• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.5 Reduksi Model dengan Metode SPA

Reduksi model merupakan upaya untuk mengganti model atau sistem yang berukuran besar dengan model yang lebih sederhana tanpa kesalahan yang

12

signifikan. Reduksi model dapat dilakukan dengan beberapa metode salah satunya SPA. Reduksi model dilakukan dengan cara membentuk sistem setimbang terlebih dahulu.

2.5.1 Sistem Setimbang

Sistem setimbang (𝐴̃, 𝐡,Μƒ 𝐢,Μƒ 𝐷̃) adalah sistem baru yang diperoleh dari sistem awal (𝐴, 𝐡, 𝐢, 𝐷) dengan Gramian keterkendalian π‘ŠΜƒ dan Gramian keteramatan 𝑀̃ yang sama dan merupakan matriks diagonal βˆ‘. Sistem setimbang diperoleh dengan mentransformasikan sistem awal pada persamaan (2.1) terhadap matriks transformasi 𝑇 yang memenuhi(Skogestad,S., Postlethwaite,I., 2001) :

π‘₯π‘˜ = 𝑇π‘₯Μƒπ‘˜ (2.11)

dengan

π‘₯π‘˜ : Variabel keadaan dari sistem (𝐴, 𝐡, 𝐢, 𝐷)

π‘₯Μƒπ‘˜ : Variabel keadaan dari sistem setimbang (𝐴̃, 𝐡,Μƒ 𝐢,Μƒ 𝐷̃)

𝑇 : Matriks transformasi yang non singular dan berukuran 𝑛 Γ— 𝑛 Selanjutnya, Persamaan (2.11) dapat dituliskan sebagai berikut :

π‘₯Μƒπ‘˜ = π‘‡βˆ’1π‘₯π‘˜ (2.12)

Untuk π‘˜ = π‘˜ + 1, maka Persamaan (2.12) menjadi

π‘₯Μƒπ‘˜+1 = π‘‡βˆ’1π‘₯π‘˜+1 (2.13)

Jika sistem awal pada Persamaan (2.1) disubstitusikan pada Persamaan (2.13) maka diperoleh hasil sebagai berikut :

π‘₯Μƒπ‘˜+1 = π‘‡βˆ’1 (𝐴π‘₯π‘˜+ π΅π‘’π‘˜) (2.14)

Selanjutnya, mensubstitusi Persamaan (2.11) ke dalam Persamaan (2.14), maka diperoleh hasil sebagai berikut :

π‘₯Μƒπ‘˜+1 = π‘‡βˆ’1(𝐴𝑇π‘₯π‘˜+ π΅π‘’π‘˜) = (π‘‡βˆ’1𝐴𝑇)π‘₯Μƒπ‘˜+ (π‘‡βˆ’1𝐡)π‘’Μƒπ‘˜

= 𝐴̃π‘₯Μƒπ‘˜+ π΅Μƒπ‘’Μƒπ‘˜ (2.15)

Sedangkan untuk mendapatkan matriks 𝐢̃ dan 𝐷̃, dilakukan dengan mensubstitusikan Persamaan (2.11) ke dalam Persamaan (2.1), maka diperoleh hasil sebagai berikut :

π‘¦Μƒπ‘˜ = (𝐢𝑇)π‘₯Μƒπ‘˜+ π·π‘’Μƒπ‘˜

13

Sehingga diperoleh

𝐴̃ = π‘‡βˆ’1𝐴𝑇, 𝐡̃ = π‘‡βˆ’1𝐡, 𝐢̃ = 𝐢𝑇, dan 𝐷̃ = 𝐷 Sistem setimbang dapat dituliskan dalam bentuk :

π‘₯Μƒπ‘˜+1= 𝐴̃π‘₯Μƒπ‘˜+ π΅Μƒπ‘’Μƒπ‘˜

π‘¦Μƒπ‘˜ = 𝐢̃π‘₯Μƒπ‘˜+ π·Μƒπ‘’Μƒπ‘˜ } (2.17)

Hubungan antara sistem setimbang dengan Gramian keterkendalian dan Gramian keteramatan sistem, dapat dilihat pada definisi berikut :

