• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKAYASA SUPLEMEN PROTEIN PADA RANSUM SAPI PEDAGING BERBASIS

JERAMI DAN DEDAK PADI

BAMBANG WALUYO HADI EKO PRASETIYONO

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Ilmu Ternak

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

NIM : D061030031

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Suryahadi, DEA Ketua

Prof. Dr. Ir. Rizal Syarief, DESS. Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Agr.Sc. Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Departemen Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

Dr. Ir. Idat G. Permana, MSc.Agr. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Jajat Jachja

Penguji pada Ujian Terbuka : 1. Pof. Dr. Syamsul Bahri, MS.

(Sekditjen Peternakan DEPTAN RI)

2. Dr. Ir. Bachtar Bakrie, MSc. (BPTP Jakarta)

Nya sehingga telah tersusun disertasi yang berjudul Rekayasa Suplemen Protein pada Ransum Sapi Pedaging Berbasis Jerami dan Dedak Padi. Perekayasaan suplemen protein ini dilandasi oleh kaidah keilmuan tentang utilisasi protein pada ruminansia dengan mempertimbangkan kondisi lokal.

Penulisan disertasi ini dapat diselesaikan atas pengarahan serta bimbingan dari Tim Komisi Pembimbing. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih dan hormat kepada Dr. Ir. Suryahadi, DEA sebagai ketua komisi, Prof.Dr.Ir. Rizal Syarief, DESS., Prof. Dr.Ir.Toto Toharmat, M.AgrSc., serta Prof. Dr. Lily Amalia Sofyan, MSc. (Almarhumah), atas pengarahan dan bimbingan yang sangat berharga.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Rektor dan Pimpinan Sekolah Pascasarjana IPB atas kesempatan penulis mengikuti studi program Doktor. Kepada Rektor dan Dekan Fakultas Peternakan UNDIP disampaikan terima kasih atas ijin melanjutkan studi Doktor. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ditjen Dikti yang telah memberikan beasiswa studi pascasarjana di IPB.

Terima kasih juga disampaikan kepada pemilik Peternakan Sapi “Luwes” Karang anyar Jawa Tengah dan Pimpinan Pabrik Kertas Padalarang Jawa Barat yang telah membantu berbagai fasilitas materi penelitian, serta semua pihak yang telah memberikan berbagai bentuk bantuan sehingga penelitian dan penulisan disertasi ini dapat terwujud. Kepada isteri tercinta Sri Handayani, ananda tercinta Pandu Prashanantyo dan Yui Prashandika, penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan atas pengertian dan doa restunya. Juga ucapan terima kasih yang paling dalam kepada yang tercinta Almarhum Ayahnda Suprodjo dan Almarhumah Ibunda Sriyati Al Musriyati, atas doa restunya pada saat sebelum dipanggil Allah SWT, semoga amal kebaikan beliau mendapat imbalan yang berlebih dari Allah SWT.

Semoga disertasi ini bermanfaat.

Bogor, April 2008

Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 2 November 1963 sebagai putra pertama dari dua bersaudara, dari pasangan ayah Alm. Suprodjo dan Ibu Almh. Sriyati Al Musriyati. Pendidikan Sarjana ditempuh di Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro (UNDIP), lulus pada tahun 1988. Pada tahun 1990, penulis diterima di Program Studi Ilmu Ternak pada Program Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 1992 dengan mendapat gelar Magister Sains. Pada tanggal 5 April 1999, penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Ryukyus Jepang dan memperoleh gelar Master of Agriculture dalam bidang Fisiologi Hewan, pada tanggal 23 Maret 2001. Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor pada program studi Ilmu Ternak Sekolah Pascasarjana IPB diperoleh pada tahun 2003.

Penulis bekerja sebagai Dosen pada Fakultas Peternakan UNDIP Semarang sejak 1989, dan sampai saat ini aktif di Laboratorium Teknologi Makanan Ternak. Penulis juga sebagai anggota Komisi Pakan Nasional Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian RI.

