1. Baterai
Kegunaan baterai pada sistem pengapian konvensional adalah; sebagai penyedia atau sumber arus listri DC
2. Kunci kontak
Kegunaannya adalah untuk menghubungkan dan memutuskan arus listrik dari baterai ke rangkaian primer pada sistem pengapian.
3. Koil.
Kegunaannya adalah Mentranformasikan tegangan baterai menjadi tegangan tinggi antara 5000 sampai dengan 25.000. Volt.
4. Kontak pemutus
Kegunaan kontak pemutus atau breaker point adalah Menghubungkan dan memutuskan arus primer agar terjadi induksi tegangan tinggin pada rangkaian sekender pada sistem pengapian.
5. Kondensator Kegunaannya
1) Mencegah loncatan bunga api diantara celah kontak pemutus pada saat kontak mulai membuka.
2) Mempercepat pemutusanarus primer sehingga tegangan induksi yang timbul pada rangkaian sekender. tinggi
6. Distributor.
Kegunaannya adalah untuk membagi dan menyalurkan arus tegangan tinggi ke setiap busi sesuai dengan urutan pengapian.
Adalah : meloncatkan bunga api listrik diantara kedua elektroda busi di dalam ruang bakar, sehingga pembakaran dapat dimulai.
8. Saat Pengapian
Saat pengapian pada sistem pengapian konvensional adalah :Saat busi meloncatkan bunga api untuk memulai pembakaran, saat pengapian diukur dalam derajat poros engkol ( pe) sebelum atau sesudah TMA.
9. Advans Sentrifugal ( Governor )
Fungsinya adalah untuk memajukan saat pengapian berdasarkan putaran mesin digunakan sentrifugal.
G. Umpan Balik dan Tindak lanjut
Peserta diklat/ Guru setelah menyelesaiakan latihan dalam modul ini , diharapkan menelaah /mempelajari kembali bagian – bagian yang belum dikuasai dari modul ini .Tujuannya adalah untuk memahami secara mendalam sebagai bekal dalam melaksanakan tugas keprofesian guru dan untuk bekal dalam mencapai hasil pelaksanaan Uji Kompetensi guru dengan ketuntasan minimal materi modul 80 %.
Setelah menuntaskan modul ini , maka langkah selanjutnya / peserta diklat guru berkwajiban untuk mengikuti kegiatan pembelaran selanjutnya mengenai sistem pengapian elektronik.
H. Kunci Jawaban
1. Akibat yang ditimbulkan pada busi jika kondensator pada sistem pengapian konvensional tidak berfungsi adalah loncatan bunga api pada busi....
a. Sedang
b .Kecil
c. Tidak ada d. Normal
2. Ketika seorang mekanik menyetel celah platina terlalu besar, maka dampak yang ditimbulkan pada koil adalah...
a. Induksi coil tajam b. Induksi coil kuat
c .Induksi coil lemah
d. Platina cepat rusak
3. Jika dilihat pada permukaan busi berwarna putih kekuning-kuningan, ini dapat diakibatkan oleh saat pengapian
a.Terlalu mundur
b. Terlalu awal
c .Tidak berubah
d. Pengapian menjadi konstan.
4. Pada saat melakukan penggantian kabel busi harus memperhatikan besarnya tahanan kabel busi, tahanan maksimum yang diperbolehkan adalah sebesar....
a. 30 Ohm b. 40 Kilo Ohm c. 30 Ohm
d. 20 Kilo Ohm
5. Dalam rangkaian sirkuit primer 12 V, besar tahanan primer koil 1,5 ohm, tahanan resistor/balast 1,5, jika tahanan resistor/balast tidak terpasang, maka koil akan menerima beban panas sebesar....
