• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reaksi keluarga terhadap anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit 1. Reaksi orang tua

TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Reaksi keluarga terhadap anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit 1. Reaksi orang tua

pandangan egosentris dalam mengembangkan otonominya. Hal ini akan menimbulkan regresi. Ketergantungan merupakan karakteristik dari peran sakit anak akan bereaksi terhadap ketergantungan dengan negatifitis terutama anak akan menjadi cepat marah dan agresif, jika terjadi ketergantungan dalam jangka waktu lama maka anak akan kehilangan otonominya dan pada akhirnya akan menarik diri dari hubungan interpersonal.

2.6. Reaksi keluarga terhadap anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit 1. Reaksi orang tua

Reaksi orang tua terhadap anaknya yang sakit dan dirawat dirumah sakit dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain : Tingkat keseriusan penyakit anak, Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan dirawat dirumah sakit, Prosedur pengobatan, Sistem pendukung yang tersedia, Kekuatan ego individu, Kemampuan dalam penggunaan koping, Dukungan dari keluarga, Kebudayaaan dan kepercayaan, Komunikasi dalam keluarga.

2. Reaksi saudara sekandung (sibling)

Reaksi saudara sekandung terhadap anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit adalah kesepian, ketakutan, khawatir, marah, cemburu, benci dan merasa bersalah. Orang tua sering kali mencurahkan perhatian yang lebih besar terhadap anak yang sakit dibandingkan dengan anak yang sehat.

3. Penurunan peran anggota keluarga

Dampak dari perpisahan terhadap peran keluarga adalah kehilangan peran orang tua, saudara, dan anak. Perhatian orang tua hanya tertuju pada anak yang sakit , akibatnya saudara-saudaranya yang lain menganggap bahwa hal tersebut tidak adil, sakit akan membuat anak kehilangan kebersamaan mereka denga anggota keluarga yang lain atau teman sekelompok. (Nursalam dkk, 2005)

16 2.7. Pengelompokan masalah keperawatan anak yang dirawat di rumah sakit

2.7.1 Masalah fisik

Masalah fisik yang terjadi bisa berupa perubahan tanda-tanda vital: suhu,pernafasan, nadi dan tekanan darah gangguan terhadap kebutuhan cairan dan nutrisi, gangguan terhadap aktifitas dan istirahat, penurunan respon imun.

2.7.2 Masalah psikis

Masalah psikis pada anak yang sering terjadi adalah perasaan tidak berdaya karna perpisahan dengan keluarga atau pengasuh, protes, apatis, penolakan, cemas serta takut terhadap lingkungan baru(alat0alat,peraturan, dan sikap petugas kesehatan.

2.7.3Masalah sosial

Masalah sosial yang sering terjadi pada anak adalah perasaan terisolasi dan suka menyendiri sedangkan masalah ketergantungan bisa berupa perasaan bersalah, dan memerlukan pertolongan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perawatan atraumatik merupakan bagian dalam perawatan anak yang difokuskan pada pencegahan terhadap trauma. Beberapa kasus yang sering dijumpai di masyarakat seperti keadaan yang dapat menimbulkan trauma pada anak adalah cemas, marah, nyeri dan lain-lain yang akan berdampak pada psikologis anak dan secara tidak langsung akan mengganggu perkembangan anak. Dengan demikian perawatan atraumatik merupakan bentuk pelayanan terapeutik yang dapat diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan seperti memperhatikan dampak adanya trauma dari tindakan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan (Hidayat, 2008).

Anak adalah individu yang berusia antara 0 sampai 18 tahun, yang sedang dalam proses tumbuh-kembang, mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa, apabila kebutuhan tersebut terpenuhi maka anak akan mampu beradaptasi dan kesehatanya terjaga, sedangkan bila anak sakit maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spiritual

Suatu keadaan dimana anak mengalami sakit dan mengharuskan anak tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan terapi dan perawatan hingga pemulanganya kembali ke rumah, merupakan suatu alasan proses hospitalisasi yang harus dijalani. (Supartini, 2004)

Sebagian besar proses keperawatan membuat anak menjadi takut bahkan trauma, walaupun tindakan tersebut bertujuan untuk mempercepat proses kesembuhan anak itu sendiri. Perawatan atraumatik adalah bentuk perawatan terapeutik yang bukan merupakan bentuk intervensi yang nyata terlihat tetapi berfokus pada apa, siapa, dimana, mengapa dan bagaimana prosedur dilakukan pada anak yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam

2 pelayanan asuhan keperawatan anak melalui penerapan tindakan yang bertujuan mencegah atau mengurangi trauma fisik maupun trauma psikologis yang dirasakan anak maupun orang tua Atraumatic care atau asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya merupakan asuhan yang teraupetik karena bertujuan sebagai terapiotik bagi anak.(Waiswana dkk, 2012).

