• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. GAMBARAN UMUM LEMBAGA

H. Program Kerja

I. Realisasi Program Kerja

Dari program-program kerja yang direncanakan oleh para pengurus Yayasan Bina Yatama, baik program kerja jangka pendek atau jangka panjang, hanya terdapat beberapa program kerja yang mampu direalisasikan oleh para pengurus, diantaranya yaitu:

1. Menyelenggarakan pengajian keagamaan rutin setiap hari setelah shalat ashar untuk anak-anak yatim piatu dan dhu’afa.

2. Memberikan santunan ekonomi dan pendidikan kepada anak-anak yatim piatu dan kaum dhu’afa.

3. Melakukan studi banding keagamaan.

4. Menyelenggarakan Peringatan Hari Besar Islam.

5. Menyelenggarakan usaha-usaha ekonomi untuk menunjang kelangsungan operasional Yayasan.

Dikarenakan berbagai kendala yang dihadapi oleh Yayasan Bina Yatama, maka tidak semua program kerja dapat direalisasikan semuanya sampai saat ini. Namun dalam waktu dekat, sekitar tahun 2012, Yayasan Bina Yatama akan membangun SMK Bina Yatama32.

32

J. Sarana dan Prasarana

Yayasan Bina Yatama terdiri dari tiga lantai, dimana tiap lantainya terdapat sarana dan prasarana untuk menunjang kebutuhannya. Sarana dan prasarana yang terdapat di Yayasan Bina Yatama diantaranya adalah:

1. Lantai satu, terdiri dari:

a. Ruang sekretariat, yang didalamnya ada satu kamar mandi, dua unit komputer, satu unit printer, satu televisi, dan ruang tamu kecil.

b. Tiga kontrakan (milik Yayasan Bina Yatama), yang terdiri dari toko obat, tempat makan, dan toko foto copy.

c. Satu tempat usaha yang menjual dua jenis barang, yaitu air galon dan gas33.

2. Lantai dua, terdiri dari:

a. Dua kamar yang nantinya akan digunakan untuk tempat tinggal anak-anak asuh yang di dalam masing-masing kamar ada dua kamar mandi.

b. Dapur umum, dengan peralatan dapurnya seperti kompor gas, wastafel, dan peralatan-peralatan masak.

c. Tempat pengajian34. 3. Lantai tiga, terdiri dari:

a. Aula, yang digunakan untuk shalat berjamaah, majlis ta’lim, dan acara -acara lainnya.

b. Tempat wudhu.

33Wawancara dengan Pak Nahrowi pada hari Jum’at, 22 April 2011, lihat lampiran h.34

34

54

c. Satu kamar mandi35.

K. Sumber Dana

Dalam menjalankan program-program kerjanya, Yayasan Bina Yatama memerlukan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, Yayasan Bina Yatama memerlukan sumber dana yang membantu mereka untuk mendanai segala program kerja yang akan dilaksanakan. Sumber dana yang didapatkan oleh yayasan Bina Yatama berasal dari:

1. Kementrian Sosial.

Kemensos setiap tahunnya memberikan dana sebesar dua puluh tujuh juta rupiah (Rp. 27.000.000,-). Selain itu, Kemensos juga memberikan peralatan tempat tidur kepada Yayasan Bina Yatama.

2. Kedubes Qatar.

Kedubes Qatar memberikan satu ekor sapi setiap tahun pada Hari Raya Idul Adha kepada Yayasan Bina Yatama.

3. Donatur orang-orang di pinggir jalan raya. 4. Donator perorangan, tetap ataupun tidak tetap36.

L. Kerja Sama dengan Lembaga Lain

Di dalam melaksanakan berbagai macam program kerja, Yayasan Bina Yatama pernah berkerjasama dengan lembaga-lembaga lain, diantaranya yaitu:

35

Ibid

36

1. FORBIT (Forum Bina Umat), bentuk kerjasamanya adalah pemberian santunan kepada anak yatim piatu setiap tanggal 10 Muharram.

2. Bank BTN Cabang Depok, bentuk kerjasamanya adalah mengadakan khitanan massal sebanyak 60 anak pada tanggal 23 Juli 200337.

