• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II BAHASAN AL-QUR’AN TENTANG MANUSIA

A. Biografi Sa’i>d H{awwa>

1. Realita Sosial dan Perjalanan Hidup Sa’i>d H{awwa>

BAB III

SA’I<D H{AWWA< DAN KITAB AL-ASA<S FI< AL-TAFSI<R

A. Biografi Sa’i>d H{awwa>

1. Realita Sosial dan Perjalanan Hidup Sa’i>d H{awwa>

Sa’i>d bin Muh}ammad Dayb H{awwa>, seorang da’i, sufi, mufassir, sekaligus aktivis dari Suriah yang lahir pada tahun 1935 di H{ay al-‘Ali>liya>t, daerah termiskin dari kota H{a>mah, Suriah. Ayahnya yang merupakan seorang pejuang kemerdekaan Suriah bernama Muh}ammad Dayb H{awwa>,1 dan ibunya bernama ‘Arabiyah al-T{aysh.2

Sa’i>d H{awwa> sejak kecil hidup di bawah didikan neneknya karena ibunya telah meninggal pada tahun kedua kehidupannya.3 Di samping itu, ayahnya, Muh{ammad Dayb terpaksa meninggalkannya dalam pelarian selama empat tahun ditambah satu tahun di dalam penjara akibat membunuh seseorang dalam sebuah pertumpahan darah.4 Karenanya, neneknya memiliki pengaruh

1 Muh}ammad Dayb merupakan seorang pejuang yang turut memperjuangkan kemerdekaan Suriah dari kolonial Perancis. Pasca kemerdekaan, ia bergabung menjadi aktivis politik gerakan Akram Hourani yang pernah membuat propaganda agar para petani H{a>mah melawan para tuan tanah (pemilik kekuasaan mutlak di daerah H{a>mah yang menguasai 92 dari 114 desa di H{a>mah). Itzchak Weismann, “Sa’id Hawwa and Islamic Revivalism in Ba’thist Suriah”, Studia Islamica, No. 85 (1997), 32. Itzchak Weismann, “Sa’id Hawwa: The Making of a Radical Muslim Thinker in Modern Suriah”, Middle Eastern Studies, Vol. 29, No. 4 (Oktober, 1993), 605.

2 Sa’i>d H{awwa>, Ha>dhihi> Tajribati> wa Ha>dhihi> Shaha>dati> (Kairo: Maktabah Wahbah, 1987), 7.

3 Ibid., 7.

besar dalam hidupnya karena ia lah yang mendidiknya pada awal kehidupannya.

Ketika usianya menginjak 8 tahun, Muh}ammad Dayb, ayah Sa’i>d H{awwa>, keluar dari penjara. Ia pun terpaksa meninggalkan bangku sekolah karena sang ayah tidak mampu mencukupi biaya sekolahnya. Pasca putus sekolah, Sa’i>d H{awwa> membantu ayahnya bekerja di pasar untuk memperbaiki keadaan ekonomi keluarga mereka. Ia bertugas untuk mencatat, menghitung, menimbang, serta membawa barang dagangan. Sebelumnya, ia juga pernah membantu pamannya yang berdagang sayur mayur dan buah-buahan.5

Situasi negara Suriah pada masa kecil Sa’i>d H{awwa> bisa dibilang tidak kondusif karena banyak terjadi perlawanan dan pemberontakan. Semua itu berawal dari berakhirnya kesultanan ‘Uthmaniyah yang menyebabkan kepemimpinan negara Suriah jatuh di tangan Amir Faisal dari Bani Ha>shim Makkah yang sedang berjuang melawan kolonial Perancis. Namun, Suriah akhirnya jatuh ke tangan Perancis pada tahun 1920 hingga merdeka pada tahun 1946.6

Kehidupan umat Muslim Suriah di bawah kekuasaan Perancis sangat tidak kondusif. Ketidakadilan yang merugikan umat Muslim Suriah terjadi

5 Ibid., 8-9.

6 John L. Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, terj. Eva Y. N., et al. (Bandung: Mizan, 2002), Vol. 5, 272.

dalam banyak aspek kehidupan sosial. Hukum, pendidikan, perekonomian, hingga hak sipil tidak berpihak pada mereka (contoh pada bidang pendidikan, pemerintah kolonial mengembangkan pendidikan Barat dan mempersempit pengaruh ulama’).7 Akibat dari ketidakadilan yang menimpa rakyat Suriah selama puluhan tahun, sebagian dari mereka kemudian tergerak untuk melawan dengan tujuan agar terlepas dari kolonialisme dan imperialisme.