Definisi 2.6

Sistem (𝐴̃, 𝐡,Μƒ 𝐢,Μƒ 𝐷̃) disebut sistem setimbang dari sistem (𝐴, 𝐡, 𝐢, 𝐷) jika sistem

(𝐴̃, 𝐡,Μƒ 𝐢,Μƒ 𝐷̃) mempunyai Gramian keterkendalian π‘ŠΜƒ , dan Gramian keteramatan 𝑀̃,

yang merupakan solusi tunggal dari persamaan Lyapunov

π΄Μƒπ‘ŠΜƒ 𝐴̃𝑇+ π΅Μƒπ΅Μƒπ‘‡βˆ’ π‘ŠΜƒ = 0 (2.18) 𝐴̃𝑇𝑀̃𝐴̃ + 𝐢̃𝑇𝐢̃ βˆ’ 𝑀̃ = 0 (2.19)

Sedemikian sehingga memenuhi

π‘ŠΜƒ = 𝑀̃ = βˆ‘ = diag(𝜎1, 𝜎2, … , πœŽπ‘›), 𝜎1 β‰₯ β‹― β‰₯ πœŽπ‘Ÿβ‰₯ β‹― β‰₯ πœŽπ‘› > 0.

dengan πœŽπ‘– merupakan nilai singular Hankel dari sistem (𝐴, 𝐡, 𝐢, 𝐷) yang dapat

didefinisikan sebagai

πœŽπ‘– = |βˆšπœ†π‘–(π‘Šπ‘€)| , 𝑖 = 1, … , 𝑛, (2.20)

dengan πœ†π‘– adalah nilai-nilai eigen dari π‘Šπ‘€.

2.5.2 Metode Reduksi Model dengan Singular Perturbation Approximation (SPA)

Pada reduksi model dengan metode Singular Perturbation Approximation (SPA), semua variabel keadaan pada sistem setimbang (𝐴̃, 𝐡,Μƒ 𝐢,Μƒ 𝐷̃) dapat dipartisi menjadi mode cepat dan lambat. Variabel keadaan yang bersesuaian dengan nilai singular Hankel kecil didefinisikan sebagai mode lambat, sedangkan variabel keadaan yang bersesuaian dengan nilai singular Hankel yang lebih besar didefinisikan sebagai mode cepat. Dikatakan mode cepat karena variabel keadaan yang berpengaruh besar pada sistem sehingga eror yang dihasilkan tidak dapat diabaikan, dapat diamati dan dikontrol dengan cepat. Sedangkan dikatakan mode lambat karena variabel keadaan yang berpengaruh kecil pada sistem sehingga eror yang dihasilkan dapat diabaikan, dapat diamati dan dikontrol dengan lambat.

14

Selanjutnya, model tereduksi diperoleh dengan mengambil kecepatan dari mode lambat sama dengan nol dimana kecepatan dari mode lambat ini tidak diabaikan. Hal ini yang menyebabkan metode reduksi disebut dengan Singular Perturbation

Approximation. Selanjutnya, pada sistem yang telah direduksi dengan metode Singular Perturbation Approximation (SPA), sifat kestabilan yang berlaku pada

sistem semula juga berlaku pada sistem yang telah direduksi. Adapun teorema kestabilan sistem tereduksi dengan metode SPA diberikan sebagai berikut (Green, M., Limebeer, D.J.N, 1995) :

Teorema 2.5

Jika sistem (𝐴̃, 𝐡,Μƒ 𝐢,Μƒ 𝐷̃) merupakan sistem yang stabil asimtotis, maka sistem

tereduksi dengan metode Singular Perturbation Approximation (SPA)(𝐴̃, 𝐡,Μƒ 𝐢,Μƒ 𝐷̃)

juga merupakan sistem yang stabil asimtotis.