3. PT. Gudang Garam, bentuk kerjasamanya adalah kegiatan Idul Adha tahun 2008.

4. Kedubes Qatar, bentuk kerjasamanya adalah pembangunan Yayasan Bina Yatama38.

37

Project Proposal, Pembangunan Pesantren Yatim Piatu Terpadu

BAB IV ANALISA DATA

A. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak

1. Profil Keluarga Penerima Layanan (Anak Asuh)

Sebelum membahas tentang hasil analisa data yang penulis dapatkan dari hasil penelitian, penulis akan menjelaskan tentang profil dari keluarga penerima layanan (anak asuh) yang menjadi informan sebagai sumber untuk skripsi ini. Informan yang didapat merupakan Ibu dari anak yang mendapatkan santunan di Yayasan Bina Yatama.

a. Profil Keluarga Ibu Wati

Tabel 3. Profil Keluarga Ibu Wati

No. Nama Umur

Hubungan dalam keluarga Status Pekerjaan/Pendidikan Utama Sampingan

1 Wati 50 tahun Ibu Janda Serabutan

2

Luqman 24 tahun Anak

Karyawan

swasta

3 Siti 18 tahun Anak SMK kelas 3

4 Septi 11 tahun Anak MI kelas 6

Ibu Wati merupakan seorang Ibu yang berusia 50 tahun. Di kontrakannya yang sederhana ada tiga orang anak yang tinggal bersamanya1. Ketiga anak itu bernama Luqman yang berusia 24 tahun, Siti yang berusia 18

1

tahun dan Septi yang berusia 11 tahun. Siti dan Septi adalah anak dari Ibu Wati yang mendapatkan santunan dari Yayasan Bina Yatama.

Untuk menghidupi kebutuhan hidup dirinya dan anak-anaknya, Ibu Wati mendapatkan penghasilan dengan membantu orang-orang untuk mencuci, mengepel, menyetrika, memasak jika ada acara, atau memijat. Sedangkan untuk membantu kebutuhan sehari-hari, Luqman juga berkerja di sebuah apartemen di daerah Pondok Indah. Pendapatan Luqman tiap bulannya sebesar satu juta lima puluh ribu rupiah2.

b. Profil Keluarga Ibu Fajriyah

Tabel 4. Profil Keluarga Ibu Fajriyah No . Nama Umur Hubunga n dalam keluarga Status Pekerjaan/Pendidikan Utama Sampingan 1 Fajriyah 49

tahun Ibu Janda Pensiunan

2

Hilda

25

tahun Anak Menikah

Karyawan Tata Usaha 3 Zulfakhor 21 tahun Anak Mahasiswa semester 8 4 Alfian 17

tahun Anak MA kelas 2

Ibu Fajriyah adalah seorang janda berusia 49 tahun. Suaminya sudah meninggal sejak sebelas tahun yang lalu. Ibu Fajriyah memiliki tiga orang anak yang dua diantaranya tinggal bersamanya. Hilda yang berusia 25 tahun,

2

58

Zulfakhor yang berusia 21 tahun dan Alfian yang berusia 17 tahun. Tetapi, Ibu Fajriyah hanya tinggal dengan Zulfakhor dan Alfian, sedangkan Hilda telah memiliki suami dan tinggal dengan suaminya3.

Ibu Fajriyah mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dari uang pensiunan yang didapatkan setiap satu bulan sebesar lima ratus ribu rupiah4. Untuk bisa membiayai anak-anaknya sekolah maupun kuliah, Ibu Fajriyah dibantu oleh adik laki-lakinya. Zulfakhor saat masih SMA mendapatkan santunan pendidikan dari Yayasan Bina Yatama, tetapi sejak masuk bangku kuliah, dia sudah tidak mendapatkan santunan lagi karena Yayasan Bina Yatama hanya memberikan santunan pendidikan sampai tingkat SMA saja. Alfian yang sekarang duduk di kelas 2 MA masih mendapatkan santunan pendidikan yang rutin diberikan setiap bulannya.

