• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan mengenai evaluasi Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) sebagai kawasan wisata edukasi (edutourism), pada bab akhir ini, penulis akan menguraikan beberapa kesimpulan dan rekomendasi yang semoga dapat berguna bagi pihak-pihak terkait. Adapun kesimpulan dan rekomendasi adalah sebagai berikut :

A. KESIMPULAN

1. Nilai-nilai edukasi yang diterima oleh wisatawan fungsi dari hutan hujan tropis baik dari ekologi maupun hidrologinya. Keragaman flora dan fauna merupakan nilai edukasi yang paling banyak didapatkan oleh wisatawan. khususnya endemik Jawa yang ada di PPKAB banyak sekali manfaatnya salah satunya adalah sebagai tanaman obat alternatif dan tempat hidup fauna yang ada disana. Fauna endemik Jawa pun terjaga habitatnya seperti Owa Jawa, Elang Jawa bahkan macan tutul. Pengetahuan atau gambaran umum mengenai PPKAB, tips atau hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama berada di PPKAB, peran PPKAB sebagai penghasil air untuk beberapa daerah yang ada di sekitarnya, informasi mengenai jalur-jalur penelitian yang ada di PPKAB. Wisatawan yang datang ke PPKAB lebih menghargai dan mensyukuri keindahan yang dianugerahkan oleh Tuhan merupakan salah satu nilai ketuhanan yang didapat. Selain itu, wisatawan pun lebih tergugah untuk melakukan upaya pelestarian alam seperti melakukan reboisasi, memberikan sumbangan dalam bentuk tenaga, ide dan uang serta mengikuti berbagai acara lingkungan. Misi wisata edukasi yang dimiliki oleh Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) yaitu sebagai sarana untuk menyebarluaskan pengenalan tentang konservasi hutan hujan tropis dengan cara melakukan pendidikan lingkungan sepenuhnya belum diterima oleh wisatawan yang datang. Lebih dari setengahnya wisatawan yang datang tidak mendapatkan informasi mengenai hutan hujan tropis. Perlu diadakan suatu

Dine Rizky Pratiwi, 2014

Studi Evaluasi Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (Ppkab) Sebagai Kawasan Pariwisata Edukasi (Edutourism)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perbaikan akan hal tersebut, mengingat misi awal yang dimiliki oleh PPKAB itu sendiri. Interpreter atau guide yang bertugas di PPKAB lebih terfokus kepada pengenalan keragaman flora dan fauna kepada wisatawan, sehingga mereka melupakan hal yang sangat besar yaitu memperkenalkan hutan hujan tropis itu sendiri. Belum diadakannya training bagi interpreter dalam menambah pengetahuan mereka tentang hutan hujan tropis merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab pengetahuan wisatawan akan hutan hujan tropis masih kurang. Selain itu, tidak adanya keterangan hutan hujan tropis dalam bentuk suatu media seperti leaflet, gambar atau papan-papan informasi yang berhubungan dengan hutan hujan tropis.

2. Pengelolaan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) sudah tergolong baik, keadaan existing yang ada terjaga tetap alami. Semua pihak yang terlibat melakukan kerja sama yang baik. Beberapa fasilitas yang tersedia di rawat dengan baik oleh petugas setempat. Tidak pernah terjadi masalah dalam sistem reservasi di PPKAB karena untuk jadwal kunjungan sudah tersusun dengan baik dan jumlah pengunjung tidak pernah melebihi kuota yang sudah ditentukan. Namun ada kendala dalam agenda jadwal kegiatan yang belum tersusun dengan baik. Serta promosi yang lebih giat lagi untuk menambah jumlah wisatawan yang datang berkunjung. Penentuan tarif biaya masuk kawasan wisata edukasi telah sesuai dengan kontribusi yang mereka berikan kepada upaya pelestarian alam.

Dine Rizky Pratiwi, 2014

Studi Evaluasi Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (Ppkab) Sebagai Kawasan Pariwisata Edukasi (Edutourism)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. REKOMENDASI

1. Secara keseluruhan program wisata edukasi yang ditawarkan di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) sudah berjalan dengan baik, namun untuk pelaksanaanya itu sendiri seharusnya sudah diagendakan dengan baik, sehingga untuk program rutin seperi School Visit dan Visit to

School tidak terganggu waktu pelaksanaanya.

2. Pengadaan pelatihan untuk para interpreter yang lebih terfokus kepada upaya memperkenalkan hutan hujan tropis kepada para wisatawan, serta adanya sosialisasi dari pihak Taman Nasional agar menambah pengetahuan para interpreter.

3. Perbaikan fasilitas yang belum memadai seperti mushola agar setiap wisatawan yang akan melakukan peribadatan selalu dalam keadaan bersih dan suci.

4. Menambah anggota simpatisan dan volunteer untuk diberi pendidikan interpreter sehingga ketika terjadi jumlah wisatawan yang banyak dapat terakomodir dengan baik.

5. Ditambahkan lagi tempat atau lahan untuk penelitian perbidang seperti fasilitas yang sudah ada yaitu catwalk untuk pengamatan satwa, menara untuk pengamatan burung serta Stasiun Pengamatan Bodogol (SPB) agar peneliti yang melakukan kegiatan disana dapat lebih fokus dan dapat melakukan kegiatan tanpa merusak habitat asli di PPKAB.

6. Menambahkan lagi media untuk promosi sehingga PPKAB tetap bisa memberikan informasi dan pelajaran kepada semua pihak, semoga kelestarian seluruh isi hutan hujan tetap terjaga demi keberlangsungan hijau bumi.

