• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

4. Rasio rujukan per kunjungan

dilakukan, akan tetapi sebagian penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan tingkat primer masih banyak menghadapi masalah. Beberapa masalah utama yang dihadapi adalah :

1. Pemerataan pelayanan

2. Kualitas (mutu) pelayanan

3. Inefisiensi pelayanan kesehatan

4. Pola pembiayaan dan subsidi yang tidak terarah

5. Mutu sumber daya penyelenggara upaya pelayanan

6. Pemenuhan obat dan bahan habis pakai

7. Belum berjalannya sistem rujukan dengan baik.

Rasio rujukan dari fasilitas pelayanan tingkat pertama ke fasilitas pelayanan tingkat lanjutan ditentukan dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan tahun 2007, tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin standar rasio rujukan dari pelayanan tingkat pertama ke pelayanan tingkat lanjutan secara Nasional adalah 12%.

Metode pembayaran kapitasi yang diberikan terpisah antara pelayanan rawat jalan tingkat pertama dan pelayanan lanjutan tanpa diimbangi dengan insentif yang memadai untuk mengurangi rujukan, PPK akan dengan mudah merujuk pasiennya ke spesialis. Dengan merujuk, waktunya untuk memeriksa menjadi lebih cepat (Thabrani, 1998) cit Hendrartini (2007).

8. Biaya dan kualitas pelayanan

Kaitan antara biaya dan kualitas sangat rumit. Peningkatan biaya kesehatan tidak selalu diikuti dengan peningkatan mutu pelayanan. Sebaliknya, upaya kesehatan yang termurah tidak selalu memberikan hasil yang terburuk. Kualitas yang baik ialah

dengan mengurangi jumlah barang yang mubadzir dan menghindari pemeriksaan yang tidak perlu. Seringkali perbaikan pada pelayanan akan mengurangi terjadinya sampah. Kadang-kadang pengobatan yang lebih mahal akan lebih menghemat (Kuswadji, 1996).

B. Penelitian Terkait yang Pernah Dilakukan

Penelitian tentang hubungan antara metode pembiayaan dengan efisiensi biaya dan kepuasan pasien dilakukan oleh Alwi Alhabsyi (2007) yang berjudul ”Pengaruh Pembayaran Kapitasi terhadap Deman Pelayanan Dokter dan Kepuasan Pasien”. Penelitian Alwi dilakukan di Provinsi DKI Jakarta dan Banten pada karyawan swasta beserta keluarga yang dijamin asuransi komersial PT Askes, di mana dokter primer dibayar dengan cara kapitasi. Sebagai pembanding adalah karyawan swasta dan keluarga yang bukan peserta PT Askes dan membayar dokter secara fee for service. Hasil penelitian menunjukkan, biaya kesehatan pembayaran kapitasi mampu menekan biaya pelayanan 1/2 kali lebih rendah daripada fee for service tanpa menimbulkan dampak negatif pada kepuasan pasien.

Hasil penelitian yang pernah dilakukan terhadap peresepan dokter umum, didapatkan bahwa dokter yang memberikan pelayanan tingkat dasar (primary care physicians) meresepkan obat yang tidak efektif (prescribed ineffective drugs) sebesar

32% sampai 88% dari total peresepan. Lebih dari 40% peresepan menyebabkan resiko interaksi antar obat, permasalahan umur (age problems) dan over dosis (Coste and Venot 1999 cit Kathryn et al, 2006).

Penelitian tentang utilization review PPK tingkat pertama dilakukan oleh I Gede Made Wintera dan Julita Hendrartini (2005) tentang rasio rujukan per kunjungan pasien Askes yang dilayani di Puskesmas yang dibayar dengan sistem kapitasi. Rasio rujukan per kunjungan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu < 7%, 7%-10%, dan >10%. Hasil penelitian menggambarkan sebagian besar puskesmas (72,8%) merujuk pasien Askes ke PPK tingkat lanjutan di atas 10%, sedangkan puskesmas yang merujuk di bawah 7% hanya 13,6%. Rasio rujukan minimal sebesar 5,4% dan maksimal 24%, sedangkan rata-rata rasio rujukan sebesar 14,1%. Menurut standar nasional, rasio rujukan yang baik adalah 7%-10%, rasio di bawah 7%, dan di atas 10% termasuk kriteria buruk.