Saat anak di rumah sakit, anak akan mengalami masa yang sulit beradaptasi karena tidak dapat melakukan kebiasaaannya seperti bermain dengan teman-temannya. Di karnakan lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab stres dan kecemasan pada anak. Walaupun sudah dilakukan perawatan yang secara optimal sering kali perawatan di rumah sakit merupakan hal yang sangat ditakuti bahkan mungkin dibenci oleh anak-anak. Ketakutan dan kecemasan tersebut disebabkan oleh karena hampir semua tindakan yang dilakukan pada anak untuk menyembuhkan penyakit dan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sering kali merupakan tindakan yang membuat trauma, menyakitkan, mengecewakan dan bahkan menakutkan. Ketakutan tentang bagian tubuh yang disakiti dan nyeri terjadi pada seluruh anak-anak, termasuk bayi baru lahir. Pada anak usia prasekolah protes dengan keras dapat menjadi agresif secara fisik dan verbal (Wong, 2009)

Anak-anak yang dirawat di rumah sakit dalam dua dekade terakhir mengalami peningkatan pesat.Presentase anak-anak yang dirawat di rumah sakit ini mengalami masalah yang lebih serius dan kompleks dibandingkan dengan hospitalisasi tahun-tahun sebelumnya (Wong, 2009).

Anak-anak di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 5 juta mengalami hospitalisasi dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut, mengalami kecemasan dan stres (Kain, 2006 dalam Apriliawati,2011).Anak-anak yang menjalani hospitalisasi di Indonesia diperkirakan 35 per 1000 anak (Sumarko, 2008). Data Susenas di Indonesia tahun 2001 hingga tahun 2005, menunjukan persentase angka kesakitan anak (Morbidity Rate) sebanyak 15,50% (Susenas,

3 2005). Perawatan anak sakit selama dirawat di rumah sakit atau hospitalisasi menimbulkan krisis dan kecemasan tersendiri bagi anak dan keluarganya. Saat anak berada di rumah sakit, anak harus menghadapi lingkungan yang asing dan pemberi asuhan yang tidak dikenal. Anak juga sering kali berhadapan dengan prosedur yang menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian, dan berbagai hal yang tidak diketahui (Wong, 2009).

Oleh karena itu perlunya peran serta perawat dan persepsi yang baik terhadap perawatan atraumatik yang bertujuan untuk tidak terjadi trauma pada anak baik fisik maupun psikis (Supartini 2004). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh kurniawati, (2009) di Ruang III RSU Dr. Pirngadi Medan menyebutkan bahwa 16 orang (64%) perawat telah memiliki persepsi cukup baik dan 9 orang (36%) perawat yang memiliki persepsi baik. Analisa perkompeten dapat dilihat dari persepsi perawat cukup baik (60%) berkaitan dengan mencegah dampak dari perpisahan keluarga, persepsi perawat cukup baik (68%) berkaitan dengan meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak, persepsi perawat cukup baik (96%) dalam mencegah cedera dan mengurangi nyeri pada anak, dan persepsi perawat cukup baik (80%) terhadap modifikasi lingkungan fisik.

Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah anak, apapun bentuknya harus berlandaskan pada prinsip atraumatik care atau asuhan yang teraupeutik karna bertujuan sebagai terapi bagi anak. Perawatan atraumatik pada anak tidak terlepas dari peran serta orang tua, sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh hanna dan sherlock (1989) menyebutkan bahwa 90% anak menginginkan orang tua mereka menemani selama proses perawatan dirumah sakit (Wong 2002)

Dari survey awal yang dilakukan di rumah sakit St. Elisabeth medan, bahwa jumlah anak yang dirawat di ruangan anak ( Santa theresia) mulai bulan januari hingga Desember 2015 Sebanyak 4320 anak yang sudah pernah dirawat di rumah sakit tersebut, setiap anak-anak yang dirawat di ruangan tersebut mengalami trauma terkhusus ketika melihat

4 perawat yang memakai baju putih, anak-anak tersebut akan mengalami respon ketakukan yang berbeda-beda, ada yang menangis ketakutan,dan ada anak yang meronta-ronta dengan teriakan yang kuat. Terkadang didalam ketakutan yang mereka alami bermula dari lingkungan yang sepi dengan tidak adanya teman sebaya, dan tindakan yang dilakukan oleh perawat seperti tindakan menginfus, mengukur suhu, dan memeberi obat injeksi maupun oral. Dari data tersebut maka perawat sangatlah dianjurkan berperan dalam mengatasi atraumatik pada anak saat dirawat inap.

Melihat dari fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti persepsi perawat terhadap perawatan atraumatik pada anak di rumah sakit St. Elisabeth Medan.

Dokumen terkait