THE IMPLEMENTATION OF PEER FEEDBACK
RAW DATA FROM THE INTERVIEW APPENDIX 7
Class A Class B No Questions + - + - PROCESS
Why yes? Why not? Why yes? Why not?
Tidak selalu. Kalau sudah jelas, tidak usah dikasih komentar. Takut di bilang sok pintar.
Iya selalu. Kadang aku justru suka mencari cari sesuatu yang bisa aku komentari.
Aku kasih komentar setau aku aja kalau ada yang kurang.
Aku selalu kasih komentar. 1 Did you always give
comments, corrections, and suggestions to your peer?
Tidak selalu karena bingung mau kasih komentar apa. Tapi kalau aku kasih komentar biasanya di isi
Aku tidak pernah kasih komentar karena aku selau dapat partner yang lebih pintar dari aku.
Why yes? Why not? Why yes? Why not?
Iya karena aku tahu aku bener.
Tidak selalu karena takut merasa kurang dan salah
2 Did you feel confident when you were giving feedback to your peer?
Enggak karena takut salah.
Selalu percaya diri agar orang lain percaya.
Ga selau, takut salah. Tapi tetep saja tak omongin. Kan ada diskusi.
Percaya diri aja selama aku emang tahu
salahnya dan tahu ngeberinnya.
Why yes? Why not? Why yes? Why not?
Iya supaya jelas. Iya agar jelas.
Iya biar jelas Iya agar jelas.
3 Did you always ask questions to your peers every time you didn’t understand their comments and
corrections Iya agar jelas. Iya agar jelas.
Why yes? Why not? Why yes? Why not?
Ya jelas iya karena sama temen bisa ngomong apa aja. Kita sama sama sejajar kedudukannya.
Iya. Dengan berdiskusi aku langsung tau feedback yang diberikan temanku secara oral. Iya karena bias santai.
Kalau Tanya dosen aku sungkan. Aku takut dianggap tidak mutu.
Dengan teman aku merasa santai. Dengan berdiskusi kita bisa saling mencari tahu . 4 Did you feel free to do
peer feedback with your peer?
Dengan temen aku ga merasa canggung. Kalau dengan dosen kadang malu.
Iya karena aku dan partnerku
kedudukanyanya sama.dengan dosen itu terbatas, aku ga berani dan tdk PD.
If it is yes, how did you and your peer solve it?
Why not? If it is yes, how did you and your peer solve it?
Why not? Enggak selalu.
Biasanya aku tanya temen dulu. Pilihan terakhir tanya ke dosen.
Tidak selalu. Biasanya kalau ragu langsung tanya ke dosen
Enggak selalu. Aku biasanya Tanya temen yang lebih pintar. Terkadang juga Tanya ke dosen.
Kadang engak bias jadi harus nanya ke dosen. 5 Could you always solve
your writing problems with your peer?
Enggak selalu. Aku lebih cenderung tanya ke teman. Aku takut jika naya ke dosen.
Aku lebih memilih diam saja. Temenku lebih bisa di banding aku.
Bisanya perbedaan pendapat soal tata bahasa. Grammar lebih khususnya tenses.
Soal tata bahasa (grammar) dan format. Iya sama, tenses yang biasanya jadi masalah. 6 What writing problems
did you and your peer usually have?
Biasanya pilihan kata. Kalau grammar jarang. Kalau ada biasanya ke tenses
- Why yes? - Why yes? Kalau memberi
feedback aku sama sekali tidak merasa kesulitan. Hanya saja, kadang aku merasa tidak enak dengan teman.
Iya, ya itu tadi grammar. Kadang bingung tenses yang tepat itu apa.
Tidak juga. Kalaupun sulit yaitu menkoreksi is. Kalau grammar aku kesulitan mengkoreksi tenses. Paling mudah aku mengkoreksi format.
Kalau aku selain grammar, juga word choice atau diction. 7 Did you find any
difficulty in giving feedback to your peers?
Enggak juga sih. Kalau koreksi format mudah karena udah ada checklist.
Iya, aku lemah di grammar.
Why yes? Why not? Why yes? Why not?
Iya karena kalau tidak jelas bisa tanya teman.
Iya karena bisa face to face.
8 Were you convenient when correcting your peer’s draft in class?
Iya karena bisa tanya teman.
Iya karena banyak teman
Iya karena ada teman yang bisa aku buat nanya
Nyaman saja
Why not?
How should it be?
Why not?
How should it be?
Cukup saja. Cukup
Cukup. Cukup
9 Was time to do peer feedback in class sufficient for you?
Cukup banget kadang berlebih jadi malah diskusinya ke mana-mana
Kurang karena
checklistnya ada 3 lembar. Selain itu perlu analisis yang cermat untuk koreksi.
Why yes? Why not? Why yes? Why not?
Kalau kerjaan dia tidak jelas, aku nanya ke siapa. Lebih enak kalau di kelas.
Tidak begitu. Kalau di kelas kan bias diskusi. 10 Were you convenient
when correcting your peer’s draft at home?
