• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Tafsi >r al-Mana>r

2. Rashi>d Rid}a>

107

2. Rashi>d Rid}a>

a. Setting Keluarga Rashi>d Rid}a>

Nama lengkap Muh}ammad Rashi>d Rid}a adalah al-Sayyid Muh}ammad Rashi>d Rid}a ibn Ali Rid}a> ibn Muh}ammad Shams Di>n ibn Sayyid Bahar al-Di>n ibn al-Sayyid Munla „Ali> Khali>fah al-Baghda>di>.55 Ia dilahirkan di Qalmun, suatu kampung sekitar 4 Km dari Tripoli, Lebanon, pada bulan Juma>da al-„U<la 1282 H (1864 M). Dia adalah seorang bangsawan Arab yang mempunyai garis keturunan langsung dari Sayyidina Husain, putra Ali ibn Abi T}a>lib dan Fa>t}imah putri Rasulullah.56

Keluarga Rashi>d Rid}a> (w.1354 H/1935 M) adalah keluarga yang taat beragama serta menguasai ilmu-ilmu agama. Salah seorang kakeknya yang bernama sayyid Syaikh Ah}mad dikenal sangat wara’, seluruh waktu ia gunakan untuk membaca dan beribadah, serta tidak menerima tamu kecuali hanya sahabat-sahabat terdekat dan para ulama. Kondisi keluarga yang agamis memberi pengaruh positif pada diri Rashi>d Rid}a> (w.1354 H/1935 M), terutama sang ayah sebagaimana diceritakan oleh Rashi>d Rid}a> (w.1354 H/1935 M) sendiri. Ia berkata:

Ketika aku mencapai umur remaja, aku melihat di rumah kami pemuka-pemuka agama Kristen dari Tripoli dan Lebanon, bahkan aku lihat pula pendeta-pendeta, khususnya pada hari-hari raya. Aku melihat ayahku berbasa basi dengan penguasa dan pemuka-pemuka masyarakat Islam. Ayahku menyebut apa yang ia ketahui tentang kebaikan-kebaikan mereka secara obyektif, tetapi tidak di hadapan mereka. Ini adalah salah satu sebab mengapa aku menganjurkan untuk bertoleransi serta mencari titik temu dan

55Muh}ammad Ali Aya>zi>, Al-Mufassiru>n: Haya>tuhum Wa Manhajuhum (Teheran: Wazarat

al-Thaqa>fah wa al-Irshad al-Islami>, 1373), 665. 56

108

kerja sama antara semua penduduk negeri atas dasar keadilan dan kebajikan yang dibenarkan oleh agama, demi kemajuan negara.

b. Pendidikan Rashi>d Rid}a>

Setelah melalui masa pengasuhan dalam lingkungan keluarga sendiri, pada usianya yang ketujuh tahun, Muh}ammad Rashi>d Rid}a> (w.1354 H/1935 M) dimasukkan orang tuanya ke sebuah lembaga pendidikan dasar yang disebut

Kutta>b yang ada di desanya. Di sini dia mulai belajar membaca al-Qur’a>n,

menulis dan berhitung. Beberapa tahun kemudian, setelah menamatkan pelajarannya di lembaga pendidikan dasar itu, Rashi>d Rid}a (w.1354 H/1935 M) meneruskan pelajarannya di Madrasah Ibtida>iyah al-Rushdiyah di kota Tripoli. Di madrasah tersebut diajarkan nah}wu, s}arf, berhitung, geografi, akidah dan ibadah. Dia pun keluar dari madrasah itu setelah kurang lebih satu tahun lamanya belajar disana.

Pada tahun 1882, ia meneruskan pelajaran di madrasah Wat}a>niyah al-Isla>miyah di Tripoli. Di madrasah ini, selain bahasa Arab, diajarkan pula bahasa Turki dan Perancis, selain pengetahuan agama juga pengetahuan-pengetahuan modern. Di samping itu, Rashi>d Rid}a> (w.1354 H/1935 M) memperoleh tambahan ilmu dan semangat keagamaan melalui membaca kitab-kitab yang ditulis al-Ghaza>li>, antara lain Ihya>’ Ulu>m al-Di>n. Kitab tersebut sangat mempengaruhi jiwa dan kehidupannya, terutama sikap patuh pada hukum dan baktinya terhadap agama.

Madrasah ini didirikan dan dipimpin oleh seorang ulama besar ketika itu, yaitu al-Syaikh H{usain al-Jisr (w.1909 M). Al-Jisr (w.1909 M) inilah yang memberi pengaruh besar terhadap perkembangan keilmuan Rashi>d Rid}a> (w.1354

109

H/1935 M). Ia pernah memberikan kesempatan kepada Rid}a> (w.1354 H/1935 M) untuk menulis di sebuah surat kabar Tripoli.57

Selain al-Jisr (w.1909 M), guru Rashi>d Rid}a> yang lain adalah Mah}mu>d Nashabah seorang ulama ahli di bidang hadis, Muh}ammad al-Qawiji seorang ulama ahli hadis juga, Abd al-Ghani al-Ra>fi>, Muh}ammad al-H{usaini dan Muh}ammad Ka>mil al-Ra>fi>.58

Rashi>d Rid}a> (w.1354 H/1935 M) membagi waktunya hanya untuk belajar dan beribadah. Ibunya bercerita bahwa semenjak Rid}a> dewasa ia tidak pernah melihat putranya tidur. Karena Rid}a> (w.1354 H/1935 M) tidur setelah keluarga tidur, dan telah bangun tidur sebelum keluarga bangun tidur.59

Rashi>d Rid}a> (w.1354 H/1935 M) menulis dalam buku hariannya:

Aku selalu berusaha agar jiwaku suci dan hatiku jernih, supaya aku siap menerima ilmu yang bersifat ilham serta berusaha agar jiwaku bersih sehingga mampu menerima segala pengetahuan yang dituangkan ke dalamnya.60

Rashi>d Rid}a> (w.1354 H/1935 M) adalah seorang penganut Tarekat Naqshabandiyah. Pengalaman dalam tarekat menjadikannya mampu berbicara tentang tasawwuf dengan mantab, menerima yang baik, menolak yang bertentangan dengan agama, serta mengajak untuk mengadakan perbaikan-perbaikan seperlunya. Kemampuan di bidang tasawwuf juga ditopang oleh kegemarannya membaca kitab-kitab tasawwuf karya al-Ghaza>li>.61

57

Syihab, Rasionalitas Al-Qur’a>n: Study Kritis Atas Tafsir Al-Manar, 73.

58 Ibid.,74. 59 Ibid., 75. 60 Ibid., 75. 61

110

Rashi>d Rid}a> (w.1354 H/1935 M) adalah seorang ulama yang produktif. Ia telah berhasil menulis sekian banyak karya ilmiah, antara lain kitab al-H{ikmah

al-Shar’iyah fi Muh}akamat al-Dariyah wa al-Rifa>iyah al-Azhar wa al-Mana>r,

Ta>ri>kh al-Usta>dh al-Ima>m, Dhikra al-Mawlid al-Nabawi>, Nida>’ al-Jins al-Lat}i>f,

Tafsi>r al-Mana>r dan lainnya.

Muh}ammad Rashi>d Rid}a> meninggal pada tanggal 23 Jumadil „Ula 1354 H, bertepatan dengan 22 Agustus 1935 M. Ia wafat dalam kecelakaan ketika melakukan perjalanan pulang dari Suez di Mesir.

c. Kontroversi Pemikiran dan Pandangan Politik Rashi>d Rid}a>

Pemikiran dan pandangan politik Rashi>d Rid}a (w.1354 H/1935 M) sangat dipengaruhi oleh gurunya Muh}ammad Abduh (w.1323 H/1905 M). Pertemuan Rashi>d Rid}a> (w. 1935) dengan Muh}ammad Abduh bermula ketika ia membaca majalah al-urwah al-wuthqa yang diterbitkan oleh Jama>l al-Di>n al-Afgha>ni {(w.1315 H/1897 M) dan Muh}ammad Abduh (w.1323 H/1905 M). Majalah ini tersebar luas ke seluruh dunia Islam, dan sampai di tangan Rashi>d Rid}a> (w.1354 H/1935 M).

Majalah ini memberi pengaruh besar terhadap diri Rashi>d Rid}a> (w.1354 H/1935 M). Seorang pemuda yang berjiwa sufi berubah menjadi seorang pemuda yang penuh semangat. Ia menulis:

Dengan membacanya aku berpindah ke suatu jalan baru dalam memahami agama Islam. Aku yakin bahwa Islam bukan hanya ru>h{ani-ukhrawi semata. Tetapi ia adalah agama ruhani dan jasmani, ukhrawi dan duniawi, yang bertujuan antara lain memberi petunjuk kepada manusia untuk menguasainya dengan sungguh-sungguh.

111

Kekagumannya terhadap Muh}ammad Abduh (w.1323 H/1905 M) bertambah mendalam sejak Abduh kembali ke Bairut untuk kedua kalinya pada tahun 1885 dan mengajar sambil menulis buku. Pertemuan pertama terjadi ketika Muh}ammad Abduh (w.1323 H/1905 M) berkunjung ke Tripoli untuk mengunjungi seorang temannya bernama Abd Alla>h al-Barakah. Petemuan kedua terjadi pada tahun 1894 di Tripoli. Kali ini Rashi>d Rid}a> (w.1354 H/1935 M) menemani Muh}ammad Abduh sepanjang hari, sehingga ia dapat bertanya segala sesuatu yang masih kabur baginya.

Pada tahun 1898 M, Rashi>d Rid}a> (w.1354 H/1935 M) hijrah ke Mesir untuk menyebarluaskan pembaharuan di Mesir. Hijrah ini dilakukan, karena di Siria Rashi>d Rid}a> (w.1354 H/1935 M) mendapat tekanan dari kerajaan Uthma>ni dalam penyebaran ide-ide pembaharuan. Mesir dipilih sebagai tujuan, karena di sana ada Muh}ammad Abduh, guru yang telah menginspirasinya. Pada saat itu, Mesir juga memberi kebebasan untuk menyiarkan ide-ide pembaharuannya.62

Dua tahun kemudian ia menerbitkan majalah yang diberi nama “al-Mana>r” untuk menyebar luaskan ide-idenya dalam usaha pembaharuan.63

Tujuan penerbitan al-Mana>r sama dengan al-urwah al-wuthqa>, antara lain mengadakan pembahasan dalam bidang agama, sosial, ekonomi, memberantas tah}ayyul dan bid‟ah-bid‟ah yang masuk ke dalam Islam, menghilangkan faham fatalisme yang terdapat dalam kalangan umat Islam serta faham-faham yang salah yang dianut dalam tarekat-tarekat tas}awwuf, meningkatkan mutu

62

Djunaidi, “Rashi>d Rid}a>: Ide-Ide Pembaharuan,” Tajdid IX (2010), 665. 63

112

pendidikan dan membela umat Islam terhadap permainan politik negara barat yang dapat menghancurkan dan menguburkan ajaran Islam.64

Pada mulanya Muh}ammad Abduh (w.1323 H/1905 M) tidak setuju, karena pada saat itu di Mesir sudah banyak media massa. Namun Rashi>d Rid}a> (w.1354 H/1935 M) menyatakan tekadnya, walaupun harus menanggung kerugian material. Akhirnya Muh}ammad Abduh (w.1323 H/1905 M) menyetujui penerbitan majalah tersebut, dan memilih nama al-Mana>r dari sekian banyak nama yang diajukan oleh Rashi>d Rid}a> (w.1354 H/1935 M).65

Al-Mana>r terbit perdana pada tanggal 17 Maret 1898 M, berupa media

mingguan sebanyak delapan halaman. Majalah ini mendapat sambutan hangat, bukan hanya di Mesir atau negara-negara sekitarnya saja, tetapi sampai ke Eropa, bahkan ke Indonesia.

Ide-ide pembaharuan Rashi>d Rid}a> (w.1354 H/1935 M) tidak banyak berbeda dengan Muh}ammad Abduh (w.1323 H/1905 M) dan Jama>l Di>n al-Afgha>ni> {(w.1315 H/1897 M). Rashi>d Rid}a> (w.1354 H/1935 M) berpendapat bahwa umat Islam mundur karena tidak lagi menganut ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Pemahaman umat Islam tentang ajaran-ajaran agama dam perbuatan-perbuatan mereka telah menyeleweng dari ajaran-ajaran Islam. 66

64 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran Dan Gerakan, 70. 65

Shiha>b, Rasionalitas Al-Qur’a>n: Study Kritis Atas Tafsir al-Mana>r, 78.

66

113