C. Kerangka Pikir

Metode Pembayaran Kapitasi Dokter Keluarga

Penyediaan pelayanan kesehatan

Efisiensi biaya pelayanan

Fee for service Kapitasi Jasa Kapitasi Jasa dan Obat Kualitas pelayanan

Gambar 2.1: Kerangka pemikiran hubungan antara metode pembayaran dengan efisiensi biaya pelayanan kesehatan dan kualitas pelayanan

D. Hipotesis

1. Ada pengaruh metode pembayaran kepada dokter keluarga terhadap efisiensi biaya pelayanan. Metode pembayaran kapitasi jasa dan obat lebih efisien dibanding dengan kapitasi jasa.

2. Ada pengaruh metode pembayaran kepada dokter keluarga terhadap kualitas pelayanan yaitu kepuasan pasien. Pasien lebih puas dilayani oleh Dokter Keluarga yang dibayar dengan kapitasi jasa dibanding dengan kapitasi jasa dan obat.

3. Ada pengaruh metode pembayaran kepada dokter keluarga terhadap utilisasi/pemanfaatan pelayanan. Rasio rujukan per kunjungan pasien pada Dokter Keluarga yang dibayar dengan kapitasi jasa dan obat lebih tinggi dibanding kapitasi jasa.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo. Lokasi ini diambil dengan pertimbangan bahwa domisili sampel berada di kedua wilayah tersebut.

C. Populasi sasaran:

Populasi sasaran adalah Peserta Askes yang dilayani oleh Dokter Keluarga wilayah Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo, dan Dokter Keluarga yang domisili di Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo.

D. Populasi Studi/Sampel:

1. Pasien Askes yang dilayani Dokter Keluarga dengan metode pembayaran kapitasi jasa dan obat.

2. Pasien Askes yang dilayani Dokter Keluarga dengan metode pembayaran kapitasi jasa.

E. Waktu Penelitian

Waktu penelitian menggunakan data bulan September - Oktober 2007.

F. Ukuran Sampel (n): 120 subyek penelitian

1. Pasien Askes yang dilayani Dokter Keluarga dengan metode pembayaran kapitasi jasa dan obat: 60 orang.

2. Pasien Askes yang dilayani Dokter Keluarga dengan metode pembayaran kapitasi jasa: 60 orang.

G. Desain sampling:

1. Jumlah Dokter Keluarga di Kabupaten Sukoharjo dengan metode pembayaran kapitasi jasa dan obat ada 4 orang, diambil semua.

2. Jumlah Dokter Keluarga di Kota Surakarta dengan metode pembayaran kapitasi jasa ada 9 orang, diambil semua.

3. Sampel (Peserta Askes) diambil dari catatan medis yang ada di Dokter Keluarga, diambil secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis (Murti, 2006).

H. Kerangka penelitian

Gambar 3.1: Kerangka penelitian

Dokter dengan kapitasi jasa ada 9 diambil semua, dan pasien yang pernah berkunjung di 9 Dokter tersebut diambil secara random sebanyak 60 orang. Dokter dengan Kapitasi Jasa dan Obat ada 4 diambil semua, kemudian pasien yang pernah berkunjung di 4 Dokter tersebut diambil secara random sebanyak 60 orang.

Dokter Keluarga

Dokter Kapitasi Jasa Dokter Kapitasi Jasa+Obat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4

60 Subyek 60 Subyek

Pengukuran variabel

Analisa Data

I. Variabel Penelitian

1. Variabel Tergantung/Dependen: 1) Efisiensi biaya pelayanan 2) Kepuasan pasien

3) Utilisasi pelayanan 2. Variabel Bebas/Independen:

Metode pembayaran kepada provider.

J. Definisi Operasional Variabel Penelitian, Alat Ukur dan Skala Pengukuran

1. Efisiensi biaya pelayanan

Biaya pelayanan adalah sejumlah dana yang harus disediakan oleh peyelenggara pelayanan kesehatan, untuk dapat menyelenggarakan pelayanan di Dokter Keluarga.

