• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Uraian Teoritis

4. Rasio Aktivitas

a. Pengertian Rasio Aktivitas

Rasio Aktivitas adalah rasio yang menunjukkan keefektifan sebuah perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya, dan mengukur tingkat pertukaran. Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa efisien perusahaan dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan.

Menurut Hasibuan (2015, hal. 226) menyatakan bahwa : Rasio ini mengukur berapa cepat berbagai akun yang ada dalam neraca, terutama yang berbentuk akun lancar (current accounts) dapat berubah menjadi penjualan atau kas. Berbagai current account yang dimaksud mencakup persediaan (inventory), piutang (account receivable) dan utang lancar (account payable).

Menurut Fahmi (2014, hal. 79) menyatakan bahwa : Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki guna menunjang aktivitas perusahaan, dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat maksimal dengan maksud memperoleh hasil yang maksimal. Rasio ini bagi banyak praktisi dan analis bisnis menyebutnya juga sebagai rasio pengelolaan aset (asset management ratio).

Dari pengertian diatas dapat disumpulkan bahwa rasio aktivitas adalah rasio yang seberapa cepat akun yang ada dalam neraca yang menunjang aktivitas perusahaan yang dilakukan secara maksimal dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang maksimal juga.

b. Tujuan dan Manfaat Rasio Aktivitas

Dalam praktiknya rasio aktivitas yang digunakan perusahaan memiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai. Rasio aktivitas juga memberikan banyak manfaat bagi kepentingan perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan, untuk masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

Menurut Hery (2015, hal.547) Berikut adalah tujuan dan manfaat rasio aktivitas secara keseluruhan :

1) Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam piutang usaha berputar dalam satu periode.

2) Untuk menghitung lamanya rata-rata penagihan piutang usaha, serta sebaliknya untuk mengetahui berapa hari rata-rata piutang usaha tidak dapat ditagih.

3) Untuk menilai efektif tidaknya aktivitas penagihan pitang usaha yang telah dilakukan selama periode.

4) Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam satu periode.

5) Untuk menghitung lamanya rata-rata persediaan tersimpan di gudang hinga akhirnya terjual.

6) Untuk menilai efektif tidaknya aktivitas penjualan persediaan barang dagang yang telah dilakukan selama periode.

7) Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam modal kerja berputar dalam satu periode, atau untuk mengukur berapa besar tingkat penjualan yang dapat dicapai dari setiap rupiah modal kerja yang digunakan. 8) Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam

aset tetap berputar dalam satu periode, atau mengukur seberapa besar tinggat penjualan yang dapat dicapai dari setiap rupiah aset tetap yang digunakan.

9) Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam total aset berputar dalam satu periode, atau untuk mengukur berapa besar tingkat penjualan yang dapat dicapai dari setiap rupiah total aset yang digunakan.

Menurut Kasmir (2013, hal.173) Beberapa tujuan yang hendak dicapai perusahaan dari pengguna rasio aktivitas antara lain :

1) Untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.

2) Untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable), dimana hasil perhitungan ini menunjukan jumlah hari piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih. 3) Untuk menghitung berapa hari rata-rata sediaan dalam

gudang.

4) Untuk mengukur berapa kali dana yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja yang digunakan (working capital turnover).

5) Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.

6) Untuk mengukur penggunaan semua aktiva perusahaan dibandingkan dengan penjualan.

Dengan ini saya simpulkan bahwa Rasio aktivitas itu suatu cara untuk mengetahui bagaimana perusahaan me-manage sumber daya yang dimiliki untuk kefektifan perusahaan yang tengah berjalan tiap harinya.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas dapat digunakan untuk memprediksi laba karena total aktiva dan penjualan merupakan komponen dalam menghasilkan

laba. Dengan tingkat aktivitas yang semakin tinggi akan berpengaruh positif terhadap laba perusahaan. Ada beberapa fakto-faktor yang mempengaruhi rasio aktivitas tersebut, yaitu :

Menurut Kuswadi (2008, hal. 108) Faktor-faktor yang mempengaruhi rasio aktivitas, yaitu :

1) Persediaan yang dijadikan jaminan utang dapat ditahan atau diambil oleh kreditor jika perusahaan gagal melunasi kewajibannya.

