• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.3 Hasil Interpretasi Data

4.3.1 Relasi Aktor-Aktor Dalam Spekulasi Tanah di Perkotaan

Kekuasaan, menurut pandangan Foucault, tidaklah dimiliki (possessed) melainkan bermain atau dimainkan secara terus-menerus. Sehingga kebijakan yang selalu dikaitkan dengan pemerintah itu (instrument of governance) boleh dibilang sebagai alat ataupun instrumen, yang biasanya dipakai oleh pemerintah dalam memainkan kekuasaan yang terdapat di dalam relasi-relasi antara pemerintah dan individu-individu. Namun sebaliknya juga, para individu pun

82 dapat memainkan kekuasaan untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah (Zuska, 2005)

Hubungan yang terjadi di antara relasi aktor-aktor disini yang dimaksud adalah di dalam masalah spekulasi tanah, terdapat adanya relasi antara masyarakat, negara dan pasar. Dimana masyarakat, dalam hal ini sebagai warga masyarakat adalah selaku pemilik tanah dan sebagai masyarakat yang tinggal di tanah tersebut yang akan terkena dampak langsung dari adanya kegiatan pembangunan infrastruktur untuk kepentingan umum atau yang biasa kita kenal sebagai pusat bisnis kota yaitu CBD (Central Business District). Karena hal tersebut mereka kehilangan atau berkurangnya hak atas kepemilikan tanah, bangunan, beserta aset-aset lainnya yang terletak di atas tanah. Lalu adanya negara, dimana negara yang kita ketahui diwakili oleh pemerintah, yang juga sebagai selaku aparat penyelenggara negara, mereka berperan penting di dalam kegiatan pembangunan yang dilakukan negara.

Kemudian adanya pasar, yang biasanya diwakili oleh korporasi sebagai pelaku pasar, dalam hal kegiatan spekulasi tanah yang diwakili oleh aktor-aktor seperti developer (pemilik tanah), masyarakat, lurah, pemko setempat, kepling, ormas, polisi, calo-calo (orang yang bekerja dengan develover) maupun investor-investor tanah pemilik modal lainnya yang ikut serta dalam hal kegiatan tersebut. Sebenarnya aktor utama di dalam relasi antara masyarakat, negara, dan pasar ini ada pada negara. Karena negara merupakan suatu lembaga yang memiliki kewenangan. Akan tetapi jika kita lihat di dalam era industrialisasi dan kapitalisme global ini, maka peranan negara di dalam proyek-proyek dalam

83 pembangunan ini terkadang digantikan oleh peran pasar itu sendiri atau yang biasa kita kenal dengan modal yang diwakili oleh para pelaku investor-investor tanah.

Terlebih lagi apabila peran negara yang lemah dalam hal ini, biasanya modal dalam hal pembebasan tanah. Biasanya modal dalam hal pembebasan tanah harus berasal dari anggaran dalam pemerintahan itu sendiri. Maka disinilah letak potensi pasar itu sendiri untuk bisa ikut terlibat di dalam penentuan harga tanah misalnya, karena tanah-tanah tersebut sudah dikuasai oleh pemilik modal yaitu spekulan atau investor tanah yang mana pada akhirnya membuat mereka memiliki posisi tawar yang lebih baik, daripada kebanyakan warga masyarakat pemilik tanah yang mungkin saja memiliki aset tanah dan beserta rumah tempat tinggal dan untuk kegiatan usaha satu-satunya di tempat pelaksanaan kegiatan pembangunan proyek infrastruktur tersebut.

Melihat kondisi masyarakat yang seperti itu maka akan terancam kesejahteraannya apabila kemudian satu-satunya aset berharga yang mereka miliki seperti tanah atau bangunan harus dibebaskan dari adanya pembangunan pembangunan untuk pusat bisnis kota atau yang biasa kita kenal dengan CBD (Central Business District), dan terlebih lagi dengan apabila biaya kompensasi atau biaya ganti rugi yang diberikan tidak memadai untuk dapat mempertahankan tingkat kesejahteraan warga masyarakat minimal akan sama dengan kondisi dimana sebelum akan dilaksanakannya kegiatan pembangunan tersebut.