Efisiensi biaya pelayanan akan dihitung dengan cara menghitung rasio antara cost (biaya) dibagi effectiveness (kepuasan) masing-masing pasien.

Alat ukur: Catatan administrasi Skala pengukuran: kontinyu 2. Kualitas pelayanan kesehatan

Adalah derajat ketercapaian atau derajat kesepadanan dari keluaran (out come) pelayanan kesehatan yang diberikan, dengan keluaran (out come) pelayanan

kesehatan yang ditentukan atau diharapkan pasien. Dinilai dua yang dinilai yaitu:

1) Kepuasan pasien adalah kualitas pelayanan yang dipersepsikan oleh pasien, yaitu derajat ketercapaian atau derajat kesepadanan dari pelayanan yang dialami atau diterima, mengurai pelayanan ke dalam lima dimensi, yaitu dimensi kehandalan (reliability), dimensi tanggapan (responsiveness), dimensi jaminan (assurance), dimensi empati (empathy), dan dimensi tampilan (tangible).

Alat ukur: Kuesioner Skala pengukuran: kontinyu

2) Utilisasi pelayanan/tingkat pemanfaatan pelayanan (rasio rujukan) adalah jumlah pasien yang dirujuk ke spesialis per 100 kunjungan, satuan %.

Alat ukur: Catatan administrasi Skala pengukuran: kontinyu 3. Metode pembayaran kepada provider

Adalah: Metode pembayaran kepada Dokter Keluarga berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar, prepaid.

1) Kapitasi jasa

Metode pembayaran kepada Dokter Keluarga berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar, prepaid, nilai biaya per jiwa per bulan dengan benefit pelayanan Dokter (tanpa obat). Dokter hanya menuliskan

resep, obat dilayani oleh Apotik yang sudah ditunjuk oleh PT. Askes (Persero), Apotik mengajukan tagihan ke PT. Askes.

2) Kapitasi jasa+obat

Metode pembayaran kepada Dokter Keluarga berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar, prepaid, nilai biaya per jiwa per bulan dengan benefit pelayanan Dokter dengan obat.

Alat ukur: Catatan administrasi

Skala pengukuran: dikotomi (0)=kapitasi jasa; (1) kapitasi jasa+obat

K. Tes validitas dan reliabilitas

Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan SPSS yaitu alpha cronbach untuk menguji item-item kuesioner yang disebut konsistensi internal (Murti, 2008). Kemudian juga dilakukan test-retest reliability. Retest dilakukan 5 hari setelah tes pertama pada orang yang sama.

L. Teknik Pengumpulan Data

1. Data diperoleh melalui wawancara pasien.

2. Permintaan data ke PT. Askes (Persero) Cabang Surakarta. Pengumpulan data dilakukan oleh penulis dibantu 5 orang.

M. Teknik Analisa Data

Penelitian ini dianalisa dengan menggunakan Uji-t dan Mann-Whitney.

Data kontinyu dideskripsikan dalam parameter mean, standar deviasi, median. Data katagorikal dideskripsikan dalam frekuensi dan persen.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tes validitas dan reliabilitas

Kerangka yang digunakan dalam penelitian ketidakpuasan, yaitu mengurai pelayanan ke dalam lima dimensi, yaitu dimensi kehandalan (reliability) yaitu kemampuan untuk memenuhi layanan yang dijanjikan secara tepat dan tanpa menunggu diminta, dimensi tanggapan (responsiveness) yaitu keinginan untuk menolong dan memberikan layanan dengan segera, dimensi jaminan (assurance) yaitu kemampuan untuk membangkitkan rasa percaya diri dan saling percaya satu dengan yang lain, dimensi empati (empathy) yaitu memberikan perhatian dan turut merasakan, dan dimensi tampilan (tangible) yaitu fasilitas fisik, peralatan dan personalia (Carman, 1990).

