31 Desember RASIO-RASIO 31 Oktober
2007 2006 2005 2004* 2003* 2002*
RASIO PERTUMBUHAN
Pendapatan Usaha-Bersih n.a 149% 51% -4% -1% -
Laba (Rugi) Usaha n.a 239% -48% -2.421% 1% -
Laba (Rugi) Bersih n.a 150% 52% -2.710% -38% -
Jumlah Kewajiban n.a 6% -17% 18% -44% -
Jumlah Ekuitas n.a 78% 271% -45% -223% -
Jumlah Aktiva n.a 46% 45% -5% 20% -
RASIO USAHA(x)
Laba (Rugi) Usaha / Pendapatan Usaha –
Bersih 0,25 0,23 (0,41) (0,42) 0,02 0,02
Laba (Rugi) Bersih / Pendapatan Usaha –
Bersih 0,13 0,12 (0,59) (1,84) 0,07 0,11
Laba (Rugi) Usaha / Jumlah Ekuitas 0,13 0,09 (0,12) (0,30) 0,01 (0,01) Laba (Rugi) Bersih / Jumlah Ekuitas 0,07 0,05 (0,17) (1,32) 0,03 0,06 Laba (Rugi) Usaha / Total Aktiva 0,06 0,06 (0,07) (0,06) 0,00 0,00 Laba (Rugi) Bersih / Total Aktiva 0,03 0,03 (0,09) (0,28) 0,01 0,02
RASIO KEUANGAN (x)
Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar 2,26 1,76 1,99 0,72 0,39 0,20 Jumlah Kewajiban / Jumlah Ekuitas 1,42 0,48 0,81 3,64 1,70 (3,76) Jumlah Kewajiban / Jumlah Aktiva 0,59 0,33 0,45 0,78 0,63 1,36
*)disajikan kembali
X. EKUITAS
Tabel berikut menggambarkan posisi ekuitas Perseroan berdasarkan laporan keuangan Perseroan untuk periode sepuluh bulan yang berakhir pada tanggal 31 Oktober 2007 dan tahun–tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2006 dan 2005 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Jimmy Budhi &
Rekan dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian.
(dalam jutaan Rupiah) 31 Desember
EKUITAS 31 Oktober
2007 2006 2005
Modal dasar 42.112 5.211.165 5.211.165
Modal ditempatkan dan disetor penuh 2.470.502 2.456.762 1.903.092
Uang muka setoran modal - - -
Tambahan modal disetor 33.865 29.056 -
Laba investasi efek yang belum teralisasi 966 743 374
Cadangan lindung nilai 204.273 - -
Defisit (864.335) (991.139) (1.063.819)
Jumlah Ekuitas 1.845.271 1.495.422 839.647
Seandainya perubahan ekuitas Perseroan yang terjadi akibat adanya PUT I saham kepada masyarakat sejumlah sebanyak-banyaknya 8.638.079.352 (delapan miliar enam ratus tiga puluh delapan juta tujuh puluh sembilan ribu tiga ratus lima puluh dua) saham, maka proforma ekuitas pada tanggal tersebut adalah sebagai berikut:
(dalam jutaan Rupiah)
Keterangan
Modal Ditempatkan
dan Disetor Penuh
Uang muka setoran modal
Laba investasi efek yang belum
terealisasi
Cadangan lindung nilai
Akumulasi
defisit Jumlah Ekuitas
Posisi Ekuitas menurut laporan keuangan per tanggal 31 Oktober 2007 dengan nilai nominal per saham Seri A Rp 200 per saham dan nominal Saham Seri B Rp 100 per saham
2.470.501 33.864 965 204.273 864 1.845.271
Sejumlah sebanyak-banyaknya 8.638.079.352 saham dari PUT I dengan nilai nominal Rp 100,- setiap saham dengan harga penawaran sebesar Rp 350,- setiap saham
863.808 2.159.520 - - - 3.023.328
Proforma Ekuitas pada tanggal 31
Oktober 2007 setelah PUT I 3.334.309 2.193.384 965 204.273 864 4.868.599
XI. PERPAJAKAN
Pajak Penghasilan atas dividen saham dikenakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.17 tanggal 2 Agustus 2000 (berlaku Efektif 1 Januari 2001) mengenai perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No.10 tanggal 9 Nopember 1994 tentang perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1991 tanggal 30 Desember 1991 mengenai perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, penerima dividen atau pembagian keuntungan yang diterima oleh Perseroan Terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis atau Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia juga tidak termasuk sebagai Objek Pajak Penghasilan sepanjang seluruh syarat-syarat dibawah ini terpenuhi:
1. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2. Bagi Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25%
dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif diluar kepemilikan saham tersebut
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek, juncto Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.14 tahun 1997 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek dan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No.SE-07/PJ.42/1995 tanggal 21 Pebruari 1995, perihal Pengenaan Pajak Penghasilan atas Penghasilan Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek (seri PPh Umum Nomor 3 juncto SE-06/Pj.4/1997 tanggal 20 Juni 1997 perihal : Pelaksanaan pemungutan Pph atas penghasilan dari transaksi penjualan saham di Bursa Efek), telah ditetapkan sebagai berikut :
- Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi dan badan dari transaksi penjualan saham di Bursa Efek dipungut Pajak Penghasilan sebesar 0,10% dari jumlah bruto nilai transaksi dan bersifat final. Pembayaran dilakukan dengan cara pemotongan oleh penyelenggara Bursa Efek melalui perantara pedagang efek pada saat pelunasan transaksi penjualan saham;
- Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan Pajak Penghasilan sebesar 0,50% dari nilai saham perusahaan pada saat Penawaran Umum Perdana;
Pemilik saham pendiri diberikan kemudahan untuk memenuhi kewajiban pajaknya berdasarkan perhitungan sendiri sesuai dengan ketentuan di atas. Dalam hal ini, pemilik saham pendiri untuk kepentingan perpajakan dapat menghitung final atas dasar anggapannya sendiri bahwa sudah ada penghasilan. Penyetoran tambahan pajak penghasilan dilakukan oleh Perseroan atas nama pemilik saham pendiri dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 bulan setelah saham diperdagangkan di Bursa Efek. Namun apabila pemilik saham pendiri tidak memanfaatkan kemudahan tersebut, maka penghitungan Pajak Penghasilannya dilakukan berdasarkan tarif Pajak Penghasilan yang berlaku umum sesuai dengan Pasal 17 Undang-Undang No.7, tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.10 tahun 1994.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.651/KMK.04/1994 tanggal 29 Desember 1994 tentang “Bidang-Bidang Penanaman Modal Tertentu Yang Memberikan Penghasilan Kepada Dana Pensiun Yang Disetujui Menteri Keuangan Republik Indonesia Tidak Termasuk Sebagai Objek Pajak Penghasilan”, maka penghasilan dari Dana Pensiun yang ijin usahanya disetujui Menteri Keuangan Republik Indonesia tidak termasuk sebagai Objek Pajak Penghasilan, apabila penghasilan tersebut diterima atau diperoleh dari penanaman dalam bentuk efek yang diperdagangkan pada Bursa Efek di Indonesia.
Sesuai dengan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No.SE-28/PJ.43/1995 tanggal 22 Mei 1995, perihal Pajak Penghasilan Pasal 23 atas bunga obligasi dan dividen yang diterima Wajib Pajak Orang Pribadi (seri PPh Pasal 23 / Pasal 26 No. 6), maka bunga obligasi dan dividen baik yang berasal dari saham atau sekuritas, baik yang diperdagangkan di Pasar Modal maupun yang tidak, yang terutang atau
dibayarkan kepada Wajib Pajak dalam negeri orang pribadi dalam tahun 1995 dan seterusnya, dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto.
Dividen yang dibayarkan kepada wajib pajak luar negeri akan dikenakan tarif sebesar 20% (dua puluh persen) atau tarif yang lebih rendah dalam hal pembayaran dilakukan kepada mereka yang merupakan penduduk dari suatu negara yang telah menandatangani suatu perjanjian penghindaran pajak berganda dengan Indonesia, dengan memenuhi Surat Edaran Dirjen Pajak No.SE-03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 tentang Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B).
Dividen yang dibayarkan kepada wajib pajak luar negeri akan dikenakan tarif sebesar 20% (dua puluh persen) atau tarif yang lebih rendah dalam hal pembayaran dilakukan kepada mereka yang merupakan penduduk dari suatu negara yang telah menandatangani suatu perjanjian penghindaran pajak berganda dengan Indonesia, dengan memenuhi Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-03/PJ.101/1996 tanggal 29 Maret 1996 tentang Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B).
Atas transaksi penjualan saham di Indonesia dikenakan bea materai sebesar Rp 6.000,- (enam ribu Rupiah) atas transaksi dengan nilai lebih dari Rp 1.000.000,- (satu juta Rupiah) dan Rp 3.000,- (tiga ribu Rupiah) dengan nilai sebesar Rp 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu Rupiah) sampai dengan Rp 1.000.000,- (satu juta Rupiah). Transaksi dengan nilai kurang dari Rp 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu Rupiah) tidak dikenakan bea materai.
CALON PEMBELI SAHAM DALAM PUT I INI DIHARAPKAN UNTUK BERKONSULTASI DENGAN