7. Semoga untuk kedepannya PPKAB dapat lebih berkembang dan dapat dijadikan tempat pembelajaran serta mengimplementasikan terhadap dunia pendidikan.

Dine Rizky Pratiwi, 2014

Studi Evaluasi Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (Ppkab) Sebagai Kawasan Pariwisata Edukasi (Edutourism)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Ankomah, P. K and Larson, T. R. (1992) . Education Tourism: A Strategy to Strategy

to Sustainable Tourism Development in Sub-Saharan Africa. Tersedia:

unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents

Brief. (2010). Kebijakan Pengelolaan Zona Khusus. Cifor. Tersedia: www.cifor.cgiar.org [4 April 2010].

Daulay, N. (2012). Penelitian Deskriptif. Tersedia [online] : nurfatimahdaulay18.blogspot.com. [10 September 2012]

Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 5 Tentang

Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya. (Jakarta : Departemen

Kehutanan Republik Indonesia, 1990)

Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 5 Tentang

Zonasi Taman Nasional. (Jakarta : Departemen Kehutanan Republik

Indonesia, 1990)

Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 18. Tahun 1994 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. (Jakarta : Departemen Kehutanan Republik Indonesia, 1994)

Djamal, Z. I. (2010). Prinsip-Prinsip Ekologi. Jakarta : Bumi Aksara.

Fandeli, C. (2001). Pengenalan Atraksi Alam Dengan Pendekatan Perishable

Factor di Kawasan Wisata Alam. Lembaga Penelitian Universitas Gajah

Mada Kerja Sama dengan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta Fandeli, C. (2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Fakultas

Kehutanan Universitas Gajah Mada

Fandeli, C. (2004). Peran dan Kedudukan Konservasi Hutan Dalam

Pengembangan Ekowisata. Yogyakarta. Tidak diterbitkan.

Flavin. (1996) . Kurt Hahn’s School and Legacy. Tidak Diterbitkan.

Hartono. (2008). Mencari Bentuk Pengelolaan Taman Nasional Model: Sebuah Tinjauan Reflektif Praktek Pengelolaan Taman Nasional di Indonesia.

Dine Rizky Pratiwi, 2014

Studi Evaluasi Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (Ppkab) Sebagai Kawasan Pariwisata Edukasi (Edutourism)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Makalah dalam workshop Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi. Banyuwangi

Hartono. (2008). Taman Nasional Mandiri. Makalah dalam Reuni Akbar dan Seminar Lustrum XI 8 di Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

Hockings, M., Stolton, S., Leverington, F., Dudley, N. and Courrau, J. (2006) .

Evaluating Effectiveness: A Framework for Assessing Management Effectiveness of Protected Areas 2nd Edition. WCPA Best Practice

Protected Areas Guidlines. Gland: IUCN

Ismayanti. (2010). Pengantar Pariwisata. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia (1997/1998) Studi

Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan. Jakarta.

Lembaga Pengembangan Hukum Lingkungan. Kajian Hukum dan Kebijakan

Pengelolaan Kawasan Konservasi di Indonesia. Tidak diterbitkan.

Maryani, E. (2010). Dimensi Geografi dalam Kepariwisataan dan Relevansinya

dengan Dunia Pendidikan. Pidato Pengukuhan Guru Besar di Jurusan

Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Maryani, E. Pengantar Geografi Pariwisata. IKIP Bandung.

Maryani, E. (2006). Geografi Dalam Perspektif Keilmuan dan Pendidikan di

Persekolahan. Dimuat dalam buku “Ilmu Pendidikan”. Bandung.

Munir. (2013). Managing Educational Tourism. IKIP Bandung. munir@upi.edu Marpaung, H. Dan Bahar, H. (2002). Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta Nugroho, I. (2011). Ekowisata Dan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta :

Pustaka Pelajar.

Pendit, N.S. (2003). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : Pradnya Paramita.

Pitana dan Gayatri. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta. Andi

Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1994 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan

Dine Rizky Pratiwi, 2014

Studi Evaluasi Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (Ppkab) Sebagai Kawasan Pariwisata Edukasi (Edutourism)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Punaji, S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Kencana.

Raflesia. (2008). Taman Nasional. FMIPA. UNAND. Tidak Diterbitkan

Ramdani, C. (2008). Strategi Pengembangan Wisata Alam Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango Cibodas-Cianjur Jawa Barat. [Skripsi]. Jurusan

Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. Tidak diterbitkan.

Ritchie, Brent W. (2003). Aspect of Tourism. Managing Educational Tourism. Channel View Publications.

Sastrayuda, G.S. (2010). Handout Mata Kuliah Concept Resort and Leisure. Bandung. Tidak Diterbitkan.

Satria. D. (2009). Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Ekonomi Lokal Dalam Rangka Program Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Malang . Tidak Diterbitkan

Studi Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 1997/1998.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif

Kuantitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sumaatmadja, N. (1998). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis

Keruangan. IKIP .Bandung.

Sumaatmadja, N. (2005). Nilai Pendidikan IPS. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Suwantoro, G. (1997). Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi. Tika, P. M. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982, pasal 12 pengaturan tentang konservasi Undang –Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

Dine Rizky Pratiwi, 2014

Studi Evaluasi Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (Ppkab) Sebagai Kawasan Pariwisata Edukasi (Edutourism)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yoeti, O.A. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.

Yunus, S. H. (2010). Metode Penelitian Wilayah Kontemporer. Jakarta : Pustaka Pelajar.

Dokumen terkait