a. 36 watt b. 46 watt
c. 96 Watt
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2. SISTEM
PENGAPIAN ELEKTRONIS
A. Tujuan.
Setelah mengikuti diklat diharap dapat :
1. Menjelaskan nama komponen pengapian elektronik 2. Menjelaskan fungsi komponen pengapian elektronik
3. Menjelaskan cara kerja pengapian elektronik dengan benar 4. Mendiagnosa kerusakan yang terjadi pada pengapian elektronik. 5. Memperbaiki kerusakan pada sistem pengapian elektronik.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1.Menelaah sistem pengapian konvensional dan elektronis
2. Mendiagnosis kerusakan sistem pengapian konvensional dan elektronis 3..Memperbaiki sistem pengapian konvensional dan elektronis
C. Uraian Materi
1. Sistem Pengapian Transistor
Breaker point /kontak pemutus pada sistem pengapian biasanya memerlukan pemeliharaan berkala karena beroksidasi selama adanya loncatan bunga api. Sistem solid-state transistorized ignition (yang selanjutnya disebut sistem pengapian transistor) yang dikembangkan untuk menghapuskan perlunya peme-liharaan, yang pada akhirnya mengurangi biaya pemeliharaan bagi pemakai. Pada sistem pengapian transistor, signal generator dipasang di dalam distributor untuk menggantikan breaker point dan cam. Signal generator membangkitkan tegangan untuk mengaktifkan transistor pada igniter untuk memutus arus primer pada ignition coil. Transistor yang dipergunakan untuk memutus aliran arus primer tidak mengadakan kontak logam dengan logam, sehingga tidak terjadi keausan dan penurunan tegangan sekunder
Gambar 2. 1. Rangkaian pengapian konvensional.
Gambar 2. 2 Rangkaian pengapian transistor
Signal Generator
Signal generator adalah semacam generator AC (arus bolak balik) berfungsi untuk menghidupkan power transistor di dalam igniter untuk memutuskan arus primer ignition coil pada saat pengapian yang tepat.
1. KonstruksI
Signal generator terdiri dari magnet permanen yang memberi magnet kepada pick-up coil, pick-up coil untuk membangkitkan arus bolak balik (AC) dan signal rotor yang menginduksi tegangan AC di dalam pick-up coil sesuai dengan saat pengapian. Signal rotor mempunyai gigi-gigi sebanyak jumlah silinder (4 gigi untuk 4 silinder dan 6 gigi untuk 6 silinder).
Gambar 2. 3 Sinyal generator pengapian transistor
2. Prinsip pembangkitan EMS
Garis gaya magnet (magnetic flux) dari magnet permanen mengalir dari signal rotor melalui pick-up coil. Celah udara antara rotor dengan pic-up coil yang berubah-ubah, maka kepadatan garis gaya magnet pada pick-up coil berubah.Perubahan kepadatan garis gaya (flux density) ini membangkitkan EMF (tegangan) dalam pick-up coil.
Gambar 2. 4. Perubahan flux magnit pada kumpara pick - up
Gambar di bawah menunjukkan posisi signal rotor, perubahan garis gaya yang terjadi dan EMF yang dibangkitkan pada pick-up coil. Bila gigi rotor berada pada posisi (A), celah dengan pick-up adalah celah yang terbesar, jadi flux density amat lemah. Juga karena tingkat perubahan pada (magnetic flux) garis gaya magnetnya nol, maka tidak ada EMF yang dibangkitkan.
Signal rotor terus berputar lebih jauh dari posisi ini, maka celah udara mengecil dan flux density menjadi besar. Pada posisi (B) perubahan flux (garis gayanya) yang terbesar dan dibangkitkan EMFmaksimum. Pada posisi anara (B) dan (C) , perubahan flux (garis gaya) berkurang dan EMF yang dibangkitkan pun berkurang.
Karena EMF dalam pick-up coil diinduksikan dengan arah melawan perubahan garis gaya, arah EMF terbalik pada saat gigi signal rotor mendekati pick-up coil seperti terlihat pada (E) (pada saat celah udara berkurang dan menambah garis gaya) dan pada saat signal rotor bergerak menjauhi pick-up coil seperti terlihat pada (D) (pada waktu celah udara bertambah dan garis gaya berkurang), sehingga keluar output AC.