Karya ilmiah telah diterbitkan pada Desember 2007, dengan judul Strategi Suplementasi Protein Ransum Sapi Potong Berbasis Jerami dan Dedak Padi, pada jurnal Media Peternakan Vol. 30 No.3: 207-217. Karya ilmiah lain berjudul Rekayasa Casrea Berbasis Ubi kayu-urea Terekstrusi sebagai Suplemen Protein untuk Perlambatan Pelepasan Ammonia dalam Rumen In Vitro, pada jurnal Animal Production Vol.10. No.1: 34-41, Januari 2008. Karya-karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari program S3 penulis. Penelitian yang terkait sebelumnya, juga telah dilakukan penulis dengan judul Pengaruh Tingkat Penggunaan Urea dan Waktu Pengukusan Ubi Jalar (Ipomoea batatas) Terhadap Biosintesis Protein Mikrobia Rumen. Penggalian informasi ilmiah dari hasil penelitian tersebut juga sangat mendukung kegiatan penulis sehari-hari sebagai praktisi dan konsultan pakan sapi di Indonesia.

Penulis menikah dengan Sri Handayani pada tahun 1989, dan sampai saat ini telah dikaruniai 2 anak laki-laki bernama Pandu Prashanantyo dan Yui Prashandika.

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ……….…... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……….…….. xiv

PENDAHULUAN ………... 1 Latar Belakang ………. 1 Tujuan ………... 2 Hipotesis ……… 3 Manfaat ……….………... 3 TINJAUAN PUSTAKA

Peran Suplemen Protein ………... 4 Penggunaan Nitrogen Bukan Protein untuk Optimalisasi Biosintesis

Protein Mikrobial Rumen ………... 8 Proteksi Protein Kedelai dari Degradasi dalam Rumen ………... 17 Pemberian Pakan pada Sapi Pedaging ……….. 20

Komposisi Tubuh ………. 21

BAHAN DAN METODE

Rekayasa CASREA Berbasis Ubi Kayu-Urea Terekstrusi ………... 24 Rekayasa SOYXYL dari Proteksi Protein Kedelai dengan Xylosa BL. 25 Rekayasa Suplemen Protein Sebagai Stimulan Pertumbuhan Sapi

Pedaging Melalui Kombinasi CASREA dan SOYXYL ……….. 26 Pengukuran Peubah ………... 28

Analisis Data ……… 39

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rekayasa CASREA Berbasis Ubi Kayu-Urea Terekstrusi ………….. 40 Rekayasa SOYXYL dari Proteksi Protein Kedelai dengan Xylosa BL. 47 Rekayasa Suplemen Protein Sebagai Stimulan Pertumbuhan Sapi

Pedaging Melalui Kombinasi CASREA dan SOYXYL ……….. 52 Aspek Ekonomis Suplementasi Protein ………... 65 Analisis Komprehensif Manfaat Suplementasi Protein …………... 65 Implementasi Pengembangan Program Suplementasi Protein ………. 68

KESIMPULAN DAN SARAN ………...………. 71

DAFTAR PUSTAKA ………. 72

Halaman 1 Populasi sapi pedaging dan produksi jerami padi di Indonesia ……. 6

2 Senyawa-senyawa Nitrogen bukan protein ……… 12

3 Contoh RUP, ID, dan IADP dari berbagai suplemen protein ……… 18 4 Pengaruh suplementasi hijauan pakan terhadap pertambahan bobot

badan Sapi ………... 20

5 Komposisi bahan dan proses pembuatan Casrea ……… 25

6 Kandungan nutrisi bahan pakan yang diberikan pada Sapi percobaan 27

7 Kandungan nutrien ransum perlakuan yang dicobakan ………. 27 8 Komposisi larutan penyangga ……… 29

9 Larutan standar untuk analisis kadar ammonia plasma darah ……… 37 10 Pengaruh waktu inkubasi dan macam Casrea terhadap konsentrasi

VFA ……..………... 41

11 Pengaruh waktu inkubasi dan macam Casrea terhadap konsentrasi

NH3 ………. 43

12 Pengaruh waktu inkubasi dan macam Casrea terhadap bobot protein

endapan ……….. 46

13 Nilai rataan konsentrasi VFA selama 4 jam inkubasi pada fermentasi In vitro ……….. 49

14 Nilai rataan konsentrasi NH3 selama 4 jam inkubasi pada fermentasi In vitro ………. 49

15 Nilai rataan bobot protein endapan selama 4 jam inkubasi pada fermentasi In vitro ………. 51

16 Nilai rataan kecernaan protein pada fermentasi In vitro ……… 51

17 Pengaruh ransum perlakuan terhadap efisiensi penggunaan ransum, deposisi protein, energi tercerna, dan energi methan ………. 56

