• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kesimpulan

Secara umum studi ini telah mencapai tujuannya, yakni mengembangkan media

Alternative and Augmentative Communication yang dapat mengembangakan

keterampilan anak dengan hambatan komunikasi, yang berdasarkan hasil penelitian tentang tentang temuan objektif di lapangan dan kajian konseptual, pengembangan media ini menghasilkan papan komunikasi, buku komunikasi, gambar foto dan prosedur pelaksanaanya. Penelitian ini memperoleh kesimpulan-kesimpulan yang berkaitan dengan hasil empirik tentang implementasi media Alternative and

Augmentative Communication pada anak dengan hambatan komunikasi,

kesimpulan-kesimpulannya adalah sebagai berikut.

1. Berdasarkan studi awal tentang hambatan komunikasi yang dialami oleh AR dibuktikan dengan melihat pemerolehan bahasa anak dengan usia yang telah 15 tahun namun belum bisa berkomunikasi sebagaimana anak dengan usia tersebut. Seharusnya AR sudah pada tahapan kompetensi penuh, yang pada umumnya anak-anak yang perkembangannya tipikal telah menguasai elemen-elemen sintaksis bahasa ibunya dan telah memiliki kompetensi (pemahaman dan produktivitas bahasa) secara memadai. Akan tetapi, anak hanya dapat mengeluarkan suara seperti desahan saja, tidak ada kata yang keluar dari mulutnya. Anak tersebut seperti bingung dan terkadang melukai dirinya sendiri karena sulit mengungkapkan keinginannya, ditambah lagi berdasarkan keterangan gurunya kemampuan kognitif anak tersebut, seperti anak berumur satu tahun, sehingga dalam kehidupan sehari-hari anak tersebut banyak memerlukan bantuan dari orang lain untuk melakukan berbagai kegiatan. Anak ini tampak mengalami

100

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesulitan apabila terlepas dari bantuan orang lain karena anak tidak bisa berkomunikasi.

2. Pembelajaran yang saat ini pada anak adalah dengan mengenalkan langsung pada objek nyatanya. Jadi, anak diperlihatkan objek-objeknya sambil dilatih verbalnya, juga dibawa ke tempat-tempatnya langsungnya. Tetapi tidak semua objek bisa dibawa ke kelas, karenanya itu menyulitkan dalam pembelajaran komunikasi pada anak dan terkadang anak susah sekali diarahakan, sehingga pada saat ingin mengajak ke suatu tempat, konsentrasi anak malah teralihkan pada objek yang lain, atau anak malah berlari tak tentu arah, jadi terkadang sulit untuk mengarahkannya. Pembelajaran dirumah biasanya orangtua berusaha melihat

gesture anak dan mencoba untuk menjelaskan kembali keinginan anak, karena

sebagai orang tuanya memang sudah terbiasa bersama dengan anak, jadi untuk beberapa hal orang tua bisa mengerti tentang keinginan anak. Akan tetapi, menjadi masalah pada saat anak bersama orang lain. Orang lain tidak tahu apa yang menjadi keinginan anak, sehingga anak seperti menjadi beban pada saat bersama orang lain.

3. Berdasarkan hasil temuan dilapangan, media Alternative and Augmentative

Communication yang sesuai dalam mengembangkan keterampilan komunikasi

anak dengan hambatan komunikasi adalah media yang bersifat visual, karena anak lebih banyak memanfaatkan indera visualnya, itu bisa dijadikan suatu modalitas dalam pengembangan media. Media Alternative and Augmentative

Communication ini terdiri dari papan komunikasi, buku komunikasi, foto yang

ada disekitar anak dan prosedur pelaksanaan penggunaan media, tujuan pengembangan media Alternative and Augmentative Communication berupaya untuk dalam membantu mengembangkan keterampilan komunikasi anak dengan hambatan komunikasi.

101

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Melalui uji efektivitas media Alternative and Augmentative Communication menunjukkan adanya peningkatan dalam keterampilan komunikasi anak. Pada awalnya, kemampuan komunikasi subjek sangat rendah tetapi dengan menggunakan media dan melalui prosedur intervensi yang dilakukan terjadi peningkatan keterampilan komunikasi pada anak dengan hambatan komunikasi tersebut. Tingkat keberhasilan dalam hal komunikasi sangat besar bila lingkungan subjek mampu untuk konsisten dan memiliki komitmen yang tinggi dalam mendukung program ini. Lokasi penerapan media Alternative Znd Augmentative ini dapat dilaksanakan di mana saja dan kapan saja, dalam pengertian dapat dilaksanakan di dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan juga terlihat dari adanya kenaikan pada grafik dari baseline awal sampai intervensi, yang tadinya pada baseline awal anak sama sekali tidak dapat berkomunikasi, tetapi dengan proses intervensi menggunakan media Alternative and Augmentative ini juga melalui prosedur yang dilakukan, keterampilan komunikasi AR dapat berkembang. Dampak dari penggunaan media ini juga berimplikasi pada penurunan perilaku AR yang tidak adaptif seperti tantrum dan melukai diri sendiri.

B. Rekomendasi

Menyadari pentingnya pengembangan keterampilan komunikasi yang harus dimiliki anak, maka pengembangan media Alternative and Augmentative

Communication hasil studi temuan ini direkomendasikan untuk diterapkan oleh guru,

orang tua, pengasuh, dan pihak lainnya yang ada disekitar anak. Untuk itu, dengan melihat keunggulan dan keterbatasan yang ada dalam media Alternative and

Augmentative Communication ini, rekomendasi yang dapat diberikan adalah sebagai

102

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Berdasarkan temuan penelitian, Ar mengalami hambatan komunikasi dan itu menyebabkan Ar tidak bisa dapat mengungkapkan keinginannya, sehingga setiap hari Ar hanya melakukan suatu rutinitas yang telah diatur. Rutinitas tersebut sebaiknya melihat perkembangan Ar juga, sehingga setiap rutinitas yang dilakukan oleh Ar dapat mengoptimalkan semua modalitas yang dimiliki Ar, seperti perkembangan visual, motorik dsb.

2. Pembelajaran keterampilan komunikasi yang dilakukan pada anak dengan hambatan komunikasi sebelum memakai media Alternative and Augmentative

Communication dengan membawa objek aslinya langsung pada anak.

Berdasarkan temuan dilapangan banyak ide-ide dari guru ataupun orang tua mengenai pembelajaran keterampilan komunikasi anak yang harus bersifat visual, itu didapat dengan melihat modalitas anak, akan tetapi ide tersebut tidak dicoba untuk direalisasikan karena kesibukan masing-masing, akan lebih baik jika pihak guru dan orang tua bisa merealisasikan ide-ide tentang pembelajaran anak, sehingga tidak harus menunggu adanya peneliti-peneliti yang datang untuk merealisasikan ide tersebut tapi bisa langsung direalisasikan oleh pihak guru dan orang tua sehingga dapat membantu anak sedini mungkin.

3. Pengembangan media Alternative and Augmentative Communication bisa dimodifikasi dengan menggunakan bahan-bahan yang lebih fleksible lagi, sehingga mudan digunakan dan dibawa oleh anak. Agar penggunaan media

Alternative and Augmentative Communication berjalan lancar dan sesuai dengan

tujuan yang diharapkan, maka dalam penerapan AAC yang tepat bagi anak yang mengalami hambatan dalam komunikasi, memerlukan berbagai tahapan seperti melalui observasi, wawancara, dan lain sebagainya. Hal tersebut memerlukan waktu yang relatif panjang. Oleh karenanya, diharapkan pihak yang ingin

103

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengembangkan media Alternative and Augmentative ini harus konsisten dalam melakukan tahapan tersebut.

4. Berdasarkan hasil temuan penelitian, yaitu dengan melakukan uji efektivitas pada AR setelah melakukan intervensi menggunakan media Alternative and

Augmentative Communication didapatkan bahwa terjadi peningkatan pada

keterampilan komunikasi AR. Hal tersebut terjadi karena didukung banyak hal. Rekomendasi untuk pihak yang ingin menerapkan media Alternative and

Augmentative Communication ini harus memperhatikan beberapa hal, yaitu harus

mengetahui terlebih dahulu tentang kondisi anak, mengetahui konsep dan prosedur dari media Alternative and Augmentative Communication, menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif untuk kelancaran proses belajar, juga diperlukan seorang penolong (helper) yang membantu dalam menerapkan penggunaan media Alternative and Augmentative Communication pada anak dan dilaksanakan pada waktu yang telah diprogramkan. Ketika target telah tercapai dalam proses penggunaan media Alternative and Augmentative ini, tidak berhenti saat itu, namun terus-menerus digunakan dan dikembangkan dengan menambahkan kosakata baru dengan menambahkan gambar foto yang baru untuk anak. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian selanjutnya dapat dikembangkan pada uji efektivitas pada beberapa anak dengan hambatan komunikasi lainnya, sehingga dapat diketahui apakah media Alternative and

Augmentative dapat digunakan pada semua ragam anak dengan hambatan

104 Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Abdurrahman. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Alwasilah, A.C. (2006). Pokoknya Kualitatif. Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya. American Speech-Language-Hearing Association (1982), Helping Children With

Communication Disorder in The School. [Online]. Tersedia di: http://www.unk.my/jpbm/ [10 Maret 2013].

Ardianto, Elvinarno dan Lukiati Komala. (2009). Komunikasi Massa (Suatu

Pengantar). Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Arifin, Anwar. (2008). Strategi Komunikasi. Jakarta: Armico.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Bondy and Frost. (1994). Picture Exchange Communication System [Online]. Tersedia di: www.pecs.com. [10 September 2012].

Bungin, Burhan H.M. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group. Cangara, Hafield. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Demchak, et all, 2002, Using Cues to Enchance Receptive Communication, Nevada Dual Sensory Impairment Project Department of Educational Specialities University of Nevada, Nevada, [Online]. Tersedia di: http://www.unr.my/jpbm/ [10 Maret 2013].

Ginanjar, A. (2008). Panduan Praktis Mendidik Anak Autis Menjadi Orang Tua

Istimewa. Jakarta: Dian Jakarta.

IDEA, (1997) : Anak Berkebutuhan Khusus [Online]. Tersedia di: https://staff.uny.ac.id/ABK/. [11 November 2012]

Lasswell, (1960) : Unsur-unsur Komunikasi [Online]. Tersedia di: www.wikipedia.com. [10 November 2012]

105

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mandala .(2008). Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Autis Dengan

Menggunakan PECS .im_mandala@yahoo.com (tanggal 19 Oktober 2009)

Maxwell, Joseph A. (1996). Pragmatics. Great Britain: University of Cambridge. McCormik&Shane. (1990). Augmentative and Alternative Communication.

Journal[Online].Tersedia di: http://en.wikipedia.org/wiki/Augmentative and

alternative communication) [10 November 2012].

McMillan, J.H. (2001). Research In Education. New York : Longman.

Meimulyani, Y. (2008). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Melalui Sistem

Penukaran Gambar (PECS) pada Anak yang Tidak Berkomunikasi Secara Verbal. Thesis pada Jurusan PKKh Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Mulyana, Deddy. (2000). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Noor Aini Ahmad. (2010). Pengajaran Kemahiran Bahasa bagi Murid-murid

Bermasalah Pembelajaran Teruk Journal [Online]. Tersedia di: http://www.ukm.my/jpbm/ [10 November 2012].

Novita, Nina. (2010). Program Pengembangan Kemampuan Komunikasi Ekspresif

Dan Reseptif Pada Anak Dengan Gangguan Komunikasi. Thesis pada Jurusan

PKKh Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sjah, S, dan Fadhilah, S. (2003). Membantu Anak Berkomunikasi Secara Efektif. Konferensi Nasional Autisme I. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.

Somad, Permanarian. (2007). Pengembangan Keterampilan Interaksi-Komunikasi pada Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung.

Sugiyono. (2002). Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :

106

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Alfabeta.

Sunanto,dkk. (2005). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press.

Sunardi dan Sunaryo. (2007). Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus. Departemen

Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Tinggi. Direktorat Pembinaan

Tenaga Kependidikan dan tenaga Kependidikan dan Tenaga Perguruan Tinggi, Jakarta 2006.

Suprapto, T. dan Fahrianoor. (2004). Komunikasi Penyuluhan dalam Teori dan

Praktek. Yogyakarta : Arti Bumi Intaran.

Tarigan, Henry Guntur. (1988). Metodologi Pengajaran Bahasa: Suatu Penelitian

Kepustakaan. Jakarta : Depdikbud.

Tawney and Gast. (1984). Single Subject Research In Special Education. Colombus: Charles E Merril Publishing Company.

The American Speech Language Hearing Association. (2005). Augmentatif and

Alternative Communication [Online]. Tersedia di:

http://www.asha.org/slp/clinical/aac/. [15 September 2012].

Vardiansyah, D. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia Widiasrama Indonesia

Verderber. (1978). Pentingnya Communication Skill (Keterampilan Berkomunikasi)

untuk Keunggulan Kompetitif [Online]. Tersedia di:

http://ittemputih.wordpress.com/2012/02/13/pentingnya-communication-skill-keterampilan-berkomunikasi-untuk-keunggulan-kompetitif/. [10 November 2012]

Wallin. (2007). Visual Support PECS [On line]. Tersedia di: www.widgit.com. [10 September 2012].

Warrick, Anne,. (1998). Communication Without Speech. Augmentative and Alternative Communication Around the World. Canada: Issaac press.

Dokumen terkait