Setelah diperoleh sistem setimbang (𝐴̃, 𝐡,Μƒ 𝐢,Μƒ 𝐷̃) dengan Gramian keterkendalian π‘ŠΜƒ dan Gramian keteramatan 𝑀̃ yang sama, dan merupakan matriks

diagonal βˆ‘. Selanjutnya sistem (𝐴̃, 𝐡,Μƒ 𝐢,Μƒ 𝐷̃) dipartisi sesuai dengan

βˆ‘ = π‘‘π‘–π‘Žπ‘”(βˆ‘ , βˆ‘ )1 2 , dimana βˆ‘ = π‘‘π‘–π‘Žπ‘”(𝜎1 1, 𝜎2, β‹― . πœŽπ‘›) dan βˆ‘ = π‘‘π‘–π‘Žπ‘”(𝜎2 π‘Ÿ+1, , πœŽπ‘Ÿ+2,β‹― . πœŽπ‘›). Dengan demikian, realisasi sistem (𝐴̃, 𝐡,Μƒ 𝐢,Μƒ 𝐷̃)

dapat ditulis sebagai berikut : [π‘₯Μƒ1(π‘˜ + 1) π‘₯Μƒ2(π‘˜ + 1)] = [ 𝐴̃11 𝐴̃12 𝐴̃21 𝐴̃22 ] [ π‘₯Μƒ1(π‘˜) π‘₯Μƒ2(π‘˜)] + [ 𝐡̃1 𝐡̃2 ] 𝑒(π‘˜) 𝑦̃(π‘˜) = [𝐢̃1 𝐢̃2 ] [π‘₯Μƒ1(π‘˜) π‘₯Μƒ2(π‘˜)] + 𝐷̃𝑒(π‘˜) } (2.21)

dengan π‘₯Μƒ1(π‘˜) ∈ β„π‘Ÿ dan 𝐴̃11∈ β„π‘Ÿπ‘₯π‘Ÿ bersesuaian dengan gramian βˆ‘1, dan π‘₯Μƒ2(π‘˜) ∈ β„π‘›βˆ’π‘Ÿ bersesuaian dengan βˆ‘2.

Langkah selanjutnya, mengambil π‘₯Μƒ2(π‘˜ + 1) = 0 sehingga dari Persamaan (2.21) diperoleh

π‘₯Μƒ1(π‘˜ + 1) = 𝐴̃11π‘₯Μƒ1(π‘˜) + 𝐴̃12π‘₯Μƒ2(π‘˜) + 𝐡̃1𝑒(π‘˜) (2.22) 0 = 𝐴̃21π‘₯Μƒ1(π‘˜) + 𝐴̃22π‘₯Μƒ2(π‘˜) + 𝐡̃2𝑒(π‘˜) (2.23) 𝑦̃(π‘˜) = 𝐢̃1π‘₯Μƒ1(π‘˜) + 𝐢̃2 π‘₯Μƒ2(π‘˜) + 𝐷̃𝑒(π‘˜) (2.24)

Kemudian, dengan mengansumsikan 𝐴̃22 adalah matriks nonsingular, dari Persamaan (2.23) diperoleh

15

π‘₯Μƒ2(π‘˜) = βˆ’π΄Μƒ22 βˆ’1𝐴̃21π‘₯Μƒ1(π‘˜) βˆ’ 𝐴̃22 βˆ’1𝐡̃2𝑒(π‘˜) (2.25)

Selanjutnya, mensubsitusikan Persamaan (2.25) ke dalam Persamaan (2.22) dan Persamaan (2.24). Dengan demikian, diperoleh sistem tereduksi berorde π‘Ÿ yang bersesuaian dengan gramian βˆ‘1𝑠ebagai berikut :

π‘₯Μƒ1(π‘˜ + 1) = 𝐴̃11π‘₯Μƒ1(π‘˜) + 𝐡̃1 𝑒(π‘˜)

𝑦̃(π‘˜) = 𝐢̃1 π‘₯Μƒ1(π‘˜) + 𝐷̃𝑒(π‘˜) } (2.26) Untuk π‘˜ = 0,1,2, β‹―, dengan π‘₯Μƒ1(π‘˜) ∈ β„π‘Ÿ , 𝑒(π‘˜) ∈ ℝ𝑠 dan 𝑦̃(π‘˜) ∈ ℝ𝑑 maka

π΄Μƒπ‘Ÿ= 𝐴̃11βˆ’ 𝐴̃12𝐴̃22 βˆ’1𝐴̃21 (2.27)

