• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

Pasal 1 : Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyaki martabat dan hak hak yang sama Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan

E. Regulasi tentang Usaha Mikro

Perhatian Pemerintah dengan pengembangan usaha mikro tercermin dengan keluarnya UU RI No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Yang dimaksud dengan Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Dalam Pasal 6 pada UU ini juga dijelaskan tentang kriteria usaha mIkro, sebagai berikut :

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Yang dimaksud dengan “kekayaan bersih” adalah hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha (aset) dengan total nilai kewajiban, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Sedangkan yang dimaksud dengan ”hasil penjualan tahunan” adalah hasil penjualan bersih (netto) yang berasal dari penjualan barang dan jasa usahanya dalam satu tahun buku.

Dalam Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah maka Pemerintah dan Pemerintah Daerah berperan sebagai fasilitator dalam bidang: a. produksi dan pengolahan;

b. pemasaran;

c. sumber daya manusia; dan d. desain dan teknologi.

Pengembangan dalam bidang produksi dan pengolahan sebagaimana dimaksud dilakukan antara melalui peningkatan teknik produksi dan pengolahan serta kemampuan manajemen, memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana, produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong, dan kemasan bagi produk dan mendorong penerapan standarisasi dalam proses produksi dan pengolahan.

Pengembangan dalam bidang sumberdaya manusia sebagaimana dikembangkan adalah dengan cara memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan, meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial; juga termasuk membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk

melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis, dan penciptaan wirausaha baru. (DepkopUKM, 2008)

Eksistensi dan peran UKM pada tahun 2006 mencapai 48,93 juta unit usaha dan merupakan 99,9% dari pelaku usaha nasional dalam tata perekonomian nasional sudah tidak diragukan lagi, dengan melihat kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, nilai ekspor nasional, dan investasi nasional: PDB adalah semua barang dan jasa yang diproduksikan dalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu (yang biasanya 1 tahun).

Sementara kegiatan usaha di pulau kecil juga diatur dalam suatu UU yaitu UU No. 27 tahun 2008 tentang pemanfaatan dan pengelolaan pesisir dan pulau- pulau kecil serta Peraturan Menteri (PerMen) KP No. 20 tahun 2008 tentang pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan disekitarnya yang diprioritaskan untuk salah satu atau lebih kepentingan berikut :

a. konservasi;

b. pendidikan dan pelatihan; c. penelitian dan pengembangan; d. budidaya laut;

e. pariwisata;

f. usaha perikanan dan kelautan secara lestari; g. pertanian organik; dan/atau

h. peternakan.

Selain hal-hal di atas disebutkan pula bahwa pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya, kecuali untuk konservasi, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan, wajib memenuhi persayaratan berikut:

a. sesuai dengan rencana zonasi;

b. memenuhi persyaratan pengelolaan lingkungan;

c. memperhatikan kemampuan sistem tata air setempat; dan d. menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.

Untuk memperluas kesempatan masyarakat miskin kawasan pesisir dalam pemenuhan hak-hak dasar dilakukan melalui program diantaranya:

a. Pengembangan kapasitas masyarakat pesisir dalam pengelolaan sumber daya pesisir yang berkelanjutan;

terhadap harga-harga hasil tangkapan nelayan dan dalam pengambilan keputusan;

c. Pelaksanaan regulasi yang mengatur kawasan penangkapan ikan dan pengakuan atas tradisi lokal masyarakat pesisir;

d. Optimalisasi daya guna potensi sumber daya kelautan dan pesisir;

e. Koordinasi berbagai sumber bantuan modal, peralatan tangkap dan teknologi untuk mendukung pengembangan ekonomi masyarakat pesisir; f. Pemberdayaan ekonomi bagi perempuan di kawasan pesisir; dan

g. Peningkatan pengawasan kegiatan ekonomi pesisir dengan melibatkan masyarakat pesisir melalui patroli keamanan wilayah laut dan pesisir berbasis masyarakat (Siswasmas) (Bappenas, 2003).

Sejak tahun 1990-an, ada sebuah sistem keuangan untuk melayani masyarakat miskin, khususnya perempuan, yang mulai diperkenalkan di Indonesia, yaitu sistem grameen bank. Sistem ini dirintis oleh Prof. Muhammad Yunus dari Bangladesh pada tahun 1977. Dari ujicoba yang dilakukan di Indonesia, ternyata menunjukkan hasil yang cukup baik, terbukti program ini mampu berjalan hingga sekarang.

Sejak akhir tahun 90-an, sistem ini mulai diperkenalkan di beberapa lokasi di Indonesia dan secara berangsur dikembangkan lebih serius. Dikatakan serius karena lembaga tersebut secara profesional membentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang khusus menggunakan sistem grameen. Lembaga Replikasi Grameen Bank (RGB) ini menjadikan kelompok perempuan dari keluarga miskin, bahkan paling miskin, sebagai sasarannya.

Dalam konteks grameen bank, orang yang paling miskin adalah orang yang paling membutuhkan modal untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya, sehingga bisa meningkatkan pendapatan. Selain itu, orang yang paling miskin adalah orang yang paling taat dalam membayar utang, karena dana pinjaman itulah satu-satunya yang memungkinkan untuk bisa membantu meningkatkan kehidupan mereka. Pemahaman ini sangat berbeda dengan pemahaman yang belaku di hampir semua lembaga keuangan, bahwa orang miskin tidak layak untuk diberi pinjaman karena tidak bankable.

Selama hampir sepuluh tahun pengalaman RGB di Indonesia, nasabah perempuan ternyata mempunyai track record yang cukup baik, seperti terlihat dari kehadiran dalam minggon, pembayaran angsuran, kekompakan dalam kelompok, dan lain-lain. Perempuan juga mempunyai tanggung jawab yang

sangat baik dalam penggunaan pinjaman, terlepas apakah dana tersebut digunakan sendiri atau digunakan oleh suaminya. Andaikan dana itu digunakan oleh suaminya, maka sebagai isteri, mereka akan mengontrol penggunaannya.

Meskipun kini sudah banyak program yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan, ternyata jumlah orang miskin tak juga berkurang, malahan bertambah. Dengan jumlah penduduk miskin di Indonesia yang mencapai 40-50 juta, tampak bahwa peluang pasar untuk LKM masih sangat besar. Dilihat dari jenis kelamin, maka penduduk perempuanlah yang paling merasakan dampak dari kemiskinan tersebut, sehingga cukup beralasan kalau RGB memprioritaskan perempuan sebagai target marketnya. (Riyadi, 2003)

Berdasarkan regulasi dan beberapa kebijakan serta program di atas maka kegiatan usaha mikro di pulau kecil memang sudah sangat layak untuk lebih dikembangkan. Tenaga kerja yang paling baik untuk diberdayakan adalah para perempuan yang dapat menjadikan usaha mikro ini sebagai mata pencaharian alternatif untuk meningkatkan ekonomi keluarganya.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen terkait