruh orang tua dalam lingkungan keluarga, maka orang tua yang membuat keputusan-keputusan dan merupakan panutan bagi anak-anaknya. Bagi anak, orang tua merupakan orang yang lebih banyak tahu. Melalui orang tua, anak belajar bersikap dan berperilaku. Jenis pekerjaan orang tua secara tidak langsung berkaitan erat dengan pola pengasuhan anak sehingga ikut mempengaruhi pendidikan di dalam rumah. Sikap mental orang tua mahasiswa berbeda dengan sikap mental orang tua mahasiswa yang lain tergantung dari jenis pekerjaan orang tuanya. Hal ini akan berpengaruh terhadap cara pandang mahasiswa terhadap suatu pekerjaan. Sebagai seorang guru tentunya sikap mentalnya berbeda dengan yang bukan guru.

Seorang gur u akan memiliki pola mengasuh atau mendidik anak seperti orang tua. Orang tua lebih sabar, telaten dalam membimbing anak dalam belajar. Orang tua akan memperlakukan anak seperti siswa disekolah yang akan terus dibimbing dengan penuh kesabaran. Seorang yang

bukan guru akan mempunyai pola asuh yang berbeda dengan seorang guru. Secara tidak langsung orang tua yang bukan seorang guru akan mempunyai pola asuh atau mendidik anaknya tidak ubahnya sebagai seorang militer dengan disiplin yang tinggi, penuh dengan hukuman. Sikap mental yang dimiliki orang tua baik guru maupun bukan guru, akan ditularkan kepada anak-anak lewat pola asuh. Pola asuh yang diberikan kepada anak sangat berbeda sesuai dengan mentalitas yang dimiliki orang tua, yang pada akhirnya mempengaruhi sikap mental anaknya dalam memandang lingkungan sekitarnya.

Dengan demikian tidaklah mustahil apabila seorang anak mengikuti pekerjaan orang tuanya, sehingga akan menimbulakan pewarisan pekerjaan dari orang tua kepada anaknya. Ada kecenderungan bahwa anak dari keluarga guru mengikuti jejak orang tuanya menjadi guru. Hal ini memperkuat dugaan siswa yang mempunyai orang tua dengan profesi sebagai guru cenderung lebih mempunyai persepsi yang positif terhadap profesi guru yang pada akhirnya akan menumbuhkan minat seseorang untuk berkerja menjadi guru, sebaliknya siswa yang mempunyai orang tua bukan guru cenderung mempunyai persepsi yang negatif terhadap profesi guru karena siswa menganggap

profesi guru adalah profesi yang tidak terhormat dan tidak dapat menjamin pemenuhan kebutuhannya.

2) Tingkat Pendidikan Orang Tua

Tingkat pendidikan orang tua maksudnya adalah tingkat pendidikan formal yang berhasil dicapai orang tua, dalam hal ini adalah tingkat SD, SMP, SMU dan PT. Setiap siswa mempunyai orang tua yang tingkat pendidikannya berbeda-beda antara mahasiswa yang satu dengan mahasiswa yang lainnya. Tingkat pendidikan orang tua secara tidak langs ung berpengaruh terhadap cara pandang siswa terhadap lingkungan sekitarnya.

Salah satu tugas dari orang tua adalah membimbing, mendidik dan mendampingi anak-anaknya dalam mempersiapkan masa depannya. Kemampuan orang tua dalam membimbing, mendidik, mendampingi anaknya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua.

Tingkat pendidikan yng dicapai orang tua akan membawa pengaruh pada kehidupan seseorang yaitu bukan hanya berpengaruh pada tingkat penguasaan pengetahuan, tetapi juga berpengaruh terhadap jenjang pekerjaan formal, penghasilan, kekayaan dan status sosial dalam masyarakat. Kemampuan masyarakat dalam menyelesaikan pendidikan formal yang tinggi menjadi pemicu anak untuk mencapai

hal yang serupa. Hal ini dikarenakan pendidikan yang tinggi akan membuat orang tua semakin menyadari arti penting pendidikan, sehingga akan menyadarkan dan mendorong anak untuk rajin belajar sehingga menjadi orang yang berpengetahuan.

Orang tua selalu ingin anak-anknya mengenyam tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari orang tua nnya. Apabila orang tuanya hanya sampai tingkat SMU, maka orang tuanya akan berusaha untuk menyekolahkan anaknya sampai tingkat perguruan tinggi. Pola asuh demikian akan mempengaruhi siswa dalam memandang suatu profesi. Orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi secara tidak langsung akan cenderung memandang profesi guru sebagai profesi yang rendah, sedangkan orang tua yang mempunyai pendidikan yang rendah akan tetap memandang profesi guru sebagai profesi yang terhormat dan tinggi. Pola asuh seperti ini mengakibatkan berbedanya cara pandang siswa terhadap profesi guru dan pada akhirnya berpengaruh terhadp minat seseorang untuk bekerja menjadi guru.

Dokumen terkait