π΅Μƒπ‘Ÿ = 𝐡̃1βˆ’ 𝐴̃12𝐴̃22 βˆ’1𝐡̃2 (2.28)

πΆΜƒπ‘Ÿ = 𝐢̃1βˆ’ 𝐢̃2𝐴̃22 βˆ’1𝐴̃21 (2.29)

π·Μƒπ‘Ÿ = 𝐷̃ βˆ’ 𝐢̃2𝐴̃22 βˆ’1𝐡̃2 (2.30)

Dengan demikian diperoleh sistem tereduksi yang berukuran π‘Ÿ yang dapat dinyatakan dalam bentuk :

π‘₯Μƒπ‘Ÿπ‘˜+1= π΄Μƒπ‘Ÿπ‘₯Μƒπ‘Ÿπ‘˜+ π΅Μƒπ‘Ÿπ‘’Μƒπ‘˜

π‘¦Μƒπ‘Ÿπ‘˜ = πΆΜƒπ‘Ÿπ‘₯Μƒπ‘Ÿπ‘˜+ π·Μƒπ‘Ÿπ‘’Μƒπ‘˜} (2.31) Untuk selanjutnya sistem tereduksi ini disebut sebagai sistem (π΄Μƒπ‘Ÿ, π΅Μƒπ‘Ÿ, πΆΜƒπ‘Ÿ, π·Μƒπ‘Ÿ).

Dari reduksi orde model dengan metode Singular Perturbation

Approximation (SPA) pada sistem (𝐴̃, 𝐡,Μƒ 𝐢,Μƒ 𝐷̃) yang stabil asimtotis, terkendali dan

teramati berorde 𝑛 dihasilkan sistem tereduksi (π΄Μƒπ‘Ÿ, π΅Μƒπ‘Ÿ, πΆΜƒπ‘Ÿ, π·Μƒπ‘Ÿ) berorde π‘Ÿ < 𝑛 yang stabil asimtotis.

Teorema 2.6

Diberikan suatu sistem (𝐴̃, 𝐡,Μƒ 𝐢,Μƒ 𝐷̃) yang bersifat stabil, terkendali, teramati dan

setimbang dengan Gramian π‘ŠΜƒ = 𝑀̃ = π‘‘π‘–π‘Žπ‘”(𝜎1, 𝜎2, … , πœŽπ‘›), 𝜎1 β‰₯ β‹― β‰₯ πœŽπ‘Ÿ β‰₯ β‹― β‰₯

πœŽπ‘› > 0, dengan πœŽπ‘Ÿβ‰₯ πœŽπ‘Ÿ+1 maka sistem tereduksi dengan order r juga akan stabil,

terkendali dan teramati, serta memenuhi β€–πΊπ‘ βˆ’ πΊπ‘Ÿβ€–βˆžβ‰€ 2(πœŽπ‘Ÿ+1 + β‹― + πœŽπ‘›),

dengan 𝐺𝑠 dan πΊπ‘Ÿ masing - masing adalah fungsi transfer sistem (𝐴, 𝐡, 𝐢, 𝐷) dan

16

2.6 Filter Kalman

Filter Kalman merupakan salah satu metode untuk mengestimasi variabel

state dari sistem dinamik stokastik yang pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf E.

Kalman pada tahun 1960. Estimasi dengan menggunakan metode ini dilakukan dengan cara memprediksi variabel state berdasarkan dinamika sistem dan data pengukuran (Lewis, 1992). Pada pemodelan sistem, tidak ada model matematika dari suatu sistem yang sempurna. Hal ini dapat disebabkan karena adanya faktor

noise yang mempengaruhi sistem. Oleh sebab itu, perlu ditambahkan faktor

stokastik pada sistem deterministik persamaan (2.1) yang berupa noise sistem dan

noise pengukuran, sehingga menjadi sistem dinamik stokastik sebagai berikut :

π‘₯π‘˜+1 = π΄π‘˜π‘₯π‘˜+ π΅π‘˜π‘’π‘˜+ πΊπ‘˜π‘€π‘˜ (2.33)