Karena tegangan yang dibangkitkan bertambah bila variasi flux persatuan waktu naik, maka tegangan yang dibangkitkan akan naik bila kecepatan mesin meningkat.
Petunjuk
EMF yang terbesar tidak dibangkitkan pada saat magnetic flux Itu sendiri terkuat (seperti pada (A) dan (C) tetapi pada saat perubahan dalam magnetic flux terbesar adalah (B) dan(D) ).
Gambar 2. 5 Posisi rotor pada kumparan pick - up
Igniter
Igniter terdiri dari sebuah detektor yang mendeteksi EMF yang dibangkitkan oleh signal generator; signal amplifier dan power transistor, yang melakukan pemutusan arus primer ignition coil pada saal yang tepat sesuai dengan signal yang diperkuat. Pengaturan dwell. angle untuk mengoreksi primary signal sesuai dengan bertambahnya putaran mesin disatukan di dalam igniter.
Beberapa tipe igniter ditengkapi dengan sirkuit pembatas arus (current limiting circuit) untuk mengatur arus primer maksimum.
Gambar 2. 6. Rangkaian igniter
Prinsip kerja sistem pengapian transistor
Mengingat rumitnya sirkuit igniter karena penggunaan IC (integrated circuit), maka cara kerja igniter disini dijelaskan dengan menggunakan sirkuit diagram yang disederhanakan
1) Mesin Mati
Pada saat kunci kontak ON maka tegangan dialirkan ke titik (P) . Tegangan pada titik (P) berada di bawah tegangan basis yang diperlukan untuk mengaktifkan transistor melalui pengatur tegangan R1 dan R2. Akibatnya transistor akan tetap OFF selama mesin mati, sehingga tidak ada arus primer yang mengalir pada ignition coil.
2) Mesin Hldup (tegangan positifdihasilkan pada pick-up coil)
Bila mesin dihidupkan, maka signal rotor pada distributor akan berputar, menghasilkan tegangan AC dalam pick-up coil. Bila tegangan yang dihasilkan adalah positif, tegangan ini ditambahkan dengan tegangan dari baterai (yang dialirkan ke titik(P) ), untuk menaikkan tegangan pada titik (Q) di atas tegangan kerjanya transistor, dan transistor ON. Akibatnya, arus primer ignition coil mengalir ke transistor dari collector (C) ke emitter (E)
Gambar 2. 8. Posisi mesin hidup
3) Mesin Berputar (tegangan negatif dihasilkan dalam pick-up coil)
Bila tegangan AC yang dihasilkan dalam pick-up coil adalah negatif, tegangan ini ditambahkan pada tegangan titik (P) sehingga tegangan pada titik (Q) turun di bawah tegangan kerja transistor dan transistor OFF. Akibatnya arus primer (primary current) terputus dan tegangan tinggi diinduksikan pada kumparan sekunder.
Gambar 2. 10 Mesin posisi hidup.
Petunjuk
Dalam sistem pengapian transistor yang lain igniter menjaga agar transistor ON, memungkinkan arus primer mengalir selama kunci kontak pada posisi ON meskipun mesin tidak hidup. Pada igniter tipe ini, arus berhenti mengalir ke transistor base dan transistor OFF pada saat mesin distart, dan kemudian signal generator membangkitkan tegangan negatif. Akibatnya arus primer ignition coil terputus
Gambar 2. 12 Posisi mesin mati.
Pengaturan dwell angle
Lamanya arus mengalir melalui kumparan primer biasanya menurun bila kecepatan mesin bertambah, dengan demikian tegangan induksi pada kumapran sekunder berkurang.
Gambar 2. 14 Perbandingan induksi pada tegangan sekender saat distributor berputar.
Yang dimaksud dengan pengaturan dwell angle disini adalah pengaturan secara elektronik lamanya pengaliran arus ke ignition coii (disebut dwell angle) sesuai dengan kecepatan putaran poros distributor. Pada kecepatan rendah, dwell angle dikurangi untuk mencegah pengaliran arus primer yang berlebihandan dwell angle ditambah bila putaran bertambah untuk mencegah arus primer menurun.