Lima dimensi tersebut diurai menjadi 33 item pertanyaan yaitu dimensi kehandalan (reliability) ada 7 item, dimensi tanggapan (responsiveness) ada 6 item, dimensi jaminan (assurance) ada 7 item, dimensi empati (empathy) ada 6 item, dan dimensi tampilan (tangible) ada 7 item. Kuesioner diujikan pada 20 orang pasien yang mendapatkan pelayanan Dokter Keluarga yang termasuk dalam penelitian untuk mengetahui korelasi antar item dan item total. Pada pertama kali dilakukan penghitungan, kehandalan (reliability) dengan 7 item pertanyaan menghasilkan alpha Cronbach 0.39, dimensi tanggapan (responsiveness) dengan 6 item pertanyaan

menghasilkan alpha Cronbach 0.37, dimensi jaminan (assurance) dengan 7 item pertanyaan menghasilkan alpha Cronbach 0.25, dimensi empati (empathy) dengan 6 item pertanyaan menghasilkan alpha Cronbach 0.54, dan dimensi tampilan (tangible) dengan 7 item pertanyaan menghasilkan alpha Cronbach 0.46. Secara total hasil penghitungan dari 33 item pertanyaan tersebut menghasilkan nilai alpha Cronbach 0.67.

Setelah kuesioner yang bernilai nol dan dibawah 0.20 dibuang, item yang tersisa (yang memenuhi syarat) dilakukan penghitungan kembali dengan SPSS versi 15 dan dihasilkan nilai alpha Cronbach 0.69, dengan perincian masing-masing dimensi terlihat dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1: Hasil tes Reliabilitas kuesioner persepsi pasien tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan

Item Dimensi Kualitas Korelasi item total alpha Cronbach re 1 Reliability 0.64 re 2 Reliability 0.64 re 3 Reliability 0.42 re 4 Reliability 0.34 re 7 Reliability 0.47 0.64 rp 2 Responsiveness 0.32 rp 4 Responsiveness 0.22 rp 6 Responsiveness 0.23 0.34 as 4 Assurance 0.40 as 6 Assurance 0.40 0.44 em 1 Empathy 0.65 em 2 Empathy 0.28 em 3 Empathy 0.27 em 6 Empathy 0.54 0.64 ta 1 Tangible 0.54 ta 3 Tangible 0.34 ta 6 Tangible 0.62 0.68

B. Berbagai aspek efisiensi pada metode pembiayaan kapitasi jasa dan kapitasi jasa+obat

Pengaruh metode pembiayaan pada dokter keluarga terhadap beberapa aspek efisiensi dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Berbagai aspek efisiensi pada metode pembiayaan Kapitasi jasa dan Kapitasi jasa+obat

Kapitasi Jasa Kapitasi Jasa+Obat

No Variabel n Mean SD n Mean SD

Z Mann-Whitney P 1. Kualitas

pelayanan

50 15.44 1.73 30 16.03 1.79 1.79 0.073

2. Biaya per peserta per bulan (Rupiah) 9 2682.89 1419.36 4 2200.00 200.00 0.16 0.940 3. Cost/Effectiveness Ratio 9 169.29 84.83 4 136.52 19.50 0.62 0.604 4. Rasio rujukan per

kunjungan

9 0.22 0.14 4 0.33 0.11 1.54 0.148

1. Kualitas pelayanan

Jumlah responden pada metode pembayaran kapitasi jasa didapat 50 pasien. Sebagian besar responden bertempat tinggal di kota Surakarta sehingga akses dalam mencari data lebih mudah. Total item pertanyaan ada 17, artinya bahwa apabila hasil jawaban responden sebesar 17 berarti kualitas pelayanan sesuai dengan harapan responden. Dari jawaban 50 peserta hasilnya bervariasi, rata-rata sebesar 15.44 dengan standar deviasi sebesar 1.73.

Pada metode kapitasi jasa+obat didapat 30 pasien yang berhasil diwawancarai. Pada metode ini sebagian besar pasien berdomisili di kabupaten Sukoharjo wilayah perkampungan, sehingga relative sulit dijangkau. Dari 30 responden, persepsi terhadap kualitas pelayanan dokter keluarganya bervariasi, dengan nilai rata-rata 16.03 dan standar deviasi 1.79.

