• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEOR

2.7. Regulator Tegangan IC 7805

Rangkaian penyearah pada dasarnya sudah cukup bagus jika tegangan ripple- nyakecil, namun ada masalah pada stabilitas tegangan yang dihasilkan. Jika tegangan PLNnaik/turun, maka tegangan output-nya juga akan naik/turun. Untuk mengatasi hal tersebut maka digunakan IC ini sebagai penstabil tegangan. kongifurasi pin IC regulator ditunjukan pada Gambar 2.18.

Gambar 2.18. Konfigurasi pin IC Regulator [20]

Tabel 2.7 menunjukan spesifikasi IC regulator seri 78xx denga keluaran dan masukan minimum dan maksimum.

Tabel 2.7. Karakteristik Regulator Tegangan IC 78xx [21]

Type VOUT (Volt)

VIN (Volt) Min Maks 7805 5 7,3 20 7806 6 8,3 21 7808 8 10,5 23 7810 10 12,5 25 7812 12 14,6 27 7815 15 17,7 30 7818 18 21 33 7824 24 27,1 38

Gambar 2.19. Rangkaian Umum Regulator 78xx [21]

Pada gambar 2.19 memiliki nilai komponen c1 dan c2 difungsikan sebagai filter capasitor yang bertujuan untuk menghilangkan tegangan ripple agar tegangan keluaran menjadi lebih stabil. Untuk mendapatkan nilai capasitor yang sesuai, dapat mengacu pada persamaan 2.10 dan 2.11 [21].

(2.10)

(2.11)

Komponen eksternal yang digunakan yaitu transistor 2N3055 karena kemampuan arus maksimal adalah 15 A [22]. Untuk gambar rangkaian lengkap dengan ic regulator dapat ditunjukan gambar 2.20.

Gambar 2.20. Rangkaian Catu Daya dengan Penguat [22]

Dari gambar 2.25, maka diperleh persamaan-persamaan sebagai berikut[22] :

VB = Vreg + VD (2.12)

Vo = Vreg – VBE (2.13)

Jika VD VBE, maka

Vo = Vreg (2.14)

Tegangan diantara kolektor dan emittor transistor 2N3055 adalah[22],

VCE = VIN– VR1 (2.15)

Disipasi daya transistor NPN 2N3055 adalah[22],

PD = VCE x IC (2.16)

Untuk nilai penguatan arus diperoleh dengan persamaan dibawah ini[21] :

Ic = β IB (2.17)

Ie = (β+1) IB (2.18)

2.8

Pengolahan Citra

2.8.1 Citra Digital

Sebuah citra dapat didefinisikan sebagai fungsi dua dimensi f(x,y), dimana x dan y adalah koordinat spasial dan amplitude dari f pada sembarang pasangan koordinat (x,y) disebut intensity (intensitas) atau gray level (keabuan) dari citra tersebut. Ketika x, y dan nilai intensitas dari f adalah semua terbatas, discrete quantities, citra tersebut dapat juga disebut digital image (citra digital) [23]. Citra digital terdiri dari sejumlah elemen tertentu, setiap elemen mempunyai lokasi dan nilai tertentu. Elemen–elemen ini disebut picture element, image element, pels dan pixels.

Sumber noise pada citra digital bisa terjadi sejak pengambilan atau transmisi citra. Kinerja dari sensor citra dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kondisi lingkungan selama 6

pengambilan citra dengan kamera webcam, level pencahayaan dan suhu sensor adalah faktor utama yang mempengaruhi tingkat noise pada citra yang dihasilkan [23].

2.8.2 Citra RGB

Citra RGB disebut juga citra truecolor. Citra RGB merupakan citra digital yang mengandung matriks data berukuran M × N × 3 yang merepresentasikan warna merah, hijau, dan biru untuk setiap pixel. Setiap warna dasar diberi rentang nilai tersendiri. Nilai rentang paling kecil yaitu 0 dan paling besar yaitu 255. Warna dari tiap pixel ditentukan oleh kombinasi dari intensitas merah, hijau, dan biru.Jumlah bit dalam citra RGB dimana setiap citra red, green dan blue adalah citra 8 bit. Dalam kondisi setiap warna pixel RGB mempunyai kedalaman 24 bit. Citra full color sering digunakan untuk menyatakan citra berwarna RGB 24 bit. Total jumlah warna dalam citra 24 bit adalah ( ) = 16,777,216[24]. Seperti yang ditunjukan pada gambar 2.21.