Sekitar tahun 1940, para tokoh gerakan Ih}ya> al-‘Arabi> (Mikhail Aflaq, S{ala>h} al-Di>n Bait}ar, dan Zaki> al-Arsu>zi>) mendirikan Partai Ba’ath, sebuah partai berideologi Nasionalisme dan Sosialisme Arab.8 Selain Partai Ba’ath, pada tahun 1937, berdiri beberapa organisasi pergerakan Islam yang tersebar di berbagai daerah di Suriah. Da>r Arqa>m di Aleppo, Shubba>n Muslimu>n di Damaskus, Jam’iyyah Ra>bit}ah di H{ims}, dan Ikhwa>n al-Muslimu>n9 di H{ama>h. Pada tahun 1944 organisasi-organisasi ini kemudian bersatu menjadi Ikhwa>n Muslimu>n dan dipimpin oleh Mus}t}afa> al-Siba>’i>.10

7 Ibid.

8 Ibid.

9 Al-Ikhwa>n al-Muslimu>n didirikan pada Maret 1928 (atau bertepatan dengan bulan Dhulqa’dah 1346 H oleh H{asan al-Banna> bersama 6 orang muridnya di Isma’i>liyah, Mesir. Keenam murid al-Banna> ini menemuinya dan menjelaskan ketertarikan mereka terhadap dakwah yang dilakukan al-Banna>. Mereka kemudian berbaiat untuk menjadi “tentara Dakwah Islam” demi kejayaan tanah air dan kebangkitan bangsa. ‘Ali> ‘Abd al-H{ali>m Mah}mu>d, Ikhwanul Muslimin; Konsep Gerakan Terpadu, terj. Syafril Halim (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), Vol. 1, 23-25.

10 H{awwa>, Ha>dhihi> Tajribati>, 40. Mus}t}afa> al-Siba>’i> (1915-1964) merupakan seorang pendakwah sekaligus pejuang kemerdekaan asal H{ims}, Suriah. Pada tahun 1945, ia dipilih sebagai mura>qib ‘a>m

Kondisi tanah airnya yang demikian serta keberadaannya di bawah didikan ayahnya sebagai pejuang melawan kolonial Perancis membentuk Sa’i>d H{awwa> menjadi pemuda yang tangguh dan berani. Darah pejuang mengalir dalam dirinya. Di antara berbagai organisasi serta partai yang eksis di Suriah pada masa mudanya, ia tertarik dengan al-Ikhwa>n al-Muslimu>n (selanjutnya disebut dengan Ikhwa>n), sehingga pada saat ia masih duduk di sekolah menengah pada tahun 1952, ia bergabung dengan Ikhwa>n.11

Selama bergabung dengan Ikhwa>n, Sa’i>d H{awwa> beberapa kali mengambil peran penting dalam organisasi tersebut. Ia pernah terlibat dalam pemberontakan yang terjadi di H{ama>h pada tahun 1964.12 Seluruh rakyat H{ama>h menentang rezim yang sedang memerintah dalam hal isu sekularisme dan paham sosialisme. Ia bersama kawan-kawannya mengorganisir pemogokan massal di seluruh sekolah di H{ama>h.13

Berkisar satu tahun setelah peristiwa di H{ama>h reda, Sa’i>d H{awwa> terpilih untuk memimpin Ikhwa>n cabang H{ama>h menggantikan ‘Abd al-Kari>m ‘Uthma>n yang karena alasan tertentu terpaksa meninggalkan Suriah. Selama menjabat, H{awwa> pernah mendapat undangan pertemuan dengan pimpinan

atau pengawas umum al-Ikhwa>n al-Muslimu>n di Suriah. Al-Mustasha>r ‘Abdullah al-‘Aqi>l, Min A’la>m al-Da’wah wa al-H{arakah al-Isla>miyah al-Mu’a>s}irah (t.t.: Da>r al-Bashi>r, 2008), Vol. 2, 1152.