18 Pengaruh ransum perlakuan terhadap kecernaan nutrien,dan sintesis

N mikrobial rumen ……… 60

19 Kadar urea dan ammonia darah sebelum dan sesudah makan ……... 63

20 Pengaruh SPN dalam ransum terhadap IOFC (Income Over Feed

Cost) ………... 65

1 Metabolisme Nitrogen pada ruminansia ……… 10

2 Struktur molekul amilosa amilopektin pada proses pengembangan

granula pati ……… 15

3 Spektrum Infra Merah pada Casrea1 (a) dan Casrea2 (b) ………….. 44

4 Pengaruh macam CASREA terhadap Kecernaan Protein ………….. 47

5 Pengaruh ransum perlakuan terhadap pertambahan bobot badan ….. 53

6 Pengaruh ransum perlakuan terhadap konsumsi nutrien …………... 54

7 Pengaruh ransum perlakuan terhadap komposisi tubuh …………... 59

1 Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi NH3(mM)

dan uji Duncan's Multiple Range Test (DMRT) pada percobaan 1... 82

2 Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi VFA (mM) dan

uji DMRT pada percobaan 1 ……… 83

3 Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap protein endapan (mg) dan uji DMRT pada percobaan 1 ……….. ……... 84

4 Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kecernaan protein (%) dan

uji DMRT pada percobaan 1………... 85

5 Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi NH3 (mM) dan

uji DMRT pada percobaan 2 ……… 86

6 Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsentrasi VFA (mM) dan

uji DMRT pada percobaan 2 ……… 87

7 Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap protein endapan (mg) dan uji DMRT pada percobaan 2 ………. 88

