• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekspor

2.2.2. Prosedur Impor

Prosedur ekspor barang dalam perdagangan antar negara dari Indonesia ke negara tujuan ekspor disajikan pada Gambar 2 (Amir 1984).

Gambar 2. Prosedur impor. Keterangan :

1. Importir menempatkan Order (pesanan) ke Eksportir di luar negeri (A-B) 2. Importir membuka Letter of Credit untuk dan atas nama Eksportir di luar

negeri melalui Bank di dalam negeri (opening bank) (A-F)

3. Bank menyelenggarakan pembukaan L/C untuk eksportir melalui

Korespondennya di negara eksportir (F-G)

4. Shipping Document diterima oleh bank di dalam negeri dari korespondennya di luar negeri (G-F)

5. Bank di dalam negeri mengakseptir atau menghonorir Wesel yang ditarik oleh eksportir dan yang dikirimkan dengan Shipping Document, dan

Bank Luar Negeri Asuransi Pabean Pelayaran Bank Dalam Negeri Importir Buyer Supplier Seller B 6 2 5 1 C 3 4 F G 10 D 9 E A 3 LUAR NEGERI DALAM NEGERI 8

7

kemudian menyelesaikan perhitungan tagihannya dengan importir. Setelah itu barulah bank menyerahkan Shipping Document kepada Importir (F-A) 6. Importir menyerahkan Bill of Lading kepada maskapai pelayaran (atau

agentnya) yang mengangkut barang-barang itu untuk ditukarkan dengan DO (Delivery Order) (A-C)

7. Importir menyelesaikan bea-bea masuk dengan Pabean (A-D)

8. Importir mengambil barang-barang dari maskapai pelayaran setelah semua formalitas impor dipenuhi (A-C)

9. Importir mengajukan claims (ganti-rugi) kepada eksportir atau kepada maskapai asuransi, dalam hal kedapatan atau kekurangan (A-E & A-B) 10.Melunasi Wesel pada hari jatuh temponya, kalau hal itu belum diselesaikan

sebelumnya dengan bank (A-D) 2.3. Kayu Lapis (Plywood)

Kayu lapis menurut FAO (1982) merupakan panel kayu yang terdiri dari kumpulan lembaran venir yang diikat secara bersama dengan arah serat dari serat saling bergantian dan saling membentuk sudut. Selanjutnya International Trade Center UNCTAD/GATT (1987) mendefinisikan kayu lapis atau plywood sebagai tiruan yang terbuat dari tiga lembar venir atau lebih yang disusun dengan arah serat saling bersilangan atau membentuk sudut dengan bagian core/tengahnya diberi perekat dan dikempa dibawah tekanan. Biasanya bagian core lebih tebal daripada bagian muka dan belakang yang pada umumnya ditutup dengan venir. Kayu lapis dibedakan menjadi dua berdasarkan lapisan bagian muka (face), yaitu kayu lapis dengan lapisan face yang dilapisi lapisan film/film-face dan kayu lapis yang bagian mukanya menggunakan venir dari kayu yang berserat indah/

decorative plywood. Kayu lapis yang permukaaannya dilapisi dengan lapisan film bertujuan agar terlihat lebih mengkilap. Umumnya kayu lapis jenis ini berfungsi sebagai kayu lapis konstruksi dan banyak digunakan sebagai konstruksi daun pintu dan jendela.

Kayu lapis telah menjadi primadona produk industri kayu olahan Indonesia selama beberapa tahun. Hal ini karena kayu lapis merupakan produk antara yang menjadi bahan baku (material) bagi industri dalam negeri, seperti perumahan (properti) baik untuk penggunaan interior maupun eksterior, industri peti kemas

8

dan mebel. Angka ekspor tertinggi yang pernah dicapai Indonesia sebesar 9,7 juta m3 pada tahun 1992. Dengan tingkat volume ekspor tersebut Indonesia dapat digolongkan memiliki peranan dominan dalam pasar kayu lapis tropis dunia. Kurang lebih 80% produksi kayu lapis Indonesia selama ini dijual untuk tujuan ekspor (FAO 2009).