Dilihat dari hasil rata-rata nilai antara kedua kelompok, metode kapitasi jasa+obat mempunyai angka lebih tinggi dari pada metode kapitasi jasa (selisih angka 0.59), artinya bahwa secara total pasien yang dilayani oleh dokter keluarga dengan metode kapitasi jasa+obat pelayanannya lebih bagus dibanding pelayanan dokter keluarga yang dibayar dengan metode kapitasi jasa. Namun demikian, secara statistik angka ini tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0.073). Dengan batasan signifikan p<0.005, angka ini sudah mendekati signifikan (berada pada nilai margin). Dengan hasil nilai berada pada margin seperti ini, kemungkinan dipengaruhi oleh jumlah responden. Apabila dilakukan penelitian pada responden lebih banyak, maka akan nampak hasil yang signifikan.

2. Biaya per peserta per bulan (Rupiah)

Jumlah dokter yang dibayar dengan metode kapitasi jasa sebanyak 9 dokter. Metode ini hanya membayar kepada dokter untuk pelayanan jasa saja, sedangkan obat diresepkan oleh dokter. Pasien mengambil obat di apotek yang sudah ditunjuk. Apotek menagihkan biaya obat ke pihak penjamin dan dibayar secara tunai (identik dengan fee for service). Besarnya biaya obat tidak menjadi

beban dokter. Komponen biaya per peserta per bulan pada metode ini dihitung berdasarkan jumlah kumulatif total biaya kapitasi jasa ditambah total biaya obat tagihan dari apotik, dibagi total peserta terdaftar. Hal ini menyebabkan biaya per peserta per bulan sangat dipengaruhi oleh besarnya tagihan obat. Semakin tinggi tagihan obat dari apotek, maka semakin besar biaya per peserta per bulan, demikian juga sebaliknya, apabila realisasi biaya obat turun maka biaya per peserta menjadi turun juga. Hasil perhitungan yang didapat menunjukkan bahwa rata-rata biaya per peserta per bulan untuk metode kapitasi jasa sebesar Rp 2682.89 dengan standar deviasi Rp 1419.36. Artinya bahwa realisasi biaya obat antara dokter satu dengan dokter yang lain pada metode pembayaran yang sama perbedaannya cukup jauh.

Jumlah dokter yang dibayar dengan metode kapitasi jasa+obat sebanyak 4 dokter. Besaran biaya yang dibayarkan kepada dokter merupakan fix cost per peserta per bulan, tidak melihat berapa peserta yang sakit. Besaran biaya ini mencakup jasa pelayanan dan obat, artinya bahwa dokter bertanggungjawab terhadap pembiayaan obat pada pasien. Hasil perhitungan pada metode kapitasi jasa+obat, rata-rata biaya per peserta per bulan adalah Rp 2200.00 dengan standar deviasi 200.00.

Dari hasil rata-rata biaya per jiwa per bulan antara kedua kelompok, pada metode kapitasi jasa mempunyai angka lebih tinggi dari pada metode kapitasi jasa+obat (selisih biaya Rp 482.89), artinya bahwa biaya yang dikeluarkan untuk metode kapitasi jasa lebih tinggi daripada metode kapitasi jasa+obat. Namun

demikian, perbedaan tersebut secara statistik tidak signifikan (p=0.940). Hal ini disebabkan karena angka deviasi pada metode kapitasi jasa cukup besar, sehingga mempengaruhi nilai p. -500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000

kapitasi jasa kapitasi jasa+obat Metode pembiayaan M e a n b ia y a p e r p e s e rt a p e r b u la n ( R u p ia h )

Pada Gambar 4.1. terlihat bahwa ada perbedaan rata-rata biaya per peserta per bulan (Rupiah). Pada metode Kapitasi jasa biayanya lebih tinggi daripada kapitasi jasa+obat, artinya bahwa pada metode kapitasi jasa+obat lebih efisien daripada metode kapitasi jasa, tetapi perbedaan ini tidak signifikan secara statistik.