Lebih enak di kelas. Kalau bingung kan bias tanya ke teman.
Di rumah juga nyaman tapi lebih nyaman di kelas karena bisa sharing sama teman
Enggak karena tidak tahu harus nanya ke siapa.
Kalau aku nyaman saja dirumah maupun di kelas. Buatku bukan suatu beban yang berat. Why yes?
However, are there any suggestions?
Why not? What did you expect?
Any suggestions?
Why yes? However, are there any
suggestions?
Why not? What did you expect?
Any suggestions? Membantu tetapi kok
sedikit membuatku bosan. Rasanya malas ngeliat checklistnya. Kalau di buat lebih menarik dengan format yang berbeda justru akan lebih menarik. Walaupunrasa maklas timbul tetapi dengan melihat checklist yang formatnya menarik setidaknya rasa untuk mau mengerjakan itu ada walau sedikit.
Membantu banget. Malahan kalau mau ada ujian aku belajar dari checklistnya. Saranku buat checklistnya kalau bisa di kasih contoh. Missal, salutation itu seperti apa.
11 Did the checklists help you to correct your peer’s draft?
Iya membantu karena lebih terarah apa saja yang akan di koreksi. Format checklistnya sudah bagus.
Membantu karena lebih terarah. Sudah ada garis besar apa saja yang harus di koreksi.
Membantu. Kalau ga ada checklist malah bingung. Tapi ya itu tadi kebanyakan PERCEPTION
The implementation of peer feedback Aku menjadi lebih cepat mengetahui
kesalahanku. Kalau soal motivasi sih tidak ya. Biasa saja.
Aku jadi agak mandiri. Kalau soal motivasi sih biasa saja.
Bias belajar dari kesalahan teman. Intinya curi ilmu dari teman.
Aku jadi tambah ilmu saja selain yang aku dapat dari dosen. Soal mtivasi aku juga biasa saja. Hal seperti ini bukan merupakan sesuatu yang baru. 1 What have you got (e.g.
motivation in learning) and learned by doing peer feedback/ what are the benefits of doing peer feedback (being les dependent on teachers, being able to learn from
friend’s mistakes)? Jadi tahu bagian yang salah itu mana dan nambah ilmu dari teman
Bisa belajar dari kesalahan teman
Why? - Why? - 2 What parts that you
liked related to the implementation of peer feedback?
Aku senang belajar koreksi pekerjaan teman. Membuat orang menjadi paham itu merupakan suatu kepuasan hati. Yang tadinya dia tidak tahu, dia jadi tahu karena aku yang menjelaskan. Itu namanya “education orgasm”
Aku suka kerja
kelompoknya sehingga bisa saling mengisi
Hanya santai aja. Iya dengan kerja keompok aku jadi
lumayan bisa tau kesalahanku. Bisa koreksi kerjaan
teman jadi menemukan pengalaman baru
Buatku biasa saja.
- Why? - Why? Bosen karena tidak
didukung dengan keantusiasan. Kalau teman tidak aktiv, aku jadi males malesan juga akhirnya.
Aku sebenarnya tidak suka bagian checklist yang mengharuskan mengkoreksi grammar.
Yang pertama aku tidak tahu kesalahan teman yang sedang aku koreksi. Yang kedua monoton.
Kalau aku tidak sukanya pada waktu ada pemikiran yang berbeda antara aku dan temanku.
3 What parts that you did not like related to the implementation of peer feedback/what are the disadvantages of peer feedback?
Jenuh ya lama lama kalau tiap tugas ada peer feedback. Paling effective 2 atau 3 kali.
feedback Why yes? In what
way?
Why not? Why yes? In what way?
Why not? Iya. Dari situ aku jadi
inget kesalahanku yang pernah aku buat. Jadi besoknya tidak mengulang kesalahan yang sama lagi.
Iya jelas kan buat revisi.
Ya jelas. Aku yang tadinya salah jadi benar.
Iya dengan begitu aku tau kesalahanku dari awal.
1 Is feedback from your peer beneficial to you
Berguna banget. Untuk orang seperti
aku jelas iya. Aku orang yang malas jadi butuh bantuan orang lain
Why yes? Why not? Why yes? Why not?
Jelas aja. Kadang jelas kadang enggak. Untungnya
checklistnya memnbantu.
Biasa. Jelas. Aku juga sama kadang ada yang jelas kadang
enggak 2 Was feedback from your
peer clear to you?
Jelas aja karena dia selalu kasih penjelasan ke aku
Jelas. Kan di kasih penjelasan
Why yes? Why not? Why yes? Why not? Ya puas saja. Kenapa
puas ya karena aku merasa cukup saja. Hanya itu.
Puas saja. Artinya aku di dukung teman.
Kadang enggak karena aku merasa tidak yakin ketika temen hanya menemukan sedikit kesalahan dari tugasku. Rasanya lebih dari tu seharusnya.
Kadang aku merasa kurang.
3 Were you satisfied with your friend’s feedback?
Puas puas aja karena aku memang butuh informasi
Selalu puas karena yakin tugasku bakal menjadi lebih baik
- Why not? - Why not?
4 Did you always include your peers’ corrections and considered their comments and
suggestion to revise your drafts.
Tentu saja pilih pilih dulu. Aku pasti koreksi ulang pekerjaanku sendiri. Kadang kan teman koreksi yang harusnya bear tapi di salahin. Itu sebabnya karena dia tidak menangkap isi yang aku tulis. Misal, dia
Ya ga selalu tapi seringnya aku masukin.
bilang suratku tidak ada pembukaan. Tapi aku bilang ada karena pembukaan aku jadikan satu dengan isi.
Iya. Pernah aku menemukan yang seharusnya salah tapi di betulin. Tapi aku sih percaya percaya saja. Kan ada diskusi.
Kalau aku kalau harus dig anti ya di ganti
Selalu, aku tidak pilih pilih. Tapi aku liat kamus.
Iya selalu karena aku percaya kalau dia benar
Why yes? How significant is it?
Why not? Why yes? How
significant is it?
Why not? Tidak selalu. Karena ya
itu tadi kadang
temanku dan aku beda pemahaman.
Iya, tapi tidak sampai 50%
Iya, lumayan cukup besar.
Iya, cukup. 5 Did feedback from your
peer give influence on your draft improvement?
Iya tapi kalau isi tidak terlalu berpengaruh
- If yes, what are they and why?
- If yes, what are they and why?
Tidak ada. Tidak ada.
Tidak ada. Tidak ada.
6 Are there any other things that didn’t work for you related to your friend’s feedback?
Tidak ada. Biasa saja
IMPLICATION Why yes? Why not? What do you
expect?
Why yes? Why not? What do you expect?
Menurutku tergantung dengan suasana kelasnya. Misalnya, kalau kelasnya aktiv, peer feedback bias di terapkan. Tapi kalau tidak, jangan.
Tergantung materinya.
Iya. Bias santai diskusi dengan teman.
Tergantung materi juga 1 Should peer feedback be
applied in writing class?
Iya karena bisa
membantu teman untuk mendapat ide baru. Dengan diskusi bisa bertukar pikiran
Jelas perlu banget. Orang malas seperti aku perlu. Dengan adanya ini jadi seperti di ‘paksa’ untuk belajar.
Why yes? Why not? How should it be?
Why yes? Why not? How should it be?
Kalau aktiv boleh saja tapi kalau pasiv ya sebaiknya jangan.
Tergantung materi
juga. Kalau materinya composition kalau setiap tugas ada peer feedback akan terasa berat .
Jangan karena anak anak nantinya jadi cepat bosan.
Jangan karena nanti bosan
2 Should peer feedback be applied to every
assignment?
Kalau topiknya letter sepertinya harus karena banyak rincian format jadi harus selalu di ingatkan. Kalau topic lain missal composition tidak karena banyak
Kalau aku harus. Untuk orang yang malas malasan perlu ‘dikejar kejar” dengan hal seperti ini. Biar tugasya selesai
Why yes? Why not? Why yes? Why not?
Jelas butuh banget. Jelas, sumber utama
Iya karena sumber yang paling benar.
Jelas, sumber utama 3 Do you need more
feedback from your teacher?
Jelas dengan menulis langsung di kertas
Jelas dan kalau bisa konsultasi satu satu
Kalau aku lebih suka jika dosen yang lebih memberi. Kalu didalam kelas mahasiswa nyahanya sedikit aku lebih suka konsultasi perseorangan. Tapi kalau jumlahnya besar, tidak mungkin seperti itu. Jadi, dosen memberikan feedback secara oral satu persatu pada mahasiswanya. Dengan menunjuk orangnya, misal, “kamu salahnya …., … “ kalau begitu kan lebih mengena.
Kalau aku, pertama dari teman dulu. Setelah itu dari dosen dan akhirnya direvisi dan
dikumpulkan.
Menurutku, dosen berkeliling pada saat kita melakukan peer feedback. Jadi feedback dari teman juga dapat, dari dosen juga dapat.
Kalau aku lebih cenderung diskusi dengan teman karena bisa lebih terbuka.
4 How should feedback in general be given in writing class?
Guru kasih penjelasan sehabis itu per feedback. Trus doesen yang kasih feedback terakhir.
Temen dulu baru dosen Pake checklist ya bias. Tapi yang paling penting
si pengoreksi harus mau menulis koreksi di draft temanya yang dikoreksi.
Pake checklist sudah cukup membantu
Pertama tidak pake checklist jadi menurut kita sendiri. Sehabis itu baru pake checklist.
Dengan checklist juga sudah bagus. 5 How should peer
feedback be
implemented in writing class?
Dengan checklist aja Aku belum pernah melihat bentuk peer feedback yang lain karena ini baru yang pertama. Tapi kalau pake checklist juga baik karena terarah.