2.4. Kayu Pulp Kimia

Kayu pulp kimia adalah salah satu jenis pulp yang terbuat dari bahan baku, dimana dalam produksi bahan bakunya dimasak dengan bahan kimia tertentu untuk menghilangkan zat lain yang tidak perlu dari serat-serat selulosa. Proses ini dapat diperoleh selulosa yang murni dan tidak rusak. Pembuatan pulp dengan proses kimia terdiri dari tiga macam yaitu proses sulfat, soda dan sulfit. Pulp yang dihasilkan dengan proses sulfat mempunyai kekuatan tinggi, pulp berwarna tua, sulit untuk dipucatkan, tak dapat digunakan untuk dissolving pulp, dan rendemen 40% - 52%, penggunaannya antara lain untuk kertas bungkus, kertas cetak dan kertas lainer. Pulp yang dihasilkan dari proses soda mempunyai kekuatan rendah dan rendemen 40% - 42%, penggunaannya antara lain untuk kertas cetak, buku, majalah, kertas penghisap. Bahan baku kayu pulp kimia antara lain kayu dan bahan berserat sisa hasil pertanian seperti merang. Pulp yang dihasilkan dari proses sulfit mempunyai sifat pulp berwarna terang, mudah dipucatkan, kekuatan sedang, daya membentuk lembaran baik, daya letup tinggi, daya sobek rendah dan rendemen 40% - 52%, penggunaannya antara lain untuk kertas koran, kertas pembungkus dan dissolving pulp. Bahan bakunya hampir semua jenis kayu kecuali kayu berkadar silika dan ekstraktif yang tinggi (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 1994)

Pada perkembangannya, pulp merupakan salah satu komoditi industri hasil hutan yang sangat penting sehingga tidak ada aktivitas kehidupan manusia yang tidak memanfaatkan komoditi ini, mulai dari aktivitas kehidupan rumah tangga, perkantoran, industri, pendidikan, perdagangan dan lain sebagainya. Pasar ekspor pulp Indonesia, yaitu: Jepang, Malaysia, China, Korea Selatan, Filipina, Brunai Darussalam, India, Srilangka Turki, Kuwait, Saudi Arabia, dan banyak negara lainnya. Perkembangan ekspor pulp dan kertas Indonesia lebih didominasi oleh tiga negara, yaitu Jepang, China dan Korea Selatan (Ningrum 2006).

9

2.5. Batu Bara

World Coal Institute (2005) menyatakan bahwa batu bara mempunyai peran penting dalam membangkitkan tenaga listrik. Saat ini batu bara menjadi bahan bakar pembangkit listrik dunia sekitar 39% dan proporsi ini diharapkan untuk tetap berada pada tingkat ini selama 30 tahun ke depan. Selain itu pasar batu bara yang terbesar terdapat di wilayah Asia, yang saat ini mengkonsumsi 54% dari konsumsi batu bara dunia. Banyak negara yang tidak memiliki sumber daya energi alami yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi. Oleh karena itu mereka harus mengimpor energi untuk memenuhi kebutuhan mereka, antara lain: negara Jepang, Cina Taipei dan Korea, yang mengimpor batu bara ketel uap untuk membangkitkan listrik dan batu bara kokas untuk produksi baja dalam jumlah yang besar.

Pada percaturan perdagangan batu bara dunia, Indonesia memiliki peran yang semakin penting dari tahun ke tahun baik sebagai produsen maupun sebagai eksportir. Pada 2007 Indonesia berada di posisi ketujuh terbesar produsen batu bara dunia dan di posisi kedua terbesar sebagai eksportir batubara setelah Australia. Perkembangan produksi batu bara nasional tentunya tidak terlepas dari permintaan dalam negeri (domestik) dan luar negeri (ekspor) yang terus meningkat setiap tahunnya. Sebagian besar produksi tersebut untuk memenuhi permintaan luar negeri, yaitu rata-rata 72,11%, dan sisanya 27,89% untuk memenuhi permintaan dalam negeri. Kebutuhan batubara dunia saat ini ternyata meningkat sangat cepat, antara lain dipicu oleh booming harga dan semakin banyaknya pembangunan PLTU di luar negeri yang menggunakan bahan bakar batubara (Miranti 2008).

2.6. Uji t-Berpasangan (T-Paired Test)

Uji t-berpasangan (t-paired test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan) atau juga membandingkan rata-rata dari suatu sampel yang berpasangan (paired). Umumnya uji dilakukan untuk membedakan rata-rata nilai akibat diberikan treatment tertentu. Ciri-ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek penelitian) dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda. Dalam hasil uji berpasangan terdapat uji two-tailed (uji dua sisi)

10

yaitu hasil uji dipilih jika kita belum mengetahui kecenderungan hubungan positif atau negatif dari variabel yang kita daftarkan. Sedangkan uji one-tailed (uji satu sisi) ialah hasil uji dipilih jika kita sudah mengetahui setidaknya estimasi adanya kecenderungan arah korelasi positif atau negatif dari dua variabel yang kita daftarkan (Kurniawan 1998)

2.7. Administrasi Negara Berkembang dan Negara Maju

Administrasi yang diterapkan di negara berkembang berupa administasi pembangunan. Administrasi pembangunan dapat diartikan sebagai merupakan gabungan dua pengertian, yaitu: (1) Administrasi yang berarti segenap proses penyelenggaraan dari setiap usaha kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu, dan (2) Pembangunan yang merupakan rangkaian usaha perubahan dan pertumbuhan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintahan menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Secara umum, administrasi pembangunan diartikan sebagai bidang studi yang mempelajari sistem administrasi negara di negara yang sedang membangun dan berupaya untuk meningkatkan kemampuannya (Riggs 1964)

Heady (1995) menerangkan bahwa ada lima ciri administrasi publik yang umum digunakan di negara berkembang antara lain :

1) Pola dasar atau administrasi publik di negara berkembang, bersifat elitis, otoriter, menjauh atau jauh dari masyarakat dan lingkungannya, serta paternalistik.

2) Birokrasi di negara berkembang kekurangan sumber daya manusia untuk menyelenggarakan pembangunan. Kekurangan ini bukan dalam arti jumlah tetapi kualitas. Dalam jumlah justru sebaliknya, birokrasi di negara berkembang mengerjakan orang lebih dari yang diperlukan. Sedangkan kekurangannya adalah administrator yang terlatih, dengan kapasitas manajemen yang memadai, memiliki keterampilan-keterampilan pembangunan, dan penguasaan teknis.

3) Birokrasi lebih berorientasi kepada hal-hal lain daripada mengarah kepada yang benar-benar menghasilkan. Riggs (1964) menyatakannya sebagai preferensi birokrat atas kemanfaatan pribadi ketimbang kepentingan masyarakat. Dari sifat seperti ini lahir nepotisme, penyalahgunaan

11

kewenangan, korupsi, dan berbagai penyakit birokrasi, yang menyebabkan aparat birokrasi di negara berkembang pada umumnya memiliki kredibilitas yang rendah, dan dianggap tidak mengenal etika.

4) Adanya kesenjangan yang lebar antara apa yang dinyatakan atau yang hendak ditampilkan dengan kenyataan. Riggs (1964) menyebutkan fenomena umum ini sebagai formalism adalah gejala yang lebih berpegang kepada wujud-wujud dan ekspresi-ekspresi formal dibanding yang sesungguhnya terjadi. Hal ini tercermin dalam penetapan perundang-undangan yang tidak mungkin atau tidak pernah dilaksanakan, peraturan-peraturan yang dilanggar sendiri oleh yang menetapkan, memusatkan kekuasaan meskipun resminya ada desentralisasi dan pendelegasian kewenangan, melaporkan hal yang baik-baik dan tidak mengetengahkan keadaan yang tidak baik atau masalah yang sesungguhnya dihadapi.

5) Birokrasi di negara berkembang acap kali bersifat “otonom”, artinya lepas dari proses politik dan pengawasan publik. Administrasi publik di negara berkembang umumnya belum terbiasa bekerja dalam lingkungan publik yang demokratis.

Wallis (1989) menambahkan dua karakteristik pada ciri administrasi publik di negara berkembang. Pertama, di banyak negara berkembang birokrasi sangat dan makin bertambah birokratik, departemen-departemen, badan-badan, dan lembaga-lembaga birokrasi. Begitu pula berkembang dan berperan besar badan-badan para statal yakni badan-badan usaha negara, yang umumnya bekerja tidak efisien dan menjadi sumber dana politik atau pusat terjadinya korupsi. Kedua, unsur-unsur nonbirokratik sangat berpengaruh terhadap birokrasi. Misalnya hubungan keluarga dan hubungan-hubungan primordial lain, seperti suku dan agama, dan keterkaitan politik (political connections). Masalah yang serius dihadapi oleh negara-negara berkembang ialah lemahnya kemampuan birokrasi dalam menyelenggarakan pembangunan.

Riggs (1964) menjelaskan bahwa administrasi yang diterapkan di negara maju berbeda dengan negara berkembang. Perbedaan-perbedaan antara keduanya dalam hal administrasi pemerintahan seperti :

12

1. Pada negara maju, pengangkatan dan pemberhentian pegawai didasarkan pada suatu standar tertentu atau dikenal dengan istilah merit system. Sementara pada negara berkembang, pengangkatan dan pemberhentian pegawai terjadi karena birokrasi atau nepotisme.

2. Pada negara maju, berlaku prinsip legal rational impersonal, di mana setiap persoalan diselesaikan dalam kantor/kedinasan serta berdasarkan hukum yang berlaku. Sebaliknya, hubungan satu sama lain dalam pemerintahan di negara berkembang didominasi oleh praktek yang dikenal dengan istilah bureaucratic click dan patron client relationship, yaitu penyelesaian persoalan di dalam dan di luar kantor melalui cara-cara yang tidak legal-formal.

3. Pada negara maju, diferensiasi fungsi dalam administrasi pemerintahan terlihat dengan jelas dan tegas, sementara hal ini tidak terjadi pada administrasi pemerintahan di negara berkembang.

4. Berbagai macam penawaran dan permintaan yang berkaitan dengan urusan administrasi pemerintahan di negara maju dilakukan dalam mekanisme formal market. Tidak demikian halnya pada negara berkembang, semua penawaran dan permintaan terjadi melalui mekanisme informal market.

5. Selain efektif, administrasi pada negara maju juga berjalan efisien. Sementara di negara berkembang, efektivitas dalam hal administrasi tidak diikuti oleh efisiensi.

2.8. Perbedaan Data Statistik

Liu et al (2008) menjelaskan bahwa kesenjangan data perdagangan yang terjadi antara China-Hongkong sehingga menimbulkan ketidakseragaman data statistik disebabkan oleh adanya (1) Efek Entrepot China-Hong Kong adalah perdagangan re-ekspor Hong Kong dan tingginya harga tengkulak, (2) Perbedaan standar internasional yang digunakan untuk nilai ekspor dan impor, (3) Efek ariable perdagangan China, (4) Praktik keluar-masuk Sino, dimana modal dalam negeri China digunakan lagi di luar negeri lepas pantai untuk bebas pajak, kemudian kembali ke daratan sebagai investasi asing, (5) Praktek penyelundupan, serta (6) Semua faktor-faktor tambahan yang tidak dapat dijelaskan, seperti kegiatan bongkar-muatan, waktu ekspor dan impor, tidak konsistennya masalah

13

wilayah geografis, kesalahan klasifikasi barang, fluktuasi nilai tukar, dan kelalaian.

