• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.6 TEKNIK ANALISIS DATA .1 Analisis Deskriptif .1 Analisis Deskriptif

3.6.2 Uji Regresi Linear Berganda

Uji regresi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Premi, Klaim, Hasil underwriting, Investasi , dan Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Aset pada Perusahaan Asuransi Pendidikan Syariah Di Indonesia tahun 2013-2017.

Persamaan regresi linear berganda :

Y = a + PRE + KLA + UNW + INV + PRO + e Keterangan :

Y = Pertumbuhan Aset a = Konstanta

- = Koefisien Regreasi PRE = Premi

KLA = Klaim

UNW = Hasil Underwriting INV = Investasi

PRO = Profitabilitas e = Standar Error

3.6.3 Uji Asumsi Klasik 1. Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Karena dalam uji F dan uji t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti disttribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistic menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menguji normalitas adalah uji Kolmogorov-Smirnov (K-S).

H0 : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

Jika signifikan nilai K-S < 0,05 maka Ho ditolak dan jika signifikan > 0,05 maka Ho diterima.

2. Multikolinieritas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi, maka terjadi problem multikolinieritas. Model regresi yang baikseharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal, dan akan menghasilkan data yang bias.

Pedoman suatu model regresi yang bebas dari multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya nilai VIF (Variance Inflation Faktor).

Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cut-off yang dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan VIF > 10. (Imam Ghozali,2006).

3. Heteroskedastisitas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual dari suatu pengamatan ke pengamatan-pengamatan yang lain. Jika variandari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika varian berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED.

Model yang digunakan adalah model atau metode glejser dengan dasar pengambilan keputusan membandingkan nilai sig variabel independen dengan tingkat kepercayaan (α = 0,05). Apabila nilai sig lebih besar dari nilai α (sig > α) maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

4. Autokorelasi

Autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Masalah autokorelasi akan muncul bila data sesudahnya merupakan fungsi dari data sebelumnya, atau data sesudahnya memiliki korelasi yang tinggi dengan data sebelumnya pada data runtut waktu dan besaran data sangat tergantung pada tempat data tersebut terjadi. Jika terjadi pelanggaran ini, maka hasil olah data yang dihasilkan akan bias dan tidak akurat. Salah satu cara untuk melihat adanya autokorelasi adalah dengan Run Test. Run Test sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi maka dapat dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (Sistematis).

H0 : residual (res_1) random (acak) HA : residual (res_1) tidak random

Jika signifikan nilai Run Test < 0,05 maka Ho ditolak dan jika signifikan > 0,05 maka Ho diterima.

3.6.4 Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian) 1. Koefesien Determinasi

Koefesien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa baik garis regresi sesuai dengan data aktualnya (good of fit). Koefisien determinasi ini mengukur persentase total variasi variabel dependen Y yang dijelaskan oleh variabel independen didalam garis regresi. Dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda, maka masing-masing variabel independen yaitu Premi, Klaim, Hasil Underwriting, Investasi, dan Profitabilitas secara parsial dan simultan mempengaruhi variabel dependen yaitu Pertumbuhan Aset. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen.

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen. Oleh Karena itu penelitian ini menggunakan nilai Adjusted R2 untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

2. Uji T-Statistik

Uji statistik t digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dasar pengambilan keputusannya adalah dengan membandingkan nilai signifikan hasil perhitungan dengan tingkat kepercayaan sebesar 5%. Apabila nilai sig. lebih kecil dari tingkat kepercayaan, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Cara pengambilan keputusan uji statistic t yaitu dengan merumuskan hipotesis :

H0 : bi = 0 tidak terdapat pengaruh signifikan Ha : bi ≠ 0 terdapat pengaruh signifikan

Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima.

3. Uji F-Statistik

Uji F digunakan untuk mengevaluasi pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Uji F bisa dijelaskan dengan menggunakan varian (analysis of variance = ANOVA). Uji F menunjukan apakah semua variabel bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (Ho) yang hendak di uji adalah apakah parameter semua variabel dalam model sama dengan nol. Artinya apakah semua

variabel independen. Hipotesis alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan merupakan penjelas yang siginifikan terhadap variabel dependen.

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Profil PT. Asuransi Pendidikan Syariah

Dalam sejarahnya, asuransi pendidikan syariah sudah ada sejak lama beredar di Indonesia. Nasabah menyetorkan sejumlah dana setiap bulannya ke perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi akan memberikan bantuan dana kepada nasabah ketika anaknya berusia 6 Tahun dan masuk sekolah dasar (SD), usia 12 Tahun ketika masuk SMP, dst. Hanya saja model asuransi pendidikan tradisional ini sudah tidak diminati lagi karena besaran dana yang diberikan perusahaan asuransi ditahun-tahun tersebut tidak bisa mengejar tingkat inflasi.

Oleh karena itu muncullah skema asuransi pendidikan syariah dalam unitlink dengan harapan tingkat return unitlink (sekitar 15-20% pertahun) dapat mengejar ketinggalan mata uang kita terhadap inflasi. Jika asuransi pendidikan unitlink bisa menjanjikan sejumlah dana bagi si anak di tahun saat kita membutuhkannya dengan asuransi pendidikan syariah maka selain menabung untuk menyiapkan dana bagi pendidikan anak juga memberikan jaminan. Anda akan tetap terjamin dapat berjalan sesuai dengan cita-cita anda jika hidup suatu saat anda tidak bisa bekerja normal seperti sekarang lagi. Asuransi pendidikan memiliki 2 jenis yaitu:

1. Asuransi Dwiguna (endowment)

Salah satu jenis asuransi tradisional dan tentu saja sudah ada sejak zaman dahulu.

Produk asuransi pendidikan pada awal-awal dipasarkan di Indonesia, selalu

menggunakan asuransi dwiguna, produk asuransi dwiguna tidak menerapkan system investasi, jadi keuntungan untuk dana pendidikan yang didapat angkanya sudah jelas.

Biasanya nilai dana pendidikan lebih kecil dibandingkan asuransi unitlink. Sebagai salah satu contoh produk asuransi dwiguna adalah Bringin Danasiswa yang dimiliki oleh perusahaan asuransi Bringin Life, Bringin Danasiswa memberikan Tahapan Dana Pendidikan (TDP) sesuai dengan jenjang pendidikan Anak.

2. Asuransi Pendidikan Unitlink

Pada asuransi pendidikan unitlink keuntungan investasi diambil sesuai dengan waktu untuk membayar biaya pendidikan. Jadi boleh dibilang lebih fleksibel, karena investasi (unit) sewaktu-waktu dapat dicairkan, kelemahannya karena bersifat investasi maka tidak ada jaminan atas keuntungan. Sebagai salah satu contoh produk asuransi unitlink adalah Asuransi Mandiri Sejahtera Cerdas yang dimiliki oleh perusahaan asuransi Axa Mandiri.

Dokumen terkait