Gambar 2.21. Kubus Berwarna RGB 24bit[24]

2.8.3 Citra Grayscale

Citra berwarna terdiri dari 3 layer matrik yaitu R-layer, G-layer, dan B-layer seperti yang telah dibahas sebelumnya. Sehingga bila citra tersebut akan diproses membutuhkan proses perhitungan yang panjang karena perhitungan harus diulang sebanyak tiga kali. Supaya citra dapat diproses oleh komputer dengan mudah maka citra digital harus memiliki format tertentu, oleh sebab itu hal pertama kali yang dilakukan untuk melakukan pengolahan citra yaitu dengan cara mengubah citra berwarna menjadi format/bentuk grayscale atau warna keabuan. Mengubah citra berwarna menjadi citra grayscale dapat dilakukan dengan cara mengambil rata-rata dari nilai R, G, dan B (2.3) menggunakan rumus dibawah ini [16];

Dimana :

S : Nilai grayscale R : Nilai warna Red G : Nilai warna Green B : Nilai warna Blue

Citra grayscale merupakan citra digital yang pada setiap pikselnya hanya memiliki satu nilai kanal. Format citra ini disebut skala keabuan karena pada umumnya warna hitam digunakan sebagai warna minimal 0 dan warna putih sebagai warna maksimal 255, dimana warna tengah-tengah antara hitam dan putih adalah abu-abu. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.21.

Gambar 2.22. Citra Skala Keabuan

2.8.4 Citra Biner

Citra biner (binary image) adalah citra yang hanya mempunyai dua nilai derajat keabuan yaitu hitam dan putih. Meskipun saat ini citra berwarna lebih disukai karena member kesanyang lebih kaya dari pada citra biner, namun tidak membuat citra biner mati. Pada beberapa aplikasi citra biner masih dibutuhkan, misalnya citra logo instansi (yang hanya terdiri atas warna hitam putih), citra kode batang (bar code) yang tertera pada label barang, citra hasil pemindaian dokumen teks, dan sebagainya.Citra biner hanya mempunyai dua nilai derajat keabuan yaitu hitam da nputih. Pixel-pixel objek bernilai 1 dan pixel-pixel lattar belakang bernilai 0. Pada saat menampilkan gambar, 0 adlah putih dan 1 adalah hitam. Jadi pada citra biner, latar belakang berwarna putih sedangkan objek berwarna hitam [13].

2.9

Pemrosesan Citra

2.9.1 Cropping

Cropping citra merupakan salah satu langkah dalam pengolahan citra yang dilakukan untuk memotong satu bagian dari citra tertentu untuk memperoleh bagian yang diinginkan untuk diolah. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang tepat sehingga memudahkan dalam proses pengolahan data [17].

2.9.2 Resizing

Rezising citra adalah mengubah besarnya ukuran citra dalam piksel. Tampilan citra tidak ada yang berubah hanya ukuran pixel dan matriksnya yang dirubah.

Transformasi geometris disebut rubber-sheet transformation karena dapat ditampilkan seperti pencetakan citra pada lembaran karet dan men-streching lembaran ini menurut jumlah aturan yang sudah didefinisikan. Transformasi geometris ini digunakan untuk melakukan image registration, yaitu sebuah proses yang mengambil dua citra dari scene yang sama dan mengaturnya sehingga dapat digabung untuk visualisasi, atau perbandingan kuantitatif [18].

2.9.3 Pengenalan Pola

Pengenalan pola (pattern recognition) adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu obyek [19]. Proses pengenalan pola dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara obyek yang ingin dikenali dengan data-data yang telah disediakan. Proses pengenalan pola ini bertujuan meniru kemampuan manusia dalam mengenali suatu obyek atau pola, sehingga dengan menerapkan pengenalan pola ini kepada suatu mesin maka membuat mesin memiliki kemampuan seperti manusia dalam mengenali suatu obyek atau pola.

Dokumen terkait