• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Rasio Laporan Keuangan Perbankan

Rasio laporan keuangan perbankan adalah suatu metode untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu, dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut (Munawir 1995:37). Tujuan dari laporan keuangan perbankan adalah membantu manajemen keuangan untuk memahami apa yang perlu dilakukan, berdasarkan informasi yang sifatnya terbatas dari laporan keuangan. Analisa ini membiasakan para manajer untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang apa yang perlu dicapai oleh perusahaan dimasa yang akan datang.

Beberapa analisa yang biasanya digunakan dalam mengukur kinerja keuangan suatu bank antara lain :

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Analisa ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya atau kewajiban yang telah jatuh tempo. Bank dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat memenuhi kewajiban utang-utangnya, dapat membayar kembali

semua deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan (Dahlan Siamat, 2110:113)

Loan to Deposit Ratio (LDR), yaitu rasio antara jumlah seluruh kredit yang diberikan Bank dengan dana yang diterima oleh Bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalikan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemapuan likuiditas bank yang bersangkutan..

Standar terbaik LDR menurut Bank Indonesia adalah 85%-110%. Variabel ini diberi bobot nilai 15%. Skor nilai LDR ditentukan sebagai berikut; Jika LDR bernilai :

a. Kurang dari 50%, skor nilai = 0 b. Antara 50% - 85%, skor nilai = 80 c. Antara 85% - 110%, skor nilai = 100 d. Lebih dari 110%, skor nilai = 90

Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 80%. Namun batas toleransi berkisar antara 80% -110% (Slamet Riyadi, 2003:146)

Total Kredit

LDR = x 100% Total Dana Pihak Ketiga

2. Rasio Rentabilitas ( Rentability Ratio)

Rasio ini untuk mengukur tingkat fesiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh Bank yang ersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula igunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam perhitungan asio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan timbal balik antar pos yang terdapat pada laporan laba-rugi bank dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efesiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan (Kuncoro, 2002:551)

Return On Equity (ROE), yaitu perbandingan diantara laba bersih bank dengan modal sendiri. ROE ini merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembagian deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan.

Standar ROE menurut Bank Indonesia adalah 12%. Variabel ini mempunyai bobot nilai 15%. Skor nilai ROE ditentukan sebagai berikut; Jika ROE bernilai :

a. Kurang dari 8%, sor nilai = 0 b. Antara 8% - 10%, skor nilai = 80 c. Antara 10% - 12%, skor nilai = 90 d. Lebih dari 12%, skor nilai = 100

Bagi pemilik bank lebih tertarik pada berapa besar kemampuan bank memperoleh keuntungan terhadap modal yang ia tanamkan. Untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan diliohat dari kepentingan pemilik digunakan rasio Return On Equity (ROE) yaitu : (Dahlan Siamat, 2001:102).

Laba setelah pajak

ROE = x 100%

Rata - rata ekuitas

Rasio Beban Operasional (BOPO), yaitu perbandingan antara beban operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Untuk bank syariah, pendapatan operasional bank terdiri atas pendapatan bagi hasil, keuntungan atas kontrak jual-beli, fee, biaya administrasi, dll.

Standar terbaik BOPO menurut Bank Indonesia adalah 92%. Variabel ini mempunyai bobot nilai sebesar 15%. Skor nilai BOPO ditentukan sebagai berikut; Jika BOPO bernilai :

a. Lebih dari 125%, skor nilai = 0 b. Antara 92% - 125%, skor nilai = 80 c. Antara 85% - 92%, skor nilai = 100 d. Kurang dari 85%, skor nilai = 90

Biaya operasional berupa overhad. Pendapatan opearsional adalah penjumlahan dari pendapatan margin dan bagi hasil lalu dikurangi dana

pihak ketiga ataas hasil kamudian ditambah dengan pendapatan operasional lainnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SEBI No/3/30/DPNP tgl 14 Desember 2001)

Biaya Operasional

BOPO = x 100%

Pendapatan Operasional

3. Rasio Solvabilitas (Solvability Ratio)

Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko kerugian, semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut utnuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono , 2002: 573). Dalam menelaah CAR bank syariah, terlebih dahulu harus dipertimbangkan, bahwa aktiva bank syariah dapat dibagi (Zainul Arifin)

Capital Adequacy Ratio (CAR), adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal

sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (hutang), dll.

Besarnya jumlah modal bank yang harus dimiliki umumnya ditentukan oleh penguasa moneter. Bank sentral sebagai penguasa moneter menetapkan jumlah minimum modal yang harus dipenuhi oleh setiap bank yang kemidian dihubungakan dengan total assetnya. Ketentuan minimum permodalan tersebut biasanya digunakan suatau ukuran yang disebut Capitan Eduquacy Ratio (CAR).(Dahlam Siamat, 2001:103).

CAR Menurut ketentuan Bank Indonesia suatu bank umum sekurang- kurangnya harus memiliki CAR 8%. Variabel ini mempunyai bobot nilai 20%. Skor nilai CAR ditentukan sebagai berikut; Jika CAR bernilai :

a. Kurang dari 8%, skor nilai = 0 b. Antara 8% - 12%, skor nilai = 80 c. Antara 12%- 20%, skor nilai = 90 d. Lebih dari 20%, skor nilai = 100

Berdasarkan Deregulasi BI tertanggal 29 Februari 1993, bank yang dinyatakan termasuk bank sehat (berkinerja baik) apabila memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh

Rasio ini dapat dirumuskan sebagi berikut (SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001):

Modal Bank

CAR = x 100% Total ATMR

Dokumen terkait