8 Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kecernaan protein (%) dan

uji DMRT pada percobaan 2 ………... 89

9 Analisis ragam pengaruh ransum perlakuan terhadap pertambahan bobot

badan harian (kg.hr-1) dan uji DMRT pada percobaan 3 ……… 90

10 Analisis ragam pengaruh ransum perlakuan terhadap deposisi protein

(g.hr-1) dan uji DMRT pada percobaan 3 ………... 91

11 Analisis ragam pengaruh ransum perlakuan terhadap energi tercerna

(MJ.hr-1) dan uji DMRT pada percobaan 3 ………. 92

12 Analisis ragam pengaruh ransum perlakuan terhadap konsumsi BK

(kg.hr-1) dan uji DMRT pada percobaan 3 ………. 93

13 Analisis ragam pengaruh ransum perlakuan terhadap konsumsi BO

(kg.hr-1) dan uji DMRT pada percobaan 3 ………. 94

14 Analisis ragam pengaruh ransum perlakuan terhadap konsumsi PK (g.hr-1) dan uji DMRT pada percobaan 3 ………... 95

15 Analisis ragam pengaruh ransum perlakuan terhadap Kecernaan BK (%)

16 Analisis ragam pengaruh ransum perlakuan terhadap Kecernaan BO (%) dan uji DMRT pada percobaan 3 ……… 97

17 Analisis ragam pengaruh ransum perlakuan terhadap Kecernaan PK (%)

dan uji DMRT pada percobaan 3 ………... 98

18 Analisis ragam pengaruh ransum perlakuan terhadap efisiensi ransum (%) dan uji DMRT pada percobaan 3 ………... 99

19 Analisis ragam pengaruh ransum perlakuan terhadap NH3 darah 0 jam

(mg%) dan uji DMRT pada percobaan 3 ………... 100

20 Analisis ragam pengaruh ransum perlakuan terhadap urea darah 0 jam

(mg%) dan uji DMRT pada percobaan 3 ………... 101

21 Analisis ragam pengaruh ransum perlakuan terhadap NH3 darah 3 jam

(mg%) dan uji DMRT pada percobaan 3 ………... 102

22 Analisis ragam pengaruh ransum perlakuan terhadap urea darah 3 jam

(mg%) dan uji DMRT pada percobaan 3 ………... 103

23 Analisis ragam pengaruh ransum perlakuan terhadap Sintesis mikroba

(gN.hr-1) dan uji DMRT pada percobaan 3 ………. 104

24 Analisis ragam pengaruh ransum perlakuan terhadap energi methan

(MJ.kgKBK-1.hr-1) dan uji DMRT pada percobaan 3 ……….. 105

25 Analisis ragam pengaruh ransum perlakuan terhadap protein tubuh (%) dan uji DMRT pada percobaan 3 ………

106 26 Analisis ragam pengaruh ransum perlakuan terhadap lemak tubuh (%) dan

uji DMRT pada percobaan 3 ……… 107

27 Analisis ragam pengaruh ransum perlakuan terhadap air tubuh (%) dan uji DMRT pada percobaan 3 ………. 108

28 Hasil analisis xylosa black liquor ………... 109

Latar Belakang

Konsumsi daging sapi di Indonesia mengalami peningkatan, dari 330 300 ton pada tahun 2002 menjadi 389 300 ton pada tahun 2006. Sebaliknya populasi ternak sapi pedaging cenderung mengalami penurunan dari 11 297 625 ekor pada tahun 2002 menjadi 10 835 686 ekor pada tahun 2006 (DITJENAK 2006). Permasalahan utamanya adalah produksi sapi pedaging masih rendah, sehingga secara nasional kesenjangan terjadi antara permintaan dan penawaran (supply- demand) semakin lama semakin lebar. Salah satu upaya adalah melalui perbaikan kualitas pakan.

Potensi jerami padi di Indonesia melimpah yaitu 60 135 501 ton (BPS 2004), namun pemanfaatannya sebagai pakan ternak sapi masih rendah, karena teknologi yang tersedia kurang aplikatif apabila diterapkan dalam skala besar, sehingga sulit diadopsi oleh peternak di daerah sekitar persawahan padi. Peternak di daerah sekitar lahan persawahan padi, umumnya hanya menggunakan pakan tambahan pada jerami padi berupa dedak padi. Padahal kedua bahan utama ini memiliki kualitas protein yang rendah, yaitu kandungan protein kasar jerami dan dedak padi masing-masing 5.06% dan 8.56% (Hasil Analisis Laboratorium 2006), sehingga akan mengganggu keseimbangan kebutuhan energi-protein sapi dan kurang efisien penggunaannya. Oleh karena itu, salah satu cara yang strategis dan aplikatif adalah melalui program suplementasi protein pada kedua bahan utama tersebut. Program suplementasi protein ini dipandang strategis karena (1) suplemen memiliki kualitas yang tinggi; (2) dosis pemberiannya rendah; (3) mampu mengatasi masalah defisiensi nutrisi; (4) meningkatkan kapasitas cerna melalui perbaikan metabolisme dan kemampuan mikrobial rumen; (5) praktis dalam penyajiannya, yaitu efisiensi waktu dan mengurangi beban tenaga kerja; (6) berbahan baku lokal dan mampu mendukung usaha pemanfaatan hasil samping (by product) pertanian yang kontinyu; (7) mudah diterapkan dan dapat diproduksi dalam skala pabrik pakan mini ditingkat kelompok petani dan peternak.

Disisi lain, bahan pakan sumber protein pada umumnya relatif sulit pengadaannya dan mahal, sehingga ketersediaannya menjadi kendala. Perlu

terobosan rekayasa suplemen protein (SPN) dalam upaya mengefisienkan penggunaan bahan pakan sumber protein dalam ransum yang memiliki daya guna tinggi terhadap ternak sapi pedaging.

Penggunaan urea di Indonesia sebagai sumber nitrogen bukan protein dalam ransum sapi pedaging sampai saat ini masih belum maksimal dan belum memberikan rasa aman untuk digunakan oleh ternak. Disamping itu, penggunaan bahan pakan sumber protein yang lolos degradasi rumen (bypass protein) juga belum maksimal. Hal ini karena teknologi pemrosesan urea dan bypass protein yang sesuai dengan kondisi pemberian pakan di Indonesia belum diketahui dengan seksama.

