• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KOMUNIKASI SUBJEK I SUBJEK II SUBJEK

4.4. Analisis Data

4.4.1. Reduksi Data

Penulis memberi kode pada setiap pasang percakapan antara penulis dengan subyek berupa huruf kapital A untuk data hasil wawancara dengan ibu single parent I (A.1.1 untuk wawancara pada data pertama, A.1.2 untuk wawancara kedua data pertama, dst). Kemudian kode yang diberikan untuk hasil wawancara dengan remaja I menggunakan kode A.2.1. Selanjutnya untuk ibu simgle parent II data wawancara pada data pertama, B.1.1, untuk data kedua B.1.2 , dan seterusnya. Setelah itu data dipilah-pilah, memilih yang penting dan membuang yang tidak perlu. Kemudian penulis mengkategorikan data-data tersebut dengan memasukkan setiap data ke masing-masing indikator yang terdapat pada empat pola komunikasi keluarga pada umumnya menurut Devito (2009).

Tabel 4.4.1. Kategorisasi dan Klasifikasi Data

Variabel Indikator Bagian Transkrip

Subjek I Ibu Single Parent Remaja

Pola Komunikasi 1. Kesetaraan antar anggota keluarga A.1.6, A.1.24, A.1.25, A.1.27, A.1.28, A.1.10, A.1.26 A.2.24, A.2.25, A.2.27, A.2.28, A.2.29, A.2.12, A.2.13, A.2.26 2. Pembagian tugas pada

setiap anggota keluarga

A.1.23, A.1.29, A.1.41, A.1.42,

A.2.23, A.2.37 A.2.38,

3. Pengambilan keputusan didalam keluarga

A.1.43, A.1.44, A.2.39, A.2.40

4. Keleluasaan dan keterbukaan didalam komunikasi keluarga A.1.30, A.1.33, A.1.1, A.1.2, A.1.11, A.1.45, A.1.3, A.1.4, A.1.8, A.1.16

A.2.31, A.2.32, A.2.4, A.2.5, A.2.41, A.2.42, A.2.45, A.2.33

Variabel Indikator Bagian Transkrip

Subjek II Ibu Single Parent Remaja

Pola Komunikasi 1. Kesetaraan antar anggota keluarga B.1.27, B.1.18, B.1.19, B.1.22 B.2.25, B.2.32, B.2.21, B.2.22, B.2.23, B.2.28, B.2.29, B.2.48, B.2.49

2. Pembagian tugas pada setiap anggota keluarga

B.1.23, B.1.25, B.1.29, B.1.30 B.2.20, B.2.30, B.2.39, B.2.40, B.2.41, B.2.42, 3. Pengambilan keputusan didalam keluarga B.1.24, B.2.43. B.2.44 4. Keleluasaan dan keterbukaan didalam komunikasi keluarga B.1.3, B.1.7, B.1.4, B.1.8, B.1.9, B.1.10, B.1.6, B.1.20, B.1.21 B.2.1, B.2.3, B.2.2, B.2.4, B.2.17, B.2.18, B.2.7, B.2.19, B.2.24, B.2.26, B.2.27

Variabel Indikator Bagian Transkrip

Subjek III Ibu Single Parent Remaja

Pola Komunikasi 1. Kesetaraan antar anggota keluarga C.1.11, C.1.23, C.1.26, C.1.27 C.2.22,C.2.55, C.2.16, C.2.17, C.2.45, C.2.48, C.2.49, C.2.50,

C.2.51, C.2.52, C.2.61, C.2.72

2. Pembagian tugas pada setiap anggota keluarga

C.1.22, C.1.28, C.1.29. C.2.43, C.2.53, C.2.64, C.2.65, C.2.66, C.2.71 3. Pengambilan keputusan didalam keluarga C.1.30, C.1.31. C.2.67, C.2.70 4. Keleluasaan dan keterbukaan didalam komunikasi keluarga C.1.3, C.1.4, C.1.5, C.1.7, C.1.9, C.1.32, C.2.8, C.2.9, C.2.10, C.2.11, C.2.13, C.2.15, C.2.32, C.2.69, C.1.8, C.1.10, C.1.9, C.1.13 C.2.5, C.2.6, C.2.7, C.2.24, C.2.25, C.2.30, C.2.31, C.2.33, C.2.41, C.2.47, C.2.56, C.2.57 4.4.2. Penyajian Data

