• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reinventing Policy (PMK 91) .1 Pengertian Reinventing Policy

Berangkat dari konsep pengampunan pajak (tax amnesty), reinventing policy merupakan upaya transisi menuju babak baru hubungan antara Wajib Pajak dengan Otoritas Pajak yang berlandaskan cooperative compliance. Cooperative compliance akan didasarkan pada rasa saling percaya, saling memahami, dan terbuka (Darussalam,”Manfaatkan Pengampunan Sanksi”, InsideTax Edisi 31).

Peraturan Mentri Keuangan Nomor 91 Tahun 2015 yang selanjutnya disebut sebagai PMK 91 merupakan instrumen legal yang dipakai oleh Ditjen Pajak dalam

reinventing policy mengatur tentang pengurangan atau penghapusan sanksi yang dikarenakan kekhilafan wajib pajak atau bukan karena kesalahannya. Sedangkan, Landasan yuridis yang mengatur tentang reinventing policy adalah pasal 36 ayat (1) huruf a Undang- Undang KUP, dimana dalam pasal 36 Undang-Undang KUP ayat (1) huruf a disebutkan bahwa Direktur Jendral pajak, karena jabatan atau permohonan wajib pajak, dapat mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan – undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya.

Penjelasannya “dalam praktik dapat ditemukan sanksi administrasi yang dikenakan kepada wajib pajak tidak tepat karena ketidaktelitian petugas pajak yang dapat membebani wajib pajak yang tidak bersalah atau tidak memahami peraturan perpajakan. Dalam hal demikian, sanksi administrasi berupa bunga dan denda dan kenaikan yang telah ditetapkan dapat dihapuskan atau dikurangkan oleh Direktur Jendral Pajak” (Direktorat Jendral Pajak, dalam slide Sosialisasi Internal).

2.7.2 Perbedaan antara Sunset Policy dan Reinventing Policy

Pada dasarnya kebijakan Sunset Policy dan Reinventing Policy hampir sama, hanya yang membedakannya akan dipaparkan pada Tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1

Perbedaan Sunset Policy dan Reinventing Policy

Sunset Policy Reinventing Policy

Dasar Hukum Pasal 37 A Undang-undang KUP Pasal 36 ayat (1) huruf a KUP Fasilitas

Perpajakan yang Diberikan

Pengurangan atau penghapusan sanksi bunga karena melakukan pembetulan atau pelaporan SPT Tahunan PPh (cakupan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi lebih sempit dari pada Reinventing Policy) (tidak ada jaminan seperti Sunset Policy)

Jangka waktu 14 bulan (1 Januari 2008 – 28 Februari 2009)

12 bulan (1 Januari 2015 – 31 Desember 2015)

Keberadaan Berdiri Sendiri Sebagai salah satu pendukung Program Lima Tahunan Perpajakan yang pertama Jokowi-JK yaitu

“Tahun Pembinaan Wajib Pajak”

Program Lanjutan

Tidak ada Penegakan Hukum Pajak (law

Enforcement) (sumber: Indonesia Tax Review, 2015)

2.7.3 Tema dan Konsep Pelaksanaan Reinvanting Policy

Tahun 2015 adalah tahun pembinaan Wajib Pajak, tema dan konsep Direktorat Jendral Pajak Tahun 2015 adalah:

a. Optimalisasi pemanfaatan data berbasis IT;

b. Wajib pajak diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan pembetulan SPT (5 tahun ke belakang) dengan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi;

c. Penegakan hukum secara selektif untuk memberikan efek jera kepada wajib pajak (blokir rekening, pencegahan ke luar negeri, penyanderaan atau gijzeling, dan penyidikan).

2.7.4 Ruang Lingkup Reinventing Policy

Ruang lingkup pengahapusan sanksi administrasi tahun 2015 adalah :

1. Penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan untuk Tahun Pajak 2014 dan sebelumnya dan/atau SPT Masa untuk Masa Pajak Desember 2014;

2. Keterlambatan pembayaran atau penyetoran atas kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan untuk Tahun Pajak 2014 dan sebelumnya;

3. Keterlambatan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atau masa pajak sebagaimana tercantum dalam SPT Masa untuk Masa Pajak Desember 2014 dan/atau sebelumnya;

4. Pembetulan yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan kemauan sendiri atas SPT Tahunan Pajak Penghasilan untuk Masa Pajak Desember 2014 dan sebelumnya yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar.

2.7.5 Sasaran Kebijakan Reinventing Policy

Sasaran kebijakan tahun pembinaan pajak 2015 adalah:

1. Wajib pajak yang belum terdaftar;

2. Wajib pajak terdaftar tetapi belum menyampaikan SPT;

3. Wajib pajak terdaftar dan telah menyampaikan SPT.

Perlakuan yang akan diberikan kepada wajib pajak:

1. Penghapusan Sanksi Bunga atas pembetulan SPT (2% perbulan) dan denda akibat tidak menerbitkan Faktur Pajak untuk SPT PPN (2%xDPP);

2. Penghapusan sanksi denda atas keterlambatan penyampaian SPT (Rp 1 (satu) juta PPh Badan, Rp 100 (seratus) ribu PPh OP dan Rp 500 (lima ratus) ribu SPT Masa PPN) dan sanksi bunga ketelambatan pembayaran pajak (2%

perbulan).

2.7.6 Persyaratan Kebijakan Reinventing Policy

Dalam rangka mendapatkan pengurangan atau penghapusan Sanksi Administrasi, permohonan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) Surat Tagihan Pajak;

b. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia

c. Ditandatangani oleh wajib pajak dalam hal Wajib Pajak Orang Pribadi atau wakil Wajib Pajak dalam hal Wajib Pajak Badan, dan tidak dapat dikuasakan;

dan

d. Disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

Dokumen yang harus dilampirkan oleh Wajib Pajak :

a. Surat pernyataan yang ditandatangani Wajib Pajak di atas meterai Rp 6.000, dan tidak dapat dikuasakan;

b. Fotokopi SPT atau SPT pembetulan atau print out SPT atau SPT embetulan berbentuk dokumen elektronik;

c. Fotokopi bukti penerimaan atau bukti pengiriman surat sebagai bukti penerimaan penyampaian SPT atau SPT pembetulan;

d. Fotokopi SSP atau sarana administrasi lain sebgai bukti pelunasan kurang bayar dalam SPT atau SPT pembetulan; dan

e. Fotokopi STP.

Syarat lain yang masih harus dipenuhi untuk dapat mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan Sanksi Administrasi ini adalah:

a. Sanksi Administrasi dalam STP belum dibayar oleh Wajib Pajak; atau b. Sanksi Administrasi dalam STP sudah dibayar sebagaian oleh Wajib Pajak

Dalam hal Sanksi Administrasi dalam STP telah diperhitungkan dengan kelebihan pembayaran pajak, yang diperhitungkan dengan kelebihan pembayaran pajak, yang dilakukan melalui potongan SPT dan/atau transfer pembayaran, Sanksi Administrasi dalam STP dianggap belum dibayar oleh Wajib Pajak.

2.7.7 Proses Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi

Proses pengurangan atau penghapusan sanksi yang dilakukan oleh seorang Wajib Pajak sebagai berikut :

1. Wajib Pajak melaporkan SPT atau pembetulan SPT (Tahunan dan/masa) Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dimulai ketika Wajib Pajak melakukan pembetulan, pembayaran, dan/atau pelaporan di tahun 2015 atas SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2014 dan sebelumnya dan/atau SPT Masa Desember 2014 dan sebelumnya.

2. Diterbitkan STP oleh Direktorat Jendral Pajak

Selanjutnya Kantor Pajak akan menerbitkan STP pengenaan sanksi administrasi. Sanksi administrasi yang mungkin akan dikenakan kepada Wajib Pajak adalah:

a. Denda karena keterlambatan penyampaian SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Undang-Undang KUP;

b. Bunga karena pembetulan SPT Tahuanan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) Undang-Undang KUP;

c. Bunga karena pembetulan SPT masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar sebagaimana dimaksud dalam dalam pasal 8 ayat (2a) Undang-Undang KUP;

d. Bunga karena keterlambatan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang dalam SPT masa sebagaiman dimaksud dalam Pasal 9 ayat 2(a) Undang-Undang KUP;

e. Bunga karena keterlambatan pembayaran atau penyetoran kekurangan pajak yang tercantum dalam SPT Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2b) Undang-Undang KUP;

3. Permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi

Setelah menerima STP, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan sanksi yang ke Kantor Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar, surat permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dapat dilakukan maksimal 2 (dua) kali oleh Wajib Pajak.

4. Tindak lanjut dari permohonan Wajib Pajak

a. Jika permohonan kepada DJP memenuhi persyaratan dan ketentuan DJP akan menerbitkan surat keputusan pengahapusan atau pengurangan sanksi administrasi

b. Jika permohonan kepada DJP tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan DJP akan mengembalikan permohonan kepada Wajib Pajak dan Wajib Pajak bisa mengajukan kembali permohonan atau pengurangan sanksi, jika tidak memenuhi persyartan Wajib pajak dapat mengajukan kembali, sedangkan jika tidak memenuhi ketentuan Wajib Pajak tidak dapat mengajukan kembali.

2.8 Kepatuhan Wajib Pajak

Dokumen terkait