Selain mendapatkan santunan dari Yayasan Bina Yatama, Alfian juga mendapatkan santunan dari Yayasan Abu Dhabi sebesar sembilan ratus ribu tiap tiga bulan sekali. Saat SMA, Zulfakhor juga mendapatkan santunan dari Yayasan Abu Dhabi namun sama seperti Yayasan Bina Yatama, Yayasan Abu Dhabi hanya memberikan santunan sampai tingkat SMA saja5.

3

Observasi pada hari Kamis, 12 Mei 2011 di rumah Ibu Fajriyah

4

Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Selasa, 17 Mei 2011, lihat lampiran h.16

5

c. Profil Keluarga Ibu Nurhasanah

Tabel 5. Profil Keluarga Ibu Nurhasanah No . Nama Umur Hubungan dalam keluarga Status Pekerjaan/Pendidikan Utama Sampingan 1 Nurhasanah 42

tahun Ibu Janda Wiraswasta 2

Yudha

16

tahun Anak SMK kelas 1

3 Fathur 8 tahun Anak SD kelas 2

Ibu Nurhasanah merupakan janda berusia 42 tahun. Suaminya meninggal sejak tiga tahun yang lalu. Ibu Nurhasanah mempunyai dua orang anak yang masih bersekolah dan tinggal bersamanya6. Anak pertama adalah Yudha yang berusia 16 tahun dan Fathur yang merupakan anak kedua yang berusia 8 tahun.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Ibu Nurhasanah memperoleh penghasilan dari angkutan kota. Dia memiliki satu buah mobil angkutan kota7 warisan dari suaminya dan mempekerjakan dua orang supir. Setiap harinya, Ibu Nurhasanah mendapatkan setoran sebesar delapan puluh ribu. Selain itu, dia memiliki kontrakan di Gang Mandor dan merupakan warisan dari suaminya juga8. Untuk membiayai anak-anaknya sekolah, Ibu Nurhasanah

6Observasi pada hari Jum’at, 20 Mei 2011, di rumah Ibu Nurhasanah

7Observasi pada hari Jum’at, 20 Mei 2011, di rumah Ibu Nurhasanah

8

60

dibantu oleh Yayasan Bina Yatama yang memberikan santunan pendidikan rutin setiap bulan.

d. Profil Keluarga Ibu Yuliana

Tabel 6. Profil Keluarga Ibu Yuliana

No. Nama Umur

Hubunga n dalam keluarga Status Pekerjaan/Pendidikan Utama Sampingan 1 Yuliana 37

tahun Ibu Janda Serabutan

2

Amar

16

tahun Anak SMP kelas 3

3

Lidya

13

tahun Anak SD kelas 6

4 Azwar 7 tahun Anak Belum sekolah

Ibu Yuliana yang berusia 37 tahun adalah seorang janda yang suaminya meninggal sejak setahun yang lalu9. Dia memiliki tiga orang anak yang bernama Azwar, Lidya dan Amar yang tinggal bersamanya10. Azwar adalah anak paling kecil yang berusia tujuh tahun dan belum bersekolah. Lidya adalah anak kedua yang berusia 13 tahun dan Amar yang berusia 16 tahun adalah anak pertama.

Ibu Yuliana tidak memiliki pekerjaan tetap untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dia hanya bekerja jika ada orang yang minta tolong kepadanya untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti

9

Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Selasa, 24 Mei 2011, lihat lampiran h.26

10

mencuci, memasak, menyetrika atau mengasuh anak. Sejak suaminya meninggal, Ibu Yuliana dan keluarganya hidup dalam kondisi ekonomi yang kurang baik. Untuk membantu ibunya, kadang kala Amar memakai motor yang ada di rumah untuk mengantar orang ke tempat tujuannya dan Amar akan dibayar untuk itu11. Untuk biaya sekolah, Lidya dan Amar mendapatkan santunan dari Yayasan Bina Yatama yang memberikan santunan pendidikan rutin setiap bulan. Selain biaya sekolah, Yayasan Bina Yatama juga membantu Amar dan Lidya untuk membeli buku-buku sekolah12.