Petunjuk
Pengaturan dwell angle dipengaruhi oleh circuit control atau pengaturan bentuk gelombang out-put (output waveform control). Ini tergantung pada tipe igniter. (Tipe yang digunakan tidak dapat dikenali dengan mudah dari bentuknya). Pada tipe circuit control, sirkuit penambah dwell angle diberikan di dalam igniter untuk menurunkan tegangan operas) power transistor dengan meman- faatkan kenaikan tegangan yang diinduksi dalam pick-up coil yang terjadi karana kenaikan putaran mesin.
Oleh karena itu, power transistor ON lebih awal bila putaran mesin bertambah untuk menambah waktu ON dari power transistor (dwell angle). Pada tipe pengontrolan bentuk gelombang output,
maka bentuk gelombang output dari pick-up coil dirubah dengan menggunakan signal rotor yang bentuknya sedikit berbeda dengan rotor biasa, untuk memperoleh variasi perpanjangan waktu sampai power transistor mencapai tegangan operasinya menurut putaran mesin. Dengan signal rotor tipe ini, maka transistor ON lebih awal bila putaran mesin bertambah, dan mengakibatkan periode power transistor ON bertambah (lihat dwell angie).
Gambar 2. 16 Penampang sebuah rotor
Current limiting control
Current limiting control adalah suatu slstem yang mengontrol aliran arus pada kumparan primer, sehingga arus primer dipertahankan konstan pada setiap saat, mulai dari kecepatan rendah sampai pada kecepatan tinggi dan memungkinkan untuk menghasilkan tegangan sekunder yang konstan. Dengan mengurangi
berakibat coil atau power transistor terbakar. Oleh sebab itu, setelah arus kumparan primer mencapai tingkat tertentu, akan diatur secara kelistrikan oleh igniter agar tidak terjadi pengaliran arus yang berlebihan.
Gambar 2. 17 Pengaturan arus listrik.
Karena current limiting control membatasi aliran arus primer, maka untuk ignition coil tipe ini tidak diperlukan external resistor
Petunjuk
Igniter dibuat untuk disesuaikan dengan karakteristik Ignition coll, fungsi dan konstruksi darl tiap tipenya berbeda-beda. Oleh karena itu, pasangan Igniter dengan coll yang berbeda dari yang ditentukan, dapat mengakibatkan igniter atau coll menjadi rusak. Pergunakanlah selalu komponen yang tepat dan sesuai dengan spesifikasi kendaraan.
IlA adalah singkatan dari "Integrated Ignition Assembly", IlA menggabungkan igniter dan ignition coil dengan distributor, sedangkan pada "non IlA" dipasang secara terpisah. IlA dapat dijelaskan seperti berikut:
a. Kecil dan ringan
b. Tidak mengalami masalah putus sambungan, jadi keandalannya tinggi. c. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap air
Gambar 2. 18 Komponen – komponen pengapian elektronik di distributor.
Gambar 2. 19 Penampang distributor dan kabel busi
1. Pada sistem pengapian Transistor mempunyai keistimewaan adalah sebagai berikut
Kebaikannya :
a. Tidak terjadi keausan pada sistem pengapian karena tidak menggunakan kontak pemutus atau breaker point.
b. b.Biaya pemeliharaan berkala sistem pengapian elektronik transistor lebih ringan.
c. c.Saat pengapian perlu disetel sekali saja .
d. d.Tegangan pengapian lebih stabil jika dibandingkan pengapian konvensional, pada putaran tinggi maupun putaran rendah.
2. Signal Generator.
Sinyal Generator pada sistem pengapian Elektronik atau pengapian Transistor adalah semacam generato AC yang menghasilkan arus bolak balik berfungsi untuk power transistor didalam igniter untuk memutuskan arus primer pada coil pengapian pada saat pengapian yang tepat.