Perbedaan dapat dikaitkan dengan kontribusi faktor-faktor seperti waktu kelambatan dan penilaian, atau perbedaan konseptual yang lebih kompleks seperti sistem perdagangan, kesenjangan dalam pencatatan dan pelaporan perdagangan. Perbedaan-perbedaan tersebut akan lebih besar di perdagangan re-ekspor. Ini menjelaskan bahwa perbedaan besar statistik perdagangan berasal dari pusat perdagangan utama seperti Hong Kong dan Singapura serta negara mitra dagang. (Anonim 2005)

Vincent (2004) menjelaskan dua hal mengenai perbedaan antara impor dan ekspor kayu gergajian dalam perdagangan bilateral negara-negara Eropa, khususnya Rumania. Pertama perbedaan di fisik (volume) adalah meter kubik. Kedua, apakah perbedaan ini mencerminkan aktivitas ariabl, seperti sengaja mengurangi pelaporan jumlah ekspor atau impor guna menghindari pajak dan non pajak atau juga untuk menyembunyikan kayu yang ditebang secara illegal. Hal pertama dijelaskan bahwa rata-rata perbedaan volume perdagangan yang dilaporkan antara negara-negara Eropa dan negara mitra dagang secara signifikan berbeda nol selama 1982-1997. Perbedaan ini berlaku untuk negara-negara Eropa baik sebagai ariable dan eksportir. Perbedaan mencolok antara Rumania dengan negara-negara Eropa dijelaskan dalam dua kasus yaitu Rumania mengekspor kayu gergajian jenis konifera, di mana impor yang dilaporkan oleh mitra dagang rata-rata kurang dari 20% ekspor yang dilaporkan oleh Rumania, dan impor kayu gergajian nonconifera Rumania berada setengah rata-rata dari besarnya ekspor yang dilaporkan oleh mitra dagang. Hal kedua dianalisa berdasarkan perbedaan data statistik perdagangan bilateral yang dikumpulkan di negara-negara Eropa. Analisis tersebut menggunakan model teoritis yang membedakan tiga potensial dan tidak saling eksklusif. Penyebab perbedaan dalam perdagangan antara lain: kesalahan pengukuran, perbedaan ariab, dan sengaja mengurangi pelaporan impor atau ekspor untuk menghindari peraturan pemerintah. Dari hasil kombinasi tiga penyebab tersebut sangat sedikit variasi perbedaan di tiap negara dari waktu ke waktu.

14

BAB III METODOLOGI 3.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Februari sampai April tahun 2010.

3.2. Jenis Data

Semua data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut terdiri dari data nilai ekspor-impor Indonesia dengan negara mitra dagang dari beberapa negara berkembang, antara lain Malaysia, Thailand, Bangladesh, Vietnam, Pakistan, Filipina, Srilangka dan India. Selain itu juga, data diambil dari beberapa negera maju sebagai pembanding, antara lain: USA, China, Jepang, Australia, Kanada, Italy, Prancis, dan Jerman. Nilai ekspor-impor ini diambil mulai periode tahun 1989 sampai 2008.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder yang di unduh dari

Uncomtrade dengan alamat website http;//uncomtrade.un.org.. Selain itu untuk melengkapi data yang ada dilakukan juga melalui studi ariable e, searching di internet dan lain-lain.

3.4. Asumsi

Perbedaan statistik nilai ekspor-impor antara Indonesia dengan negara mitra dagang tidak melebihi 10% sehingga dapat dinyatakan nilai tersebut sama.

3.5. Batasan penelitian

1. Penelitian ini membahas perbedaan statistik ekspor Indonesia ke negara mitra dagang selama tahun 1989-2008 secara tahunan.

2. Produk dengan harmonized commodity description and coding system yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah HS 4412, HS 470329, dan HS 2701.

3. HS 4412 merupakan kodifikasi untuk plywood, veneered panels and similar laminated wood. HS 470329 merupakan kodifikasi untuk chemical wood

15

pulp, soda/sulphate, non-conifer, bleached. Dan HS 2701 merupakan kodifikasi untuk coal, briquettes, ovoids etc, made from coal.