Di sini juga kita dapat melihat bahwa masyarakat dijadikan sebagai media, untuk menempati tanah tersebut dengan maksud bahwa jika suatu waktu tanah tersebut akan dipakai, maka masyarakat yang menempati tanah tersebut harus pindah atau dengan kata lain akan digusur oleh pihak developer. Adanya syarat

84 perjanjian secara lisan yang dilakukan antara masyarakat dengan pihak developer, yang mana memberikan peringatan kepada masyarakat bahwa suatu waktu tanah yang mereka tempati akan digunakan oleh pihak developer, maka masyarakat harus siap untuk pindah dari rumah tersebut. Dari pihak developer tidak akan memberikan ganti rugi kepada masyarakat yang menempati tanah tersebut.

Di sini dapat kita lihat bahwa adanya suatu relasi yang terjadi di antara para aktor-aktor dalam spekulasi tanah di perkotaan ini seperti adanya relasi antara developer dengan masyarakat, relasi antara developer dengan Pemko Medan Setempat, relasi antara developer dengan lurah, relasi antara kepling dengan Pemko Medan, relasi antara developer dengan kepling, relasi antara kepling dengan masyarakat, relasi antara developer dengan BPN (Badan Pertanahan Nasional), relasi developer dengan ormas (Pam Swakarsa), relasi antara ormas GM3B (Gerakan Masyarakat Medan Maimun Bersatu), dan relasi antara developer dengan polisi.

Untuk lebih jelasnya, maka peneliti akan memberikan penjelasan secara lebih rinci, yaitu sebagai berikut :

1. Relasi Antara Developer & Masyarakat

Pihak developer mendekati masyarakat yaitu dengan cara memberi rumah sekaligus tanah yang dimiliki masyarakat tersebut dengan harga yang murah sehingga sebagian masyarakat mau menjual rumah sekaligus tanah yang mereka punya kepada developer. Tetapi sebagian masyarakat lainnya tidak mau menjual rumah sekaligus tanahnya kepada developer. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah berspekulasi bahwa pihak developer bukan untuk melakukan pelurusan

85 serta penimbunan Sungai Deli agar tidak banjir, tetapi melainkan akan membangun pusat bisnis kota di daerah tersebut. Kemudian bagi masyarakat yang telah membangun rumah di tanah developer tersebut, pihak developer telah memberikan syarat perjanjian kepada masyarakat tersebut, yaitu jika suatu waktu developer akan menggunakan tanah tersebut, maka yang harus dilakukan masyarakat tersebut adalah harus siap untuk pindah dari tanah tersebut.

Tanpa adanya ganti rugi yang diberikan oleh pihak developer tersebut. Sampai saat ini pihak developer telah mengalami kerugian yang sangat besar, hal ini dikarenakan sudah banyaknya dana yang ia telah keluarkan untuk membangun kegiatan tersebut, tetapi banyaknya kendala dan ketidakmauan masyarakat untuk menjual rumah serta tanahnya kepada pihak developer, sehingga kegiatan tersebut terhenti sampai saat ini dan kejadian ini telah membuat pihak developer mengalami kekurangan dana. Berdasarkan data di atas, maka dapat kita analisis bahwa disini dapat kita melihat bahwa adanya sebuah aneksasi, yaitu suatu bentuk pengambilalihan suatu lahan atau wilayah yang telah dilakukan oleh suatu perusahaan dengan secara paksa ataupun dengan cara tindak kekerasaan dan atau dilakukan dengan cara pencamplokan daerah tersebut.