3. Signal rotor mempunyai gigi sebanyak jumlah silinder contoh 4 gigi untuk 4 silinder, dan 6 gigi untuk 6 silinder..
4. Igniter pada sistem pengapian yang terdiri dari sebuah detector yang memdeteksi EMS yang dibangkitkan oleh signal generator, signal amplifier dan power transistor, yang melakukan pemutusan arus primer pada coil pengapian pada saat yang tepat sesuai dengan signal signal yang diperkuat.. 5. Pengaturan dwell engle atau sudut dwell adalah untuk mengoreksi primary
signal sesuai dengan bertambahnya putaran mesin disalurkan didalam igniter. 6. DLI Singkatan dari : Distributor Less Ignition. Yaitu PengapianTanpa
Distributor .Jadi DLI adalah suatu sistem pengapian motor bensin yang tidak menggunakan distributor. Biasanya sistem ini dipergunakan pada mobil Toyota , sistem ini mempergunakan sebuah ignition coil untuk setiap dua buah busi.ECU ( Electronic Control Unit ) mendistribusikan arus primer ketiap pengapian secara langsung dan menyebabkan busi melompatkan bunga api tegangant inggi.
Diagnose Gangguan
Uraian
Bila mencari penyebab gangguan ,pertama yang harus di lakukan adalah mengkonsentrasikan perhatian pada gejala gangguan.Bila gejala gangguan tidak di pahami dengan jelas ,maka di butuhkan waktu yang lama untukmemperbaikinya .
Untuk mempersingkat waktu yang di butuhkan dalam mendapatkan penyebab gangguan perlu di lakukan pemeriksaan pada sistem dengan urutan mulai dari yang paling kuat kemungkinannya sebagai penyebab gangguan.Demikian di lakukan satu persatu secara berurutan .Bila tidak di temukan penyebab gangguan pada sistem pengapian ,maka perlu juga di periksa sistem yang lain (sistem bahan bakar dan bagian utama mesin)
Prosedur Diagnose Gangguan
Bila ada gangguan pada sistem pengapian ,problem dapat di sebabkan oleh mesin yang tidak tepat penyetelannya di antaranya :1)misfiring (campuran udara-bahan bakar tidak terbakar atau 2)saat pengapian tidak tepat.Kemungkinan ada penyebab-penyebab lainnya ,tetap iinilah yang paling umum .Untuk menentukan mana yang mungkin sebagai penyebab ,maka perlu dilakukan pemeriksaan .Table dan flow chart berikut ini menunjukkan cara-cara untuk mencari gangguan Uraian tentang penyetelan ,perbaikan dan penjelasan lain yang berkaitan ,liat pada repair manual untuk model yang bersangkutan .
Gejala Gangguan Penyebab Gangguan
o Mesin tidak dapat hidup/susah hidup
o Idle kasar atau mati-mati o Mesin lemah akan /ak. Selerasi
kurang o Bensin boros
Kemungkinan pertama sebagai penyebab adalah misfiring .Selanjutnya yang perlu di
pertimbangkan adalah saat pengapian .
o Terjadi ledakan terus menerus pada muffler(afterfire)
o Terjadi ledakan balik pada mesin (backfire)
o Mesin terlalu panas (over heat)
Bagian-bagian yang menunjukkan adanya gangguan adalah saat pengapian
D. Aktifitas Pembelajaran
Setelah selesai kegiatan pembelajaran sistem pengapian konvensional, anda hendaknya mengidentifikasi nama , fungsi komponen cara kerja sistem dan jalannya aliran listrik pada rangkaian. Berilah arah arus listrik pada saat kunci kontak ON. Dan seyogyanya selalu siapkan dalam proses pembelajaran tentang Model, Alat bantu mengajar atau Teaching Aids untuk efektifitas dalam proses pembelajaran.Selain itu juga anda perlu sekali mengindentifikasi macam- macam gangguan yang terjadi pada sistem rangkaian , pada karakteristik komponen – komponen.
E. Latihan/Kasus/Tugas.
1. Kelemahan utama pada mesin yang menggunakan sistem pengapian konvensional dengan silinder banyak adalah :
a. konstruksi komponen lebih sederhana b. mudah dalam penyetelannya.
c. perawatannya lebih sederhana. d. keausan pada ebonit lebih cepat.