Guna mengatasi permasalahan tersebut, maka serangkaian penelitian telah dilakukan yaitu: (1) merekayasa suplemen protein berbasis ubi kayu-urea terekstrusi (selanjutnya disebut CASREA) yang mempunyai karakteristik dapat terdegradasi di rumen, namun dengan laju yang diperlambat (ditandai pelepasan amonia yang diperlambat/slow release of ammonia =SRA), sehingga terjadi peningkatan sintesis protein mikrobial rumen, (2) merekayasa suplemen protein yang memiliki nilai biologis tinggi dan tahan terhadap degradasi di rumen dalam bentuk protein kedelai yang telah diproteksi sebelumnya oleh xylosa black liquor melalui ekstrusi (selanjutnya disebut SOYXYL), sehingga pasokan protein bermutu tinggi ke organ pasca rumen meningkat, (3) merekayasa kombinasi CASREA dan SOYXYL yang optimal sebagai suplemen protein ideal untuk ransum sapi pedaging berbasis jerami dan dedak padi. Suplemen protein ini diujicobakan pada ransum sapi menggunakan bahan baku utama jerami dan dedak padi.

Tujuan

1. Mengkaji manfaat ekstrusi ubi kayu-urea untuk perlambatan pelepasan ammonia dan biosintesis protein mikrobial rumen

2. Menguji potensi xylosa black liquor sebagai protektor degradasi protein kedelai 3. Menguji manfaat biologis suplemen protein pada ransum sapi pedaging

berbasis jerami dan dedak padi guna memperkuat integrasi padi dan ternak sapi (Crop Livestock System)

4. Menghasilkan teknologi pembuatan suplemen protein untuk meningkatkan produktivitas sapi pedaging, yang memiliki ciri mampu mendukung pertumbuhan mikrobial rumen, meningkatkan kapasitas cerna & memasok protein pasca rumen berkualitas tinggi.

Hipotesis

1. CASREA berbahan utama ubi kayu-urea terekstrusi mampu meningkatkan biosintesis protein mikrobial rumen

2. Xylosa black liquor (limbah pabrik kertas) dapat memproteksi protein kedelai dari degradasi dalam rumen

3. Suplemen protein berbahan dasar kombinasi CASREA dan SOYXYL dapat meningkatkan produksi ternak sapi pedaging.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan: (1) basis ilmiah rekayasa suplemen protein yang bersifat terdegradasi secara lambat dalam rumen (Slow Release of Ammonia = SRA) , (2) basis ilmiah proteksi protein dari degradasi dalam rumen, (3) teknologi pembuatan dan penyajian suplemen protein berbahan baku lokal.

Selain itu, juga diharapkan membuka jalan untuk memanfaatkan suplemen protein pada ransum berbahan dasar utama yaitu jerami padi dan produk samping penggilingan beras berupa dedak padi secara maksimal, dalam upaya meningkatkan produksi ternak sapi pedaging. Dampak secara ekonomis, diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani, karena akan merangsang usaha tani terpadu (integrated farming) yaitu antara usaha tani padi dengan ternak sapi pedaging yang selama ini belum meluas, walaupun potensi integrasi padi sawah – ternak sapi pedaging sangat potensial. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan teknologi untuk memperkuat Crop Livestock System di Indonesia dan juga untuk memperkuat Industri Pakan Mini di daerah persawahan, khususnya untuk penerapan program suplementasi protein.

Ternak sapi membutuhkan protein untuk membangun dan menjaga protein jaringan dan organ tubuh yang normal, serta untuk meningkatkan produksi yang optimal. Bahan suplemen protein untuk ransum sapi relatif mahal, oleh karena itu diperlukan seleksi yang tepat dan penggunaan suplemen protein yang efisien agar dapat mengurangi biaya produksi. Beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan suplemen protein antara lain: palatibilitas, degradasi protein rumen, kualitas protein, absorbsi asam amino di usus halus, biaya per unit protein, ketersediaan dan konsistensi produk, dan dampaknya terhadap penampilan produksi ternak (Stern et al. 2006). Suatu model nutrisi baru untuk sistem pemberian protein pakan ternak sapi perah di Amerika telah berkembang dari sistem yang berbasis protein kasar (NRC 1978), ke sistem yang lebih kompleks berbasis degradabilitas protein rumen (Rumen Degradable Protein= RDP), protein tidak terdegradasi di rumen (Rumen Undegradable Protein=RUP) dan RUP tercerna di usus halus (NRC 2001). Jadi, model nutrisi baru ini lebih unggul dari pada sistem sebelumnya, karena dirancang guna memenuhi kebutuhan protein bagi mikrobial rumen dan juga pasokan protein yang lolos degradasi rumen, tetapi tercerna dalam usus halus.