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2011), menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Peneliti menyajikannya dalam bentuk naratif di mana semua data yang diperoleh dimasukkan ke dalam setiap indikator-indikator pola komunikasi menurut Devito (2009) sebagaimana ditunjukkan pada lampiran. 4.5. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data

Dari uraian data diatas dan analisis data dari tiap- tiap indikator pola komunikasi keluarga, maka peneliti menarik kesimpulan serta mengklasifikasikan pola komunikasi apa saja yang digunakan oleh ibu single parent terhadap remaja.

Latar belakang penyebab terjadinya single parent memberikan dampak pada pola komunikasi yang dibangun dengan remaja.

4.5.1. Subjek I

Penerapan pola komunikasi yang diterapkan oleh kedua ibu single parent yaitu ibu SS kepada remaja MR menunjukkan penerapan pola komunikasi persamaan (Equallity Pattern), yaitu komunikasi yang terjadi tidak hanya dari salah satu pihak saja yaitu ibu single parent namun juga dari remaja. Dalam pola ini, tiap individu membagi kesempatan komunikasi secara merata dan seimbang, peran yang dimainkan tiap orang dalam keluarga adalah sama. Hal ini dapat dilihat bahwa komunikasi yang terjadi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung, dan bebas dari pemisahan kekuasaan yang terjadi pada hubungan ibu single parent dengan remaja. Dari beberapa indikator yang terungkap dari beberapa pernyataan diatas yaitu pernyataan indikator keleluasaan dan keterbukaan di dalam keluarga yang dimiliki oleh ibu single parent dan remaja yang telah terbangun, hal ini nampak dari remaja memiliki kebebasan untuk menyampaikan pendapat dan pandangannya. Keleluasaan dan keterbukaan yang dimilikinya, menjadikan komunikasi dan interaksi yang berlangsung antara ibu single parent dan remaja menjadi aktif, reflektif dalam memaknai pesan yang dikomunikasikan, serta pesan yang disampaikan lancar. Komunikasi yang dilakukan oleh ibu single paret dengan remaja memperdalam pengenalan satu sama lain, melalui intensitas, kedalaman dan frekuensi pengenalan diri masing-masing. Selain itu ibu single parent memposisikan remaja sebagai “teman” sehingga kesetaraan antar anggota keluarga nampak pada pola ini. Dalam pembagian tugas pada setiap

anggota keluarga, ibu single parent melakukan pekerjaan rumah secara bersama-sama. Komunikasi yag berjalan tidak ada pemisahan kekuasaan sehingga tugas pekerjaan rumah dilakukan secara bersama. Perbedaan pendapat diantara ibu single parent dengan remaja ditanggapi dengan saling mengemukakan serta mendengarkan dari setiap pandangan menjadikan komunikasi tidak hanya bersifat satu arah saja yaitu dari orang tua atau anak saja namun terjadi timbal balik yang aktif sehingga suasana keluarga menjadi dinamis, terbuka serta aktif dalam interaksi.

4.5.2. Subjek II

Ibu P kepada remaja PP menggunakan pola komunikasi yang sejenis dengan Subjek I, yaitu menggunakan pola komunikasi persamaan (Equallity Pattern). Kesetaraan antar anggota keluarga pada pola ini, memberikan kesempatan kepada remaja untuk menyampaikan pendapat dan masukan kepada ibu single parent sehingga tercipta suasana keleluasaan dan keterbukaan dalam keluarga sehingga menjadi aktif dan dinamis serta lebih terbuka dalam menyampaikan pesan tertentu dan berinteraksi. Pembagian tugas yang dilakukan oleh ibu single parent dengan remaja dengan melakukanpekerjaan ruma secara bersama-sama, indikator ini nampak dari uraian pernyataan di atas bahwa ibu single parent melakukan tugas pekerjaan rumah secara bersama-sama dengan remaja. Dalam kehidupan sehari-hari ibu single parent juga melibatkan remaja dalam pengambil keputusan secara bersama-sama, ibu juga melatih remaja agar mandiri dalam mengambil keputusannya sendiri. Dari hasil wawancara, Subjek II mengatakan sering mengalami perbedaan