2. Usaha Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Anak

Setelah menggali tentang profil informan, penulis akan mencoba menggali usaha keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar anak mereka. Seperti yang sudah dijelaskan dalam landasan teori, bahwa kebutuhan dasar anak yang perlu dipenuhi yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan belajar, kebutuhan psikologis, kebutuhan religius dan kebutuhan sosial13. Selain itu, terdapat empat hak anak yang perlu diberikan agar anak bisa tumbuh kembang secara optimal yang mengacu pada dokumen Konvensi Hak Anak, yaitu kelangsungan hidup, perlindungan, pengembangan diri dan partisipasi14.

11

Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Selasa, 24 Mei 2011, lihat lam[iran h.27

12

Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Selasa, 24 Mei 2011, lihat lampiran h.28

13

Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial, Volume 10, No.1, April 2005, Jakarta: Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial Badan Pelatihan dan

Pengembangan Sosial Departemen Sosial Republik Indonesia, 2005, h.45

14

62

Dari dua pemaparan tentang kebutuhan dasar dan hak anak tersebut, maka penulis akan mencoba menggabungkannya menjadi satu pemaparan yang berkaitan, yaitu kebutuhan fisik dan hak kelangsungan hidup anak, kebutuhan belajar dan hak atas pengembangan diri, kebutuhan psikologis dan hak atas perlindungan, kebutuhan religius serta kebutuhan sosial dan hak atas partisipasi.

a. Keluarga Ibu Wati

i. Kebutuhan Fisik dan Hak Kelangsungan Hidup Anak - Makanan

Untuk memenuhi kebutuhan makan anak-anaknya, Ibu Wati membanting tulang mendapatkan penghasilan lewat pekerjaannya menolong orang mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, bahkan sampai memijat. Dia selalu berusaha agar anak-anaknya teratur dalam hal makan. Dia juga selalu bangun tengah malam untuk memasak untuk anak-anaknya sarapan di pagi hari. Seperti yang diutarakannya dalam hasil wawancara berikut:

“(Bagaimana cara Ibu memenuhi kebutuhan makan anak?) Saya mah kerja disuruh-suruh orang, disuruh masak lah, nyuci, ngurut, yang penting saya dapet duit buat anak makan. Saya mah istilah kata orang susah begini, tapi kalau soal makan anak jangan sampe dah pada kagak makan. Buat anak sarapan kadang saya udah bangun jam 2 jam 3 buat masak, jadi pas subuh sarapan udah mateng. Paling kalau misalnya saya lagi masak di tempat orang buat hajatan, saya gak sempet buat masak di rumah”15

.

15

- Kesehatan

Ibu Wati menjaga kesehatan anak lewat makanan. Buat dia, jika anak-anak teratur makannya, maka mereka tidak akan mudah kena penyakit16.

- Tempat Tinggal

Untuk membuat anak betah di rumah, Ibu Wati tidak mencoba melakukan usaha dan tidak ada peraturan yang diterapkan di rumah. Dia membebaskan anak-anaknya untuk di dalam rumah atau keluar rumah. Hal ini terlihat dalam hasil wawancara berikut ini:

“(Bagaimana cara Ibu menciptakan suasana yang nyaman di rumah agar anak betah tinggal di rumah?) Apa ya?saya mah gak ngelakuin apa-apa, terserah anak-anak aja mau di rumah apa main di luar”17

. - Pakaian

Ibu Wati jarang membelikan pakaian untuk anak-anaknya. Jika dia sedang mempunyai uang, dia akan membelikan anak-anaknya pakaian. Namun menurutnya yang paling sering membeli pakaian adalah Septi, karena tubuh Septi yang mudah untuk membesar18.

16

Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.11

17

Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.11

18

64

ii. Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri - Sarana Belajar

Ibu Wati mengkhususkan tempat untuk belajar anak-anak yaitu di ruang tamu. Dan setiap anak-anaknya belajar, maka televisi tidak boleh dihidupkan19.

- Budi Pekerti

Ibu Wati mengutamakan kejujuran kepada anak-anaknya di mana saja mereka berada. Dia juga mengajarkan agar anak-anaknya dapat berperilaku sopan kepada siapa saja, cium tangan jika bertemu orang yang lebih tua dan juga menjaga sikap jika ada tamu yang datang berkunjung20.