4. Perbedaan statistik yang diteliti untuk seluruh nilai ekspor-dan impor dalam dolar ($).

3.6. Metode Pengolahan Data

Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel. Adapun tahapan dari pengolahan data ini adalah sebagai berikut :

1. Memasukkan seluruh nilai ekspor-impor dari web ke Microsoft Excel.

Dengan cara membuat tabel ekspor dan impor untuk masing-masing negara dan komoditinya.

2. Menganalisis data ekspor dan impor tiap negara dan komoditinya dengan membandingkan data ekspor dan impor pada persentase 10%.

3. Menguji data ekspor-impor tiap masing-masing negara dan komoditinya menggunakan uji t-berpasangan (t-paired test) pada toolbar excel. Berikut tahapannya :

1) Klik menu Tool kemudian klik Data Analysis. (Catatan: jika setelah mengklik Tool, ternyata tidak muncul pilihan Data Analysis, berarti menu tersebut belum diaktifkan di program Excel. Untuk mengaktifkannya, klik

Tool, kemudian klik Add ins, selanjutnya conteng pada pilihan Analysis Toolpak, setelah itu klik ok. Lalu ulangi tahap 1 ini).

2) Setelah itu muncul tampilan berikut ;

Gambar 3. Data analisis pada toolbal excel 3) Klik t-test: paired two sample for means, kemudian ok.

16

4) Setelah itu muncul tampilan berikut ;

Gambar 4. T-test paired two sample for means pada toolbal excel

5) Pada input range, masukkan range variabel data yang akan diolah. Kemudian masukkan nilai alphanya () dan menempatkan hasil pada halaman yang berbeda dari data dengan mengklik New Worksheet Ply. 6) Setelah itu klik Ok

4. Dari hasil t-test paired diatas diambil kesimpulan hipotesis.

X ≤ 10% : Sama, artinya selisih Ekspor Indonesia dengan Impor negara berkembang/maju sangat kecil.

X ≥ 10% : Berbeda, artinya Ekspor Indonesia dengan Impor negara berkembang/maju sangat besar.

17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perbedaan Statistik Perdagangan Negara Berkembang

Negara berkembang yang memiliki catatan data impor lebih besar dari catatan data ekspor Indonesia untuk komoditi plywood, yaitu Bangladesh, Filipina, Pakistan, Srilanka, dan Thailand sebesar $167,952; $1,150,676; $47,487; $1,793,825; dan $6,442,966. Sedangkan negara India, Malaysia, dan Vietnam memiliki catatan data impor yang lebih kecil dari catatan data ekspor Indonesia sebesar $1,837,177; $2,611,371; dan $292,577. Rata-rata impor terbesar terdapat di negara Thailand yakni sebesar $6,442,966 dan rata-rata impor terkecil terdapat di negara Pakistan sebesar $47,487. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Perbedaan statistik perdagangan komoditi plywood negara berkembang

Partner Trade Rata-rata

Ekspor Impor Bangladesh $76,067 $167,952 Filipina $828,675 $1,150,676 India $2,601,829 $1,837,177 Malaysia $6,462,050 $2,611,371 Pakistan $34,322 $47,487 Srilanka $415,820 $1,793,825 Thailand $6,337,298 $6,442,966 Vietnam $1,569,964 $292,577

Pada komoditi Pulp, Filipina, Malaysia, Thailand dan Vietnam ialah negara berkembang yang memiliki catatan data impor lebih kecil dari catatan data ekspor Indonesia sebesar $1,318,625; $1,715,624; $3,807,452; dan $4,978,077. Adapun negara Bangladesh, India, dan Srilanka memiliki catatan data impor lebih besar dari catatan data ekspor Indonesia sebesar $2,455,182; $27,684,831; dan $299,063. Rata-rata impor terbesar terdapat di negara India yakni sebesar $27,684,831 dan rata-rata terkecil terdapat di negara Srilanka sebesar $299,063. Hasil data selengkapnya disajikan pada Tabel 2.