2) Masih sulitnya mengasuransikan persediaan karena risikonya yang tinggi bagi perusahaan asuransi

Menurut Harahap (2011, hal.308) “Menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi aktivitas yaitu total aktiva dan penjualan merupakan komponen dalam mengasilkan laba.”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rasio aktivitas merupakan rasio yang digunkanuntuk mengetahui berapa kali persediaan yang dijadikan jaminan utang dapa ditahan dalam satu periode.

d. Jenis-jenis Rasio Aktivitas

1) Perputaran Aktiva (Total Assets TurnOver)

Rasio perputaran total aktiva atau Total Asset Turnover Ratio adalah rasio aktivitas (rasio efisiensi) yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan penjualan dari total asetnya dengan membandingkan penjualan bersih dengan total aset rata-rata.

Menurut Margaretha (2011, hal.26) “rasio ini menunjukan efektivitas perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba.”

Menurut Sudana (2011, hal.22) “Total assets turnover mengukur efektivitas penggunaan seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan. Semakin besar rasio ini berarti semakin efektif pengelolaan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan.” Total Assets TurnOven dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑂𝑣𝑒𝑟 = 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑥 1 𝐾𝑎𝑙𝑖

2) Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets TurnOver)

Rasio fixed assets turnover disebut juga dengan perputaran aktiva tetap. Rasio ini melihat sejauhmana aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan memiliki tingkat perputarannya secara efektif, dan memberikan dampak pada keuangan perusahaan.

Menurut Wardiyah (2017, hal.107) “Fixed assets turnover, rasio untuk mengukur perbandingan antara aktiva tetap yang dimiliki terhadap penjualan.” Sedangkan Menurut Sugiono (201 hal.78) “Rasio

ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva tetap bersih untuk mengasilkan penjualan.” Fixed Assets

TurnOver dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑂𝑣𝑒𝑟 = 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠

𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑥 1 𝐾𝑎𝑙𝑖

3) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory TurnOver)

Inventory TurnOver Ratio adalah Rasio untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau

seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva, atau mengukur persentase berapa besar dana yang berasal dari utang. Utang di sini adalah utang perusahaan, baik utang jangka panjang maupun jangka pendek.

Menurut Raharjaputra (2009, hal.203) “Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menjual produknya dalam suatu periode tertentu dibandingkan dengan jumlah persediaan yang dimiliki. Menurut Hasibuan (2015, hal.227) “Rasio ini mengukur tingkat efesiensi yang dilakukan oleh manajer di dalam mengubah persediaan menjadi penjualan.” Inventory TurnOver dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑂𝑣𝑒𝑟 = 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠

𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑥 1 𝐾𝑎𝑙𝑖

4) Rasio Perputaran Piutang (Receivable TurnOver)

Receivable turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Makin tinggi rasio menunjukan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang makin rendah dan tentunya bagi perusahaan makin baik.

Menurut Kasmir (2010, hal.113) “Perputaran piutang

(Receivable Turnover), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode.”

Menurut Darwiyah (2017, hal.108) “Receivable turn Over, mengukur tingkat perputaran piutang dengan membagi nilai penjualan kredit terhadap piutang rata-rata.” Receivable turnover dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑂𝑣𝑒𝑟 = 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠

𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑥 1 𝐾𝑎𝑙𝑖

e. Pengukuran Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas digunakan untuk mengetahui seberapa efektif manajemen perusahaan menggunakan aktiva yang dimilikinya dalam melaksanakan kegiatan perusahaan.

Menurut Mia Lasmi Wardiyah (2017, hal. 107) “Rasio Aktivitas

atau activity ratio ini Rasio untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.”