11 H{awwa>, Ha>dhihi> Tajribati>, 25.

12 Pada saat itu, Suriah telah merdeka dari Perancis dan kudeta militer meresmikan era pemerintahan Ba’ath pada 8 Maret 1963. John L. Esposito, Dunia Islam Modern, Vol. 5, 272.

nasional Ikhwa>n karena ia mengusulkan konstitusi untuk pergerakan. Namun, ketika menjelaskan usulannya, ia dituduh merumuskan gerakan bersifat doktrinal.14

Pada tahun 1971, ketika Suriah berada di bawah pimpinan H{a>fiz} al-Asad dari partai Ba’ath, Sa’i>d H{awwa> kembali ke Suriah setelah pergi selama lima tahun ke Arab Saudi.15 Ia kembali terpilih untuk memimpin organisasi Ikhwa>n di H{ama>h. H{awwa> terlibat aktif baik dalam urusan domestik organisasi maupun urusan politik negerinya. Ia berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan Ikhwa>n untuk merancang prosedur pemilihan baru yang sekiranya dapat diterima oleh partai Ba’ath maupun Ikhwa>n. Sayangnya, upayanya gagal.16

Suriah mengalami krisis konstitusi pada tahun 1973. Al-Asad mengusulkan konstitusi baru. Namun, ia tidak menyebutkan bahwa presiden Suriah harus beragama Islam. Usulan tersebut mendapat kecaman dari seluruh umat Islam di Suriah. Bahkan di H{ama>h, terjadi kerusuhan. Menghadapi kondisi ini, H{awwa> tidak memilih melakukan perlawanan melalui jalan

14 Ibid., 80.

15 Sejak tahun 1966 hingga 1971, Sa’i>d H{awwa> pergi meninggalkan Suriah menuju Arab Saudi. Ia menghabiskan waktunya untuk mengajar dan menulis buku-buku pertamanya. Weismann, “Sa’id Hawwa: A Radical Muslim Thinker”, 617.

kekerasan. Menurutnya, hanya persatuan ulama’ Suriah yang mampu meyakinkan rezim untuk mundur.17

Sa’i>d H{awwa> berusaha menemui sebagian besar ulama’ dan berhasil mendapatkan tanda tangan mereka, termasuk seorang ulama’ yang dihormati di Damaskus, Shaikh H{asan H{abannaka yang menyetujui deklarasi terhadap konstitusi yang diusulkan Asad.18 Namun, H{awwa> justru dipenjara karena perannya selama krisis ini. Ia diinterogasi selama 40 hari, sebagian di bawah siksaan, sebelum bergabung dengan para tahanan lainnya di penjara militer al-Maza di Damaskus.19

Sa’i>d H{awwa> bebas dari tahanan lima tahun kemudian, tepatnya pada Januari 1978. Dua bulan kemudian, H{awwa> meninggalkan Suriah. Setelah melaksanakan ibadah umrah, ia memutuskan untuk pergi ke Yordania bersama keluarganya dan menghabiskan sisa hidupnya disana. Meski demikian, H{awwa> tetap aktif dalam organisasi Ikhwa>n di Suriah.20 Ia adalah anggota kepemimpinan Ikhwa>n dan digambarkan sebagai pemimpin secara ideologi.21

17 Ibid.

18 Ibid., 618.

19 H{awwa>, Ha>dhihi> Tajribati>, 99.

20 Ibid., 132.

21 R. A. Hinnebusch, “The Islamic Movement In Suriah: Sectarian Conflict and Urban Rebellion in an Authoritarian-Populist Regime,” dalam Islamic Resurgence in the Arab World, ed. A. E. H. Dessouki (New York: t.p., 1972), 152.

Ia bahkan melakukan perjalanan di berbagai negara Islam serta Amerika Serikat dan Eropa atas nama Ikhwa>n.22

Sa’i>d H{awwa> wafat pada 9 Maret 1989 di Rumah Sakit Islam di ‘Amman, Yordania. Dua tahun sebelum wafat, ia berhenti bekerja dan berkarya untuk fokus memperjuangkan kesembuhannya dari beberapa penyakit yang menyerangnya.23