18

Tabel 2 Perbedaan statistik perdagangan komoditi pulp negara berkembang

Partner Trade Rata-rata

Ekspor Impor Bangladesh $2,453,898 $2,455,182 Filipina $6,644,082 $1,318,625 India $25,328,639 $27,684,831 Malaysia $2,425,687 $1,715,624 Pakistan $878,081 - Srilanka $90,940 $299,063 Thailand $4,462,840 $3,807,452 Vietnam $10,734,040 $4,978,077

Negara berkembang yang memiliki catatan data impor lebih kecil dari catatan ekspor Indonesia pada komoditi batubara (coal) ialah hanya negara Srilanka sebesar $1,282,421. Untuk ketujuh negara lainnya, yaitu: Bangladesh, Filipina, India, Malaysia, Pakistan, Thailand dan Vietnam memiliki catatan impor yang lebih besar dari catatan ekspor Indonesia. Rata-rata impor terbesar terdapat di negara India yakni $339,815,594 dan rata-rata impor terkecil terdapat di negara Srilanka sebesar $1,282,421. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Perbedaan statistik perdagangan komoditi batubara (coal) negara

berkembang

Partner Trade Rata-rata

Ekspor Impor Bangladesh $2,408,666 $3,841,378 Filipina $126,815,428 $132,825,627 India $210,980,980 $339,815,594 Malaysia $111,843,188 $150,324,158 Pakistan $65,477,863 $128,347,655 Srilanka $2,999,986 $1,282,421 Thailand $104,210,667 $158,646,289 Vietnam $14,377,361 $18,586,413

4.2. Perbedaan Statistik Perdagangan Negara Maju

Pada komoditi plywood, semua negara maju memiliki catatan impor yang lebih besar daripada catatan ekspor Indonesia. Negara Jepang memiliki rata-rata impor tertinggi sebesar $1,062,165,852 dan Italy memiliki rata-rata impor terendah dibandingkan negara lainnya sebesar $8,356,139. Hasil pengolahan data selengkapnya disajikan pada Tabel 4.

19

Tabel 4 Perbedaan statistik perdagangan komoditi plywood negara maju

Partner Trade Rata-rata

Ekspor Impor Australia $16,349,334 $18,592,858 Canada $7,576,813 $19,459,599 China $184,958,586 $272,037,289 Francis $12,457,647 $26,605,399 Germany $37,675,734 $56,047,657 Italy $7,027,160 $8,356,139 Jepang $903,105,278 $1,062,165,852 USA $244,927,451 $306,008,626

Pada komoditi pulp, negara Italy dan USA yang memiliki catatan impor yang lebih kecil dari catatan ekspor Indonesia, yaitu sebesar $36,897,771 dan $7,831,385. Namun kelima negara maju lainnya, yakni Australia, China, Francis, Germany dan Jepang memiliki catatan impor yang lebih besar dari catatan ekspor Indonesia. Negara China memiliki rata-rata impor terbesar yakni $351,468,359 dan negara USA memiliki rata-rata impor terkecil yakni $7,831,385. Hasil data selengkapnya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Perbedaan statistik perdagangan komoditi pulp negara maju

Partner Trade Rata-rata

Ekspor Impor Australia $8,573,975 $10,204,291 China $279,824,932 $351,468,359 Francis $14,379,660 $27,075,749 Germany $5,078,619 $13,019,256 Italy $37,505,078 $36,897,771 Jepang $41,623,968 $48,700,436 USA $8,035,338 $7,831,385

Negara maju yang memiliki catatan data impor lebih kecil dari catatan ekspor Indonesia pada komoditi batubara (coal) hanya negara China sebesar $280,459,219. Untuk keenam negara lainnya, yaitu Australia, Francis, Germany, Italy, Jepang dan USA memiliki catatan impor yang lebih besar dari catatan ekspor Indonesia. Negara Jepang memiliki rata-rata impor terbesar sebesar $763,780,962 dan negara Australia memiliki rata-rata impor terkecil sebesar $2,579,054. Hasil data selengkapnya disajikan pada Tabel 6.

Dokumen terkait