Isyarat tentang adanya defisiensi protein pada ternak ruminansia di negara- negara tropis termasuk Indonesia sebetulnya telah lama dikemukakan oleh Leng (1991). Menurut Rossi & Silcox (2007), defisiensi protein dapat mengakibatkan penurunan bobot badan, laju pertumbuhan yang rendah, rendahnya reproduksi, mengurangi produksi susu, dan menurunkan nafsu makan. Bila defisiensi protein terjadi sebelum sapi beranak, maka akan menurunkan produksi kolustrum, dan kondisi pedet lemah pada saat lahir. Guna meningkatkan efisiensi konversi pakan dan produksi ternak pada ruminansia yang diberi pakan berkualitas rendah termasuk pakan berbasis jerami padi perlu suplementasi nutrien-nutrien, seperti mineral, urea, dan protein yang lolos fermentasi dalam rumen (bypass protein) tetapi tercerna dalam usus halus (Leng 1991; Galina et al. 2000; Ortiz et al. 2001; Loest et al. 2001). Menurut Leng (1991) defisiensi nutrien-nutrien yang diperlukan oleh mikroorganisme rumen menurunkan pertumbuhan mikrobial,

yang pada akhirnya dapat menurunkan kecernaan dan konsumsi pakan, utamanya pakan berserat misalnya jerami padi.

Jerami padi telah dikenal sebagai salah satu makanan pokok untuk ruminansia di Indonesia, dan sudah biasa diberikan pada ternak sapi, terutama didaerah persawahan padi. Kebiasaan ini mengingat penyediaan hijauan makanan ternak semakin berkurang seiring dengan menyempitnya kepemilikan lahan sebagai akibat pertambahan jumlah penduduk. Produksi jerami padi sangat berlimpah seiring dengan meningkatnya produksi padi di Indonesia. Data produksi jerami padi di Indonesia menunjukkan potensi cukup besar yaitu 60 135 501 ton bahan kering (BPS 2004). Disisi lain, sebaran populasi ternak sapi pedaging di Indonesia tidak merata dan populasinya masih rendah yaitu 10 726 347ekor pada tahun 2004 (DITJENAK 2004). Pada Tabel 1 disajikan data tentang populasi sapi pedaging dan produksi jerami padi di Indonesia. Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa jerami padi di Indonesia sebagai produk samping hasil pertanian di daerah persawahan padi, tersedia dalam jumlah yang cukup banyak. Disisi lain, sebaran jumlah sapi di berbagai propinsi di Indonesia masih rendah, sehingga terdapat kesenjangan antara ketersediaan jerami padi dengan populasi sapi pedaging. Dengan demikian, jerami padi di daerah persawahan padi banyak yang tidak termanfaatkan sebagai pakan sapi. Akibatnya, masih banyak terlihat adanya pembakaran jerami padi di daerah persawahan padi.

Penggunaan jerami padi sebagai pakan mempunyai keterbatasan karena nilai protein dan nilai cernanya rendah, selain itu juga kurang palatabel. Kandungan dinding sel jerami padi kurang lebih 86% dari BK, sedangkan komponen utama dari dinding sel adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin dengan kandungannya secara berturut-turut adalah 30-51%, 6-28% dan 4-10% dari BK (Doyle et al. 1986). Sedangkan kandungan protein kasarnya juga rendah yaitu rata-rata 4.21%, TDN (43.2%), serat kasar (32.5%), lemak kasar (1.47%), abu (16.9%), bahan ekstrak tanpa nitrogen (45%), Ca (0.41%), dan P (0.29%) dari bahan kering (Sutardi 1981). Lebih lanjut disebutkan bahwa peningkatan fermentabilitas jerami sebagai pakan sapi dapat diupayakan dengan memberikan beberapa perlakuan pendahuluan (pretreatment), misalnya dengan perlakuan kimia (perlakuan alkali,

Tabel 1. Populasi sapi pedaging dan produksi jerami padi di Indonesia

No. Propinsi Jerami padi (ton bh. kering)a Sapi pedaging (ekor)b 1 NAD 1 860 233 702 689 2 Sumut 4 157 211 248 971 3 Sumbar 2 134 039 623 520 4 Riau 725 917 116 035 5 Jambi 790 487 150 220 6 Sumatera selatan 3 155 720 506 203 7 Bengkulu 560 191 79 122 8 Lampung 2 502 371 388 977 9 Kep Bangka Belitung 37 380 20 831 10 DKI Jakarta 14 852 0 11 Jawa Barat 9 494 717 227 504 12 Jawa Tengah 8 261 406 1 346 955 13 DI Yogyakarta 670 963 226 489 14 Jawa Timur 8 570 537 2 517 227 15 Banten 1 841 841 10 432 16 Nusa Tenggara Barat 1 646 219 427 960 17 Nusa Tenggara Timur 908 046 523 036 18 Kalimantan Barat 1 843 664 160 500 19 Kalimantan Tengah 1 156 465 45 530 20 Kalimantan Selatan 2 239 715 175 790 21 Kalimantan Timur 722 165 57 268 22 Sulawesi Utara 466 817 126 026 23 Sulawesi Tengah 888 946 196 040 24 Sulawesi Selatan 3 906 119 751 283 25 Sulawesi Tenggara 428 684 214 470 26 Gorontalo 190 592 168 267 27 Maluku 56 358 64 047 28 Papua 76 841 71 346 29 Maluku Utara 98 091 35 132 INDONESIA 60 135 501 10 726 347

amoniasi), perlakuan biologi (fermentasi dengan berbagai jenis mikroorganisme erob maupun anerob), dan perlakuan fisik (penggilingan, pembuatan pellet, dan pemanasan pada tekanan tinggi). Metode-metode tersebut sudah banyak dikaji dan telah memperlihatkan hasil cukup baik. Tetapi, penerapan metode-metode tersebut masih menghadapi banyak kendala apabila dalam skala yang besar, sehingga sulit diadopsi oleh peternak di Indonesia.

Berbagai jenis tanaman leguminosa yang memiliki kandungan protein tinggi juga telah banyak dicobakan ke ternak ruminansia sebagai suplemen. Hasil penelitian Manurung (1989) menunjukkan bahwa suplementasi hijauan lamtoro (Leucaena leucocephala) pada ransum berbasis jerami padi mendapatkan pertambahan bobot badan sapi jantan peranakan ongol sebesar 394 g/ekor/hari. Penerapan penggunaan suplementasi hijauan lamtoro juga sulit, karena produksi hijauan leguminosa ini terbatas dan ketersediaannya tidak kontinyu akibat semakin menyempitnya lahan penanaman hijauan pakan.

Suplemen urea dapat dikombinasikan dengan sumber energi yang siap tersedia (Readily available energy sources) misalnya molases, dengan cara disemprot pada pakan berserat berkualitas rendah, seperti jerami padi (Preston & Leng 1987). Namun demikian menurut Sahoo et al. (2004) berbagai upaya untuk mempopulerkan campuran urea molasses di tingkat petani di India tidaklah berhasil karena sering terjadi insiden kelebihan urea (overdosage) atau campurannya yang tidak homogen dengan pakan berserat, sehingga menimbulkan keracunan bagi ternak ruminansia. Hasil penelitian Sahoo et al. (2004) tentang suplementasi urea-molases pada ransum kerbau jantan berbasis jerami gandum menunjukkan pertambahan bobot badan yang nyata dibanding ransum kontrol atau tanpa suplemen (kontrol=213 g/ekor/hari dan dengan suplemen= 356 g/ekor/hari). Lebih lanjut juga disebutkan bahwa difisit protein pada pakan serat berkualitas rendah dapat dilakukan dengan memberikan tambahan protein pakan yang tidak tercerna dalam rumen (RUP) dan campuran urea-molases serta mineral dalam ransum ternak ruminansia.

Menurut Sellier (2003), ada tiga pendekatan untuk memasok protein bagi ternak ruminansia: (1) pasokan sumber protein dalam ransum yang tidak mudah didegradasi oleh enzim mikrobial dalam rumen (RUP) dan dapat langsung ke usus

halus, sehingga akan meningkatkan jumlah asam amino pakan yang mudah diserap; (2) optimalisasi fermentasi rumen untuk meningkatkan jumlah protein mikrobial, sehingga akan meningkatkan asam amino mikrobial yang mudah

Dokumen terkait