2. Pilihlah pernyataan tentang keistimewaan dari sistem pengapian elektronik pada mobil :
a. tahanan komponen mudah didapat dipasaran .
b. arus yang mengalir pada rangkaian primer sampai 8 ampere c. tidak korosi pada komponen yang dirangkaiakan.
d. temperature koil lebih stabil jika beroprasi lama.
3. Signal yang dihasilkan generator pada pengapian elektronik adalah b. Signal arus searah.
c. Signal arus bolak - balik
d. Signal arus bolak – balik dan searah. e. Signal campuran.
4. Kekuatan signal yang dihasilkan oleh generator pada sistem pengapian elektronik dipengaruhi oleh :
a. besarnya arus yang mengalir pada sistem. b. besarnya tegangan pada sistem rangkaian c. kekuatan medan magnit pada generator. d. kerapatan magnit pada sistem rangkaian.
5. Signal yang dihasilkan oleh generator pada sistem pengapian elektronik akan dipengaruhi dudukan rotor pada posisi :
a. berputar b. diam.
c. mulai berputar. d. mulai berhenti
F. Rangkuman
1. Kelemahan utama pada mesin mobil yang menggunakan kontak pemutus/breaker points yang mempunyai silinder banyak dan berputar cepat maka frekuensi pemutusan kontak pemutus lebih tinggi.
2. Frekuensi pemutusan kontak pemutusan kontak pemutus /breaker points tinggi, waktu penutupan kontak pemutus menjadi pendek, arus yang mengalir pada kumparan primer tidak mencapai maksimum, kemampuan pengapian menjadi kurang.
3. Tumit ebonite aus pada kontak pemutus pengapian konvensional berakibat : a. Sudut dwell menjadi bertambah besar.
b. Saat pengapian menjadi terlambat.
c.Kontak pemutus tidak dapat membuka lagi.apian elektronik 4. Keistimewaan pengapian Elektronik
a. Saat pengapian menjadi stabil. b. Sudut dwell bisa diatur sampai 80 %
c. Sistem rangkaian elektronik mampu dialiri arus listrik sampai 8 ampere. d. Tidak terjadi pentalan.
5. Bagian – bagian control unit sistem pengapian elektronik a. Pembentuk sinyal.
d. Penguat ( Ampifier )
G. Umpan Balik dan Tindak lanjut
Peserta diklat/ Guru setelah menyelesaiakan latihan dalam modul ini , diharapkan menelaah /mempelajari kembali bagian – bagian yang belum dikuasai dari modul ini .Tujuannya adalah untuk memahami secara mendalam sebagai bekal dalam melaksanakan tugas keprofesian guru dan untuk bekal dalam mencapai hasil pelaksanaan Uji Kompetensi guru dengan ketuntasan minimal materi modul 80 %.
Setelah menuntaskan modul ini , maka langkah selanjutnya / peserta diklat guru berkwajiban untuk mengikuti kegiatan pembelaran selanjutnya mengenai sistem pengapian elektronik
H. Kunci Jawaban
1. Kelemahan utama pada mesin yang menggunakan sistem pengapian konvensional dengan silinder banyak adalah :
a. harga komponen lebih murah. b. mudah dalam penyetelannya. c. perawatannya lebih sederhana.
d. Keausan pada ebonit lebih cepat.
2. Pilihlah pernyataan tentang ke istimewaan dari sistem pengapian elektronik pada mobil :
a.konstruksi lebih sederhana
b. arus yang mengalir pada rangkaian primer sampai 8 ampere
c. tidak timbul korosi pada komponen yang dirangkaiakan. d. temperatur Koil lebih stabil jika beroprasi lama.
3. Signal yang dihasilkan generator pada pengapian elektronik adalah a. Signal arus searah.
b. Signal arus bolak - balik
c. Signal arus bolak – balik dan searah. d. signal campuran.
4. Kekuatan signal yang dihasilkan oleh generator pada sistem pengapian elektronik dipengaruhi oleh :
a. besarnya arus yang mengalir pada sistem. b. besarnya tegangan pada sistem rangkaian
c. kekuatan medan magnit pada generator.
d. kerapatan magnit pada sistem rangkaian.
5. Signal yang dihasilkan oleh generator pada sistem pengapian elektronik akan dipengaruhi dudukan rotor pada posisi :
a. berputar
b. diam.
c. mulai berputar. d. mulai berhenti
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3. SISTEM STARTER
A. Tujuan
Setelah mengikuti diklat diharap dapat :
1. Menjelaskan fungsi motor starter pada mesin mobil 2. Menyebutkan fungsi dari bagian – bagian motor starter. 3. Menjelaskan cara kerja motor starter sekrup.
4. Menjelaskan macam- macam starter dorong dan sekrup elektromagnetis. 5. Menjelaskan nama bagian – bagian motor starter dan cara kerjanya 6. Mendiagnosa kerusakan yang terjadi pada sistem starter
B. indicator Pencapaian Kompetensi
1. Menelaah sistem starter
2. Mendiagnosis kerusakan sistem starter 3. Memperbaiki sistem starter
C. Uraian materi.
1. Sistem Starter
Karena mesin mobil tidak bisa berputar dengan sendirinya, maka dibutuhkan tenaga dari luar untuk mengengkol / memutar dan membantunya untuk hidup. Sistem starter sebagai penggerak mula untuk menghidupkan mesin , sekarang pada umumnya mesin mobil menggunakan motor listrik yang dikombinasikan dengan magnitig switch untuk mendorong pinion gear yang berputar kedalam atau keluar dari /hubungan dengan ring gear yang ada pada roda penerus . Mesin motor starter harus dapat membangkitkan momen puntir yang besar dari sumber tenaga baterai yang terbatas. Pada waktu yang bersamaan harus ringan dan kompak. Oleh karena itu dipergunakanlah motor serie DC ( direct current ). Mesin tidak dapat start sebelum melakukan siklus operasionalnya berulang – ulang yaitu: langkah isap, kompresi, pembakaran dan buang. Langkah pertama menghidupkan mesin,
minimal yang diperlukan untuk memperoleh pembakaran awal.kecepata putar minimum yang diperlukan untuk menghidupkan mesin berbeda tergantung pada konstruksi dan kondisi operasinya tetapi pada umumnya 60 sampai dengan 90 rpm untuk mesin bensin, 80 sampai 200 untuk mesin diesel tanpa menggunakan pemanas, 60 sampai 140 mesin diesel dengan pemanas.
Mengapa mesin tidak akan hidup sampai kecepatan putarannya mencapai tingkat tertentu meliputi :
a. Bahan bakar tidak teratomisasi sepenuhnya pada putaran rendah. Pada mesin bensin kecepatan udara masuk berpengaruh terhadap kerja karburator. Pada mesin diesel kecepatan pompa injeksi yang rendah tidak memungkinkan terjadinya atomisasi bahan bakar secara sempurna.
b. Temperatur yang terlalu rendah. Pada mesin bensin, temperatur silinder yang rendah menghambat pengabutan bahan bakar. Pada mesin diesel, hingga temperature udara yang dikompresikan di dalam silinder tercapai, bahan bakar masih dapat saja gagal terbakar.
c. Karena karakter motor starter semakin rendah putarannya, akan mengambil arus listrik yang lebih besar dari baterai, dan baterai mungkin tidak mampu untuk memberikan tenaga listrik yang cukup ke sistem pengapian selama pemutaran awal, karena tegangan listrik pada terminal baterai banyak turun. Bila ini terjadi , maka kemampuan pembakaran akan menjadi turun, karena tegangan yang masuk kekumparan primer dari coil pengapian tidak cukup, menyebabkan tegangan sekender yang dikirim ke busi tidak cukup juga.
Berikut rangkaian sistem starter pada kendaraan ringan yang sering