π‘§π‘˜ = π»π‘˜π‘₯π‘˜+ π‘£π‘˜ (2.34)

Dengan π‘₯π‘˜ merupakan variabel state pada waktu k, π‘’π‘˜ adalah vektor masukan deterministik pada waktu k, π‘§π‘˜ adalah vektor pengukuran, π‘€π‘˜ dan π‘£π‘˜ masing - masing adalah noise sistem dan noise pengukuran pada waktu k yang merupakan besaran stokastik. π΄π‘˜, π΅π‘˜, πΊπ‘˜, π»π‘˜ adalah matriks - matriks dengan ukuran yang bersesuaian. Noise pada sistem dan pengukuran diasumsikan berdistribusi Normal - Gauss dengan mean nol dan variansinya masing - masing adalah matriks semi - definit positif π‘„π‘˜ dan matriks definit positif π‘…π‘˜.

Algoritma Filter Kalman terdiri dari 4 bagian. Bagian pertama dan kedua memberikan model sistem dan model pengukuran serta nilai awal (inisialisasi), sedangkan bagian ketiga dan keempat adalah tahap prediksi dan tahap koreksi. Pada tahap prediksi didefinisikan suatu estimasi keadaan π‘₯Μ‚π‘˜+1βˆ’ ∈ 𝑅𝑛 pada waktu π‘˜ + 1 (priori state estimate), kemudian dihubungkan dengan kovariansi kesalahan π‘ƒπ‘˜+1βˆ’ (priori error covariance). Sedangkan pada tahap koreksi memberikan koreksi berdasarkan pengukuran π‘§π‘˜+1 pada waktu π‘˜ + 1 untuk menghasilkan estimasi π‘₯Μ‚π‘˜+1 ∈ 𝑅𝑛 dan kovariansi kesalahan π‘ƒπ‘˜+1, masing - masing disebut posteriori state

estimate dan posteriori error covariance. Berikut ini akan diberikan tabel dari

17

Tabel 2.1 Algoritma Filter Kalman

Model Sistem dan Model Pengukuran

π‘₯π‘˜+1= π΄π‘˜π‘₯π‘˜+ π΅π‘˜π‘ˆπ‘˜+ πΊπ‘˜π‘€π‘˜ π‘§π‘˜ = π»π‘˜π‘₯π‘˜+ π‘£π‘˜

π‘₯0~(π‘₯Μ…Μ…Μ…, 𝑃0 π‘₯0), π‘€π‘˜ = (0, π‘„π‘˜), π‘£π‘˜ = (0, π‘…π‘˜) Asumsi :

{π‘€π‘˜} dan {π‘£π‘˜} merupakan white noise , tidak berkorelasi dengan π‘₯0 dan nilai yang lainnya, π‘…π‘˜ > 0 Inisialisasi π‘₯0 Μ‚ = π‘₯Μ…Μ…Μ…, 𝑃0 0 = 𝑃π‘₯0 Tahap Prediksi Kovariansi Error π‘ƒπ‘˜+1βˆ’ = π΄π‘˜π‘ƒπ‘˜π΄π‘‡+ πΊπ‘˜π‘„π‘˜πΊπ‘˜π‘‡ Estimasi π‘₯Μ‚π‘˜+1βˆ’ = π΄π‘˜π‘₯Μ‚π‘˜+ π΅π‘˜π‘ˆπ‘˜ Tahap Koreksi Kalman Gain πΎπ‘˜+1 = π‘ƒπ‘˜+1βˆ’ π»π‘˜+1𝑇(π»π‘˜+1π‘ƒπ‘˜+1βˆ’ π»π‘˜+1π‘‡π‘…π‘˜+1)βˆ’1 Kovariansi Error π‘ƒπ‘˜+1= (𝐼 βˆ’ πΎπ‘˜+1π»π‘˜+1)π‘ƒπ‘˜+1βˆ’ Estimasi π‘₯Μ‚π‘˜+1= π‘₯Μ‚π‘˜+1βˆ’ + πΎπ‘˜+1(π‘§π‘˜+1βˆ’ π»π‘˜+1π‘₯Μ‚π‘˜+1βˆ’ )

Dokumen terkait