pendapat, namun perbedaan dianggap sesuatu hal yang wajar oleh ibu single parent sebab perbedaan pendapat tidak dilihat sebagai salah satu kurang dari yang lain tetapi sebagai benturan yang tak terhindarkan dari ide-ide atau perbedaan nilai dan persepsi yang merupakan bagian dari hubungan jangka panjang. Dalam pola komunikasi ini, perbedaan pendapat merupakan pertanda yang berarti komunikasi berjalan secara timbal balik dan seimbang.

4.5.3. Subjek III

Penerapan pola komunikasi persamaan (Equallity Pattern) nampak juga pada subjek ketiga yaitu ibu EN kepada remaja SV. Dalam pola komunikasi ibu single parent memberi kesempatan kepada remaja untuk secara terbuka dan leluasa dalam berkomunikasi. Sikap keterbukaan dan empati yang diberikan oleh ibu single parent nampak pada beberapa pernyataan ibu single parent yang memberikan stimulus kepada remaja untuk terbuka. Selain itu ibu EN dalam mendapatkan informasi tentang Remaja SV, ibu EN juga menggali atau mendapatkan informasi dari orang-orang yang dirasa dekat dengan SV. Pada pola ini, ibu single parent mengalami kendala yaitu kurangnya sikap terbuka remaja kepada ibu single parent yang dilatarbelakangi karena remaja merasa lebih dekat dengan ayah sehingga ketika perceraian terjadi, memberikan kesulitan ibu single parent dalam berkomunikasi dengan remaja. Komunikasi yang berlangsung kurang mendapat respon dan timbal balik dari remaja.

Ibu single parent melibatkan remaja dalam pengambilan keputusan tentang masalah yang sering dihadapi yaitu masalah dengan keluarga

besar, serta ibu single parent berdiskusi dengan remaja untuk mencari solusi secara bersama-sama. Ibu single parent nampaknya harus lebih proaktif dan kreatif untuk memberikan rangsangan kepada remaja, sehingga kepekaan remaja atas rangsangan untuk berkomunikasi dengan baik menjadi semakin baik.

Dalam pembagian tugas di dalam keluarga, ibu memberikan tugas kepada remaja, namun ibu mengalami kendala karena remaja lebih banyak memiliki kegiatan diluar rumah, serta remaja yang cenderung tidak mau melaksanakan tugas yang diberikan ibu. Dari ketiga subjek ibu single parent, latarbelakang terjadinya single parent memiliki dampak pada pola komunikasi yang dibangun. Faktor perpisahan orangtua yang terjadi karena perceraian, yang menurut Hurlock (1990) lebih merusak hubungan anak dengan orang tua. Periode penyesuaian terhadap perceraian lebih lama dan sulit bagi remaja daripada penyesuaian remaja yang kehilangan orangtuanya karena kematian. Faktor lain adalah karena kedekatan antara ayah dengan remaja SV memberikan dampak perasaan kehilangan yang sangat dalam sehingga ketika perceraian terjadi membuat hubungan antara remaja dengan ibu single parent mengalami kendala. Hal ini nampak dari pernyataan ibu EN yang mengalami kesulitan membuat remaja SV untuk memiliki keleluasaan dan keterbukaan dengan remaja SV yang kurang dapat terbuka dengan ibu EN, sehingga ibu EN harus lebih proaktif agar pola komunikasi yang sudah terbangun menjadikan hubungan antara ibu EN dan remaja SV lebih erat lagi.

Dokumen terkait