- Hobi

Untuk menyalurkan hobi Siti yang senang membaca buku, Ibu Wati suka membelikannya buku jika dia sedang punya uang, tetapi jika sedang tidak punya, biasanya Siti yang membeli buku memakai uangnya sendiri. Sedangkan Septi menurut Ibu Wati memiliki hobi main ke luar rumah. Ibu Wati tidak pernah melarangnya untuk bermain dengan syarat Septi tidak boleh lupa waktu21.

19

Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.11

20

Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.11

21

iii. Kebutuhan Psikologis dan Hak atas Perlindungan - Perhatian dan Kasih Sayang

Ibu Wati termasuk keras dalam memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Namun kerasnya dia tidak sampai memukul anak jika anak melakukan kesalahan. Dia juga akan menuruti keinginan anak-anaknya jika dia sedang memiliki rezeki lebih. Ini terlihat dari hasil wawancara berikut:

“(Bagaimana cara Ibu memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak?) Saya sayang banget sama anak-anak saya. Istilah kata kalau lagi punya duit mah apa aja saya turutin. Saya mah sebagai orang tua juga dibilang keras sama anak. Bukannya kesel atau apa tapi karena emang sayang, tapi gak pernah dari anak-anak masih bayi sampe sekarang saya mukul, paling anti saya, mendingan saya yang dipukul dah daripada anak saya”22

. - Perlindungan

Karena Siti dan Septi adalah anak perempuan, Ibu Wati melarang mereka untuk pulang terlalu malam jika sedang berada di luar rumah. selain itu mereka juga harus memberitahu kepadanya dengan siapa mereka berada di luar rumah dan tujuannya ke mana23. - Mental

Menurut Ibu Wati, setiap masalah itu datang dari Allah sehingga anak-anak harus sabar manjalani cobaan itu. Namun Siti

22

Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.12

23

66

belum memiliki mental yang kuat karena dia sering menangis jika sedang memiliki masalah24.

iv. Kebutuhan Religius - Ibadah

Ibu Wati selalu memberitahu anak-anaknya bahwa ibadah adalah hal terpenting dalam hidup. Jika waktu shalat sudah tiba, dia selalu mengingatkan anak-anaknya untuk meninggalkan semua yang sedang dilakukan dan langsung mengambil air wudhu untuk kemudian menunaikan shalat. Siti juga rajin puasa sunnah. Untuk mengaji, anak-anaknya juga rajin25.

v. Kebutuhan Sosial dan Hak atas Partisipasi - Kepedulian

Ibu Wati selalu mengajarkan anak-anaknya agar tidak pernah lupa sama teman-teman jika memiliki rezeki lebih. Anak-anaknya harus saling berbagi dengan teman-teman. Mereka tidak boleh sombong dengan temannya dan harus saling tolong menolong, karena suatu saat mereka juga pasti membutuhkan pertolongan dari teman-temannya26.

24

Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.12

25

Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.12

26

- Tanggung Jawab

Ibu Wati tidak suka jika melihat anak-anaknya tidak selesai mengerjakan sesuatu karena itu bukan hal yang bertanggung jawab. Karena itu dia selalu memarahi anaknya jika anaknya tidak selesai mengerjakan sesuatu27.

- Partisipasi

Ibu Wati selalu mengajak anaknya berdiskusi untuk memutuskan sesuatu yang menyangkut kepentingan anak. Biasanya dia tidak pernah memutuskan sesuatu sendiri dan lebih menyerahkan semua keputusan kepada anak-anaknya28.

b. Keluarga Ibu Fajriyah

i. Kebutuhan Fisik dan Hak Kelangsungan Hidup Anak - Makanan

Ibu Fajriyah menjaga pola makan Alfian agar selalu makan tiga kali dalam sehari. Dia juga setiap hari memberikan Alfian sarapan, karena menurutnya sarapan itu penting agar Alfian tidak merasa lemas saat beraktifitas. Namun untuk takaran gizi setiap makanan, dia tidak pernah memperhatikan gizi yang baik untuk anak seperti apa. Seperti yang terlihat dalam hasil wawancara berikut:

27

Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.12

28

68

“(Bagaimana cara Ibu untuk memberikan asupan gizi kepada Alfian setiap hari?) Yah biasa aja dah, tiap pagi sarapan, terus kalau Alfian pulang sekolah harus udah siap makanan di meja makan. Yang penting mah sarapan gak pernah kelewat sama saya. Kalau misalnya saya ga masak pas sarapan, paling beli lontong atau gak roti. Kalau anak udah sarapan mah saya udah tenang. Tapi saya mah ngasih makan anak biasa aja, ga pernah sesuai sama ukur-ukuran buat gizi gitu, yah seadanya aja, tapi ga tau ya anak-anak mah badannya gede-gede padahal gizinya kurang, hehehe”29

. - Kesehatan

Hal ini berkaitan dengan kebutuhan makanan yang Ibu Fajriyah selalu berikan kepada Alfian. Walaupun dia tidak memberikan makanan sesuai dengan takaran gizi yang seimbang, namun kesehatan anaknya tidak pernah terganggu. Bahkan Alfian tidak membutuhkan vitamin untuk menunjang kesehatannya. Dan tubuh Alfian memang terlihat sehat dengan bentuk tubuh yang gemuk dan tegap30. Ibu Fajriyah juga tidak pernah membolehkan anaknya untuk tidur larut malam. Saat masih kecil, Alfian sering diberikan susu untuk menunjang kesehatannya, namun sekarang dia sudah tidak memberikan susu lagi31.

- Tempat Tinggal

Agar Alfian merasa nyaman tinggal di rumah, Ibu Fajriyah menyediakan kamar tidur pribadi untuk Alfian. Tetapi dia tidak memanjakan anaknya. Ibu Fajriyah selalu menerapkan kedisiplinan

29

Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.17

30

Observasi pada hari Rabu, 1 Juni 2011, di rumah Ibu Fajriyah

31

agar Alfian membereskan segala sesuatu dengan sendiri, seperti mencuci piring setelah makan, mencuci pakaian sendiri, atau bahkan mengepel dan menyapu lantai rumah. Ini terlihat dari kutipan wawancara berikut:

“(Bagaimana cara Ibu menyediakan tempat tinggal yang nyaman supaya Alfian betah tinggal di rumah?) Paling saya nyediain kamar anak buat sendiri, jadi apa-apa juga seringnya di kamar, pada betah dah tuh. (Ibu menerapkan peraturan-peraturan tertentu gak buat anak di rumah?) Peraturan mah kalau anak butuh apa-apa saya suruh kerjain sendiri. Kayak misalnya abis makan ntar cucinya sendiri, terus cuci baju juga sendiri, apa-apa dikerjain sendiri lah. Jadi ga tergantung sama orang tua. Terus juga pada biasa bantu-bantu saya buat ngepel, nyapu. Dari anak masih kecil saya biasain begitu”32

. - Pakaian

Pakaian yang dipakai oleh Alfian seperti pakaian yang biasanya dipakai oleh anak seumurannya33. Ibu Fajriyah biasanya memberikan uang kepadanya untuk membeli pakaian yang dia inginkan dan dia butuhkan, namun dia tidak sering membelikan Alfian pakaian34.

ii. Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri - Sarana Belajar

Di rumahnya, Ibu Fajriyah tidak menyediakan secara khusus tempat untuk belajar Alfian. Biasanya Alfian selalu belajar di

32

Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.17

33

Observasi pada hari Rabu, 1 Juni 2011, di rumah Ibu Fajriyah

34

70

kamarnya sendiri agar bisa konsentrasi dalam belajar dan Alfian menjadikan kamarnya sebagai sarana untuk belajar35.

- Budi Pekerti

Ibu Fajriyah selalu mengajarkan anaknya untuk selalu sopan terhadap siapa saja. Sopan kepada temannya maupun kepada orang yang lebih tua. Selain itu dia juga mengajarkan untuk selalu

Dokumen terkait