Menurut Hasibuan (2015, hal. 225) “Rasio ini mengukur seberapa

cepat berbagai akun yang ada dalam neraca, terutama yang berbentuk akun lancar (current account) yang dapat berubah menjadi penjualan atau kan.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio aktivitas pada perusahaan diketahui seberapa lama penagihan suatu piutang dalam periode tertentu dalam perusahaan tersebut.

5. Rasio Solvabilitas

a. Pengertian Rasio Solvabilitas

Rasio solvabulitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya. Solvabilitas juga berarti menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya. Salah satu untuk mengukur solvabilitas pada perusahaan.

Menurut Syahyunan (2013, hal. 92) menyatakan bahwa : Beberapa pihak lebih suka dengan istilah solvabilitas atau gearing. Istilah gearing lebih sering muncul pada literatur yang diterbitkan di inggris. Rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh utang-utangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas. Menurut Kasmir (2010, hal. 112) menyatakan bahwa : Rasio solvabilitas atau rasio leveragre ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan perusahaan untuk mengetahui beberapa hal berkaitan dengan penggunaan modal sendiri dan modal pinjaman serta mengetahui rasio kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.

b. Tujuan dan Manfaat Rasio Solvabilitas

Pengaturan rasio yang baik akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan agar dapat menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Menurut Hery (2017, hal.297) berikut adalah manfaat dan tujuan rasio solvabilitas secara keseluruhan :

1) Untuk mengetahui posisi total kewajiban perusahaan kepada kreditor. Khususnya jika dibandingkan jumlah aset atau modal yang dimiliki perusahaan.

2) Untuk mengetahui posisi kewajiban jangka panjang perusahaan terhadap jumlah modal yang dimiliki perusahaan.

3) Untuk menilai kemampuan aset perubahan dalam memenuhi seluruh kewajiban, termasuk kewajiban yang bersifat tetap, seperti pembayaran angsuran pokok pinjaman beserta bunganya secara berkala.

4) Untuk menilai seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh utang dan modal

5) Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang dan modal terhadap pembiayaan aset perusahaan.

6) Untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah aset yang dijadikan sebagai jaminan utang bagi kreditor, modal bagi pemilik dan pemegang saham.

Menurut Wardiyah (2017, hal.166) Adapun adapun tujuan dan manfaat solvabilitas sebagai berikut :

1) Adanya understated (dicatat terlalu kecil) atas penyusutan mengakibatkan laba pada tahun pertama besar karena biaya depresiasi yang kecil, income overstated tetapi dalam jangka panjang perusahaan tidak dapat memperoleh kembali aktiva tetapnya.

2) Jatuh tempo utang jangka panjang tidak direncanakan dengan baik sehingga pada jatuh tempo perusahaan mengalami kesulitan keuangan.

3) Struktur modal yang tidak baik, misalnya jumlah utang lebih besar dari pada modal sendiri.

4) Pada waktu terjadi tendensi inflasi, prusahaan menggunakan perhitungan harga pokok historis (dengan metode FIFO) sehingga harga pokok penjualan terlihat rendah, padahal harga jual meningkat sehingga mengakibatkan profit margin tampak tinggi.

Pengaturan rasio yang baik akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan guna menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Namun semua kebijakan ini tergantung dari tujuan perusahaan secara keseluruhan.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas berkemampuan untuk memenuhi segala kewajiban atau utangnya, dan juga menunjukan berkemampuan melunasi seluruh utang yang ada.

Menurut Wardiyah (2017, hal.166) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi solvabilitas sebagai berikut :

1) Kebijakan dalam metode penyusutan. Misalnya, dua perusahaan yang mempunyai modal dengan komponen yang sama, tetapi antara perusahaan tersebut menggunakan metode penyusutan yang berbeda;

2) Dalam penggantian/penghentian aktiva tetap. Misalnya, suatu perusahaan mempertahankan suatu aktiva yang sudah out of date, sedangkan lainnya segera mengganti aktiva maka penyusutan aktiva akan berbeda dan kemungkinan ada rugi-laba karena penggantiannya; 3) Perubahan tinggkat harga. Dalam keadaan inflasi maka

harga riil lebih besar dari nili buku. Jika yang satu menyesuaikan dengan kenaikan harga atau mengadakan revaluasi dan yg lain tetap mencatat at coast;

4) Kebijakan dalam hubungannya dengan deviden. Dua perusahaan dengan struktur modal yang sama dan tinggkat keuntungan yang sama, tetapi yang satu likuid untuk membayar deviden yang besar, sedangkan yg lain tidak likuid sehingga deviden yang dibagi kecil atau bahkan denan stock devidend, akan berakibat pada proprietory ratio yang berbeda;

5) Perbedaan dalam kebijaksanaan pembiayaan aktiva dan sebagainya.

Menurut Hery (2017, hal.295) Faktor-faktor yang mepengaruhi solvabilitas, meliputi :

1) Kreditor memandang jumlah ekuitas debitur sebagai margin keamanan. Apabila jumlah modal perusahaan debitur kecil, maka berarti bahwa kreditur akan menanggung resiko yang besar.

2) Penguasaan atau pengendalian terhadap perusahaan akan tetap berada di tangan debitur (perusahaan itu sendiri) apabila sumber pendanaan berasal dari pinjaman utang.

3) Sumber pendanaan yang berasal dari penerbitan dan penjualan saham akan menimbulkan pengaruh atau bahkan kendali pemegang saham terhadap perusahaan. 4) Apabila perusahaan memperoleh penghasilan lebih dari

dana yang dipinjamnya dibandingkan dengan bunga yang harus dibayarkan kepada kreditur, maka kelebihannya tersebut akan memperbesar pengembaliaan/imbal hasil.

Apabila perusahahaan mampu memenuhi semua kewajibannya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan sehat, sedangkan perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajibannya tersebut berarti perusahaan tidak sehat.

d. Jenis-jenis Rasio Solvabilitas 1) Debt to Assets Ratio

Debt to Assets Ratio ini mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva, atau mengukur persentase berapa besar dana yang berasal dari utang. Utang di sini adalah utang perusahaan, baik utang jangka panjang maupun jangka pendek.

Menurut Margaretha (2011, hal.26) “Rasio ini mengukur persentase total dana yang disediakan oleh kreditor. Makin tinggi rasio, risiko akan semakin tinggi.” Sedangkan Menurut Sawir (2008, hal.13) “Debt to Assets Ratio merupakan rasio yang memperlihatkan

proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki.” Debt to Assets Ratio Dapat dihitung dengan menggunakan

𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑥 100%

2) Debt to Equity Ratio

Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas.

Menurut Joel G. Siegel and Jae K. Shim dalam Fahmi (201, hal.75) mengidentifikasikannya sebagai “Ukuran yang dipakai dalam

menganalisi laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor.” Sedangkan Menurut Raharjaputra (2009, hal.201) “debt to equity ratio, rasio ini mengukur

jumlah utang atau dana dari luar perusahaan terhadap modal sendiri (shareholders equity).”

Debt to equity ratio dapt dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑥 100%

3) Time Interest Earned Ratio

Time Interest Earned Ratio untuk mengukur seberapa besar laba operasional dapat menurun sampai perusahaan tidak dapat memenuhi beban bunga tahunan.

Menurut Sudana (2011, hal.21) “Times interest earned ratio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar beban tetap berupa bunga dengan menggunakan EBIT (Earning Before Interest and Tax).”

Time Interest Earned Ratio Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑇𝑖𝑚𝑒 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑒𝑑 = 𝐸𝐵𝐼𝑇

𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑒𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒 𝑥 100%

e. Pengukuran Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).

Menurut Wardiyah (2017, hal. 106) “Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi semua kewajiban finansial jangka panjang.”

Menurut Fahmi (2014, hal. 75) menyatakan bahwa : Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan membayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat hutang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban hutang tersebut.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan membayar utang jangka panjangnya.

Dokumen terkait