3. Cost/Effectiveness Ratio

Cost/Effectiveness Ratio adalah rasio biaya dibagi tingkat kualitas pelayanan. Pada metode kapitasi jasa rata-rata Cost/Effectiveness Ratio sebesar 169.29 dengan standar deviasi 84.83 sedangkan kapitasi jasa+obat mempunyai rata-rata 136.52

Gambar 4.1 Perbedaan mean biaya per peserta per bulan antara Metode Pembiayaan Kapitasi Jasa dan Kapitasi Jasa + Obat

dengan standar deviasi 19.50. Apabila angka rat-rata Cost/Effectiveness Ratio dibandingkan, ternyata pada metode kapitasi jasa mempunyai angka lebih tinggi daripada metode kapitasi jasa+obat (selisih 33.77) tetapi secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara keduanya (p=0.604). Hal ini disebabkan karena standar deviasi yang tinggi pada metode kapitasi jasa, artinya bahwa dari 9 dokter biaya atau kualitas pelayanannya sangat bervariasi dan variasinya cukup lebar.

Pada Gambar 4.2. terlihat bahwa ada perbedaan rata-rata Cost/Effectiveness Ratio. Pada metode kapitasi jasa rasionya lebih tinggi daripada kapitasi jasa+obat, artinya bahwa pada metode kapitasi jasa+obat lebih efisien daripada metode kapitasi jasa, tetapi perbedaan ini tidak signifikan secara statistik.

4. Rasio rujukan per kunjungan

Metode pembiayaan

Kapitasi jasa + obat Kapitas jasa M ea n C E R at io 200.00 150.00 100.00 50.00 0.00

Gambar 4.2 Perbedaan Cost-Effectiveness Ratio antara Metode Pembiayaan Kapitasi Jasa dan Kapitasi Jasa + Obat

Rasio rujukan adalah jumlah pasien yang dirujuk ke rumah sakit dibagi total jumlah kunjungan per bulan. Pada metode kapitasi jasa, di antara 9 dokter mempunyai angka rasio rujukan yang berbeda-beda, tetapi rata-rata adalah 0.22 atau 22%, artinya bahwa dari 100 pasien yang berkunjung ada 22 pasien yang dirujuk. Standar deviasi 0.14. Metode kapitasi jasa+obat sebanyak 4 dokter juga mempunyai angka rasio rujukan yang berbeda-beda, dengan angka rata-rata 0.33 atau 33%, artinya dari 100 pasien yang berkunjung ada 33 pasien yang dirujuk. Standar deviasi 0.11. Pada metode kapitasi jasa+obat pasien lebih banyak dirujuk daripada metode kapitasi jasa (selisih 11), namun demikian dari perhitungan secara statistik angka tersebut tidak ada perbedaan yang bermakna (p=0.148).

C. Pembahasan

Beberapa variabel yang diteliti sebagai akibat pengaruh dari metode pembayaran kepada dokter keluarga adalah sebagai berkut:

1. Kualitas pelayanan

Kualitas pelayanan yang diteliti adalah dari persepsi pasien, artinya bahwa kualitas pelayanan ini menunjukkan kesesuaian antara harapan peserta dan kenyataan yang diterima. Semakin tinggi nilainya maka semakin tinggi kualitas pelayanannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada metode kapitasi jasa dan kapitasi jasa+obat secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0.073). Nilai nilai p yang dihasilkan berada pada batas ambang (margin). Jumlah responden mungkin

berpengaruh terhadap hasil. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambah jumlah responden.

Dari hasil rata-rata antara kedua metode, pasien yang dilayani oleh dokter keluarga yang dibayar dengan metode kapitasi jasa+obat nilainya lebih tinggi, artinya kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang diterima oleh pasien lebih kecil. Perbedaan pokok yang berakibat langsung kepada pasien antara kedua sistem ini adalah sistem pelayanan obat. Pada sistem kapitasi jasa, pasien mendapatkan resep dan obat diambil di apotek yang jaraknya relatif jauh dari dokter, sehingga pasien masih mengeluarkan biaya transport. Metode ini diterapkan pada 9 dokter yang berdomisili di kota Surakarta. Satu dokter disiapkan satu apotek yang ditunjuk untuk melayani resep-resepnya. Pada metode kapitasi jasa+obat, pelayanan obat diberikan langsung oleh dokter. Metode ini diterapkan pada 4 dokter yang berada di wilayah perkampungan di kabupaten Sukoharjo, yang mana jarak antara dokter dan apotek sangat jauh. Dari hasil yang menunjukkan bahwa rata-rata nilai lebih tinggi pada metode kapitasi jasa, dapat diartikan bahwa pasien lebih senang dilayani dengan sistem pelayanan obat secara langsung.

Pada metode kapitasi jasa, obat yang diresepkan ditagihkan oleh apotek ke pihak penjamin (PT. Askes) secara tunai (identik dengan fee for service), sedangkan metode kapitasi jasa+obat biaya kapitasi dibayarkan berupa fix cost.

Walaupun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien lebih senang dilayani oleh dokter yang dibayar dengan metode kapitasi jasa+obat, tetapi secara statistik perbedaan tersebut tidak signifikan. Penelitian yang hampir sama dilakukan oleh

Alwi Alhabsyi (2007) yang berjudul ”P engaruh Pembayaran Kapitasi terhadap Deman Pelayanan Dokter dan Kepuasan Pasien”. Penelitian Alwi dilakukan di Provinsi DKI Jakarta dan Banten pada karyawan swasta beserta keluarga yang dijamin asuransi komersial PT Askes, di mana dokter primer dibayar dengan cara kapitasi. Sebagai pembanding adalah karyawan swasta dan keluarga yang bukan peserta PT Askes dan membayar dokter secara fee for service. Hasil penelitian menunjukkan, pembayaran kapitasi mampu menekan biaya pelayanan dua kali lebih sedikit daripada fee for service tanpa menimbulkan dampak negatif pada kepuasan pasien. Artinya bahwa tidak ada perbedaan kepuasan pasien yang dilayani oleh dokter yang dibayar dengan sistem kapitasi maupun fee for service.

2. Biaya per peserta per bulan

Rata-rata biaya per peserta per bulan pada metode kapitasi jasa terdiri dari dua komponen, yaitu kapitasi jasa yang merupakan fix cost dan biaya obat. Besarnya biaya obat ini sangat bervariasi pada masing-masing dokter tergantung pada:

1) Banyaknya pasien yang sakit dan membutuhkan obat pada saat penelitian. 2) Berat ringan penyakit pasien

3) Pola peresepan dokter

Biaya rata-rata per peserta per bulan pada metode kapitasi jasa lebih tinggi dibanding metode kapitasi jasa+obat dengan selisih cukup tinggi yaitu Rp 482.89. Namun demikian dari perhitungan secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna (p=0.940), hal ini disebabkan karena deviasi yang cukup besar di antara dokter

dengan metode kapitasi jasa. Artinya bahwa rata-rata biaya per peserta per bulan dari 9 dokter perbedaannya terlalu besar. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah peserta yang sakit dan memerlukan obat dan biaya obat yang diresepkan.

Pada metode kapitasi jasa, biaya obat tidak menjadi beban dokter keluarga dan dibayar secara tunai (identik dengan cara fee for service) oleh penjamin (PT. Askes). Biaya obat ini merupakan komponen utama yang mempengaruhi biaya per peserta per bulan pada metode kapitasi jasa. Sistem pembayaran fee for services cenderung tidak efisien dan biaya sulit untuk dikendalikan (Hendrartini, 2007).

Hasil penelitian yang pernah dilakukan terhadap peresepan dokter umum, didapatkan bahwa dokter yang memberikan pelayanan tingkat dasar (primary care physicians) meresepkan obat yang tidak efektif (prescribed ineffective drugs) sebesar 32% sampai 88% dari total peresepan. Lebih dari 40% peresepan menyebabkan resiko interaksi antar obat, permasalahan umur (age problems) dan over dosis (Coste and Venot 1999 cit Kathryn et al, 2006).

Meskipun perbedaan angka antara kedua metode tidak bermakna secara statistik, tetapi kita harus mewaspadai adanya deviasi yang besar pada metode

Dokumen terkait