Sehingga terjadi adanya suatu kekuatan dari perusahaan atau koorporasi dari PT Kastil Kencana Medan yang telah menguasai tanah atau lahan di daerah Kelurahan Sei Mati dengan cara pencaplokan dan pengkaplingan di daerah tersebut. Adanya kekuatan untuk menguasai lahan tersebut dikarenakan adanya kekuatan perusahaan tersebut dalam hal modal ataupun dana yang besar dalam mengerjakan proyek tersebut. Serta juga adanya hubungan relasi yang kuat dari pihak developer terhadap pemko Medan setempat dengan melakukan berbagai

86 macam strategi yang dilakukan demi menyukseskan proyek tersebut. Maka dengan melihat hal tersebut masyarakat melakukan resistensi ataupun gerakan penolakan terhadap proyek yang mereka lakukan yaitu dengan melakukan demo dengan mendatangi pemerintah Kota Medan, DPRD Kota Medan. Tetapi tidak ada satu pun instansi pemerintahan tersebut yang mau menanggapi permasalahan yang terjadi. Karena mereka juga mengetahui bahwa kegiatan proyek tersebut sudah cacat hukum, hal ini dikarenakan tidak adanya AMDAL dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan).

2. Relasi Antara Developer & Pemko Medan

Pihak developer dan Pemko Medan memiliki kerja sama yang menyatakan bahwa mereka akan membuat pelurusan serta penimbunan terhadap Sungai Deli tersebut. Proyek penimbunan serta pelurusan tersebut diakui oleh Pemko Medan tidak memiliki AMDAL serta IMB (Izin Mendirikan Bangunan) yang telah dikatakan oleh Kepala Dinas Pengairan Medan pada tahun 2000. Tetapi kegiatan tersebut akan terlaksana, jika daerah tersebut telah dikosongkan. Jadi pihak developer membeli rumah dan tanah milik masyarakat yang tinggal di daerah tersebut dengan uang milik pribadinya sendiri. Dari pihak pemko akan mengganti dana yang telah dikeluarkan oleh pihak developer jika kegiatan ini akan terlaksana. Tanpa adanya dana yang diberikan pemko kepada pihak developer. Sehingga dana yang telah digunakan untuk melakukan kegiatan ini adalah tanah milik developer sendiri. Sampai saat ini kita dapat melihat bahwa kegiatan ini tertunda dikarenakan banyaknya kendala yang terjadi di tanah tersebut.

87 Kegiatan proyek penimbunan dan pelurusan ini terjadi pada tahun 2000. Sejak sampai saat ini, baik dari pihak developer dan pemerintah Kota Medan tidak ada yang mengaku dan bertanggung jawab serta mengganti kerugian yang telah dialami oleh masyarakat sebagai dampak dari kehadiran proyek kegiatan pelurusan atau penimbunan sungai tersebut. Padahal seharusnya dari awal pemerintah Kota Medan melakukan pengawasan terhadap kegiatan pelurusan atau penimbunan sungai tersebut. Dampak dari adanya kegiatan tersebut adalah semakin meningkatnya frekuensi banjir akibat penimbunan dan penembokan bantaran Sungai Deli tersebut.

Seperti adanya kuburan di daerah tersebut, dan adanya ketidakmauan masyarakat untuk menjual tanah sekaligus rumahnya kepada pihak developer. Sehingga kegiatan ini pun tertunda sampai saat ini. Dikarenakan hal tersebut, maka dari pihak developer telah mengalami banyak kerugian yang besar, hal ini dikarenakan dananya tertanam di lahan tersebut sedangkan dari pihak pemko setempat tidak adanya tanggapan mengenai masalah yang terjadi saat ini. Pada saat ini juga pihak developer telah mengalami kekurangan dana, sehingga mereka tidak dapat melanjutkan kegiatan tersebut. Untuk saat ini belum ada kelanjutan mengenai kegiatan proyek ini. Dikarenakan tidak adanya dana yang dimiliki oleh pihak developer untuk melanjutkan kegiatan tersebut. Semua instansi tidak mau menanggapi masalah yang terjadi sampai dengan saat ini dan juga tidak adanya pertanggung jawaban atas masalah yang terjadi pada tahun 2000 tahun yang lalu.

88 3. Relasi Antara Developer & Lurah

Di sini dapat kita lihat bahwasanya developer memiliki hubungan dengan pemko medan setingkat yaitu Lurah Sei Mati pada tahun 2000. Dimana lurah pada tahun ini sangat mendukung adanya kegiatan yang dilakukan oleh pihak developer tersebut. Developer bersama dengan Lurah Sei Mati pada tahun 2000 ini telah melakukan pelurusan serta penimbunan terhadap bantaran Sungai Deli yang mereka lakukan tanpa memikirkan dampak yang terjadi akibat dari adanya kegiatan tersebut. Padahal kita mengetahui bahwa kegiatan tersebut tidak adanya AMDAL dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan), tetapi walaupun begitu mereka masih terus melakukan kegiatan tersebut.

Pada sekarang ini lurah tersebut sudah diganti. Lurah yang sekarang tidak tahu mengenai masalah yang pernah terjadi di Sei Mati tersebut. Sehingga saat penulis menanyakan masalah yang terjadi dia lebih menyarankan peneliti untuk menanyakan langsung masalah tersebut kepada kepling. Karena menurutnya kepling yang lebih mengetahui masalah yang terjadi di Sei Mati. Di sini hubungan kepling dengan lurah yang sebelumnya adalah sangat bertolak belakang. Karena di sini kepling lebih berpihak kepada masyarakat. Sedangkan lurah lebih berpihak kepada pihak developer. Disini lurah membantu kegiatan proyek yang dilakukan poleh pihak developer. Sedangkan pihak kepling dibantu bersama dengan masyarakat untuk mempertahankan daerah tempat tinggal mereka. Pihak lurah disini tidak mau bertanggung jawab dan menanggapi masalah yang pernah terjadi pada tahun 2000 tersebut. Padahal pada tahun 2000 tersebut, pihak lurah sangat memberikan dukungan penuh dengan pihak developer dalam melakukan kegiatan proyek tersebut.

89 4. Relasi Antara Kepling & Pemko

Relasi antara kepling dan pemko disini dapat kita lihat bahwasanya kepling tidak mendukung dengan adanya kegiatan yang akan dilakukan oleh developer dengan pemko setempat. Hal ini dikarenakan kepling bersama dengan masyarakat setempat berspekulasi bahwa kegiatan tersebut bukan untuk melakukan pelurusan serta penimbunan pada Sungai Deli, tetapi mereka akan membangun pusat bisnis kota seperti CBD di daerah tersebut. Sehingga masyarakat bersama kepling bersama-sama mempertahankan tempat tinggal mereka. Memang sebelumnya pihak developer beserta pemko meminta izin kepada kepling untuk melakukan kegiatan tersebut. Tetapi kepling tidak mengizinkan mereka untuk melakukan proyek tersebut, tetapi mereka tetap melakukan hal tersebut tanpa adanya AMDAL dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan).

Hubungan antara kepling dengan pemko disini sangat bertolak belakang. Karena masing-masing disini memiliki kepentingan yang berbeda-beda pula. Kegiatan proyek yang dilakukan pihak developer tersebut tidak diawasi oleh pihak pemko sehingga beberapa hari kemudian pemko baru mengetahui bahwa adanya kegiatan proyek tersebut dan tidak memiliki izin dalam melakukan kegiatan proyek tersebut. Untuk saat ini belum ada tanggapan dari pihak pemko mengenai kegiatan proyek tersebut. Dikarenakan tidak adanya dana pada pihak developer untuk melanjutkan kegiatan proyek tersebut. Kepling disini memiliki peranan memberitahukan kepada masyarakat dengan kegiatan proyek yang dilakukan oleh pihak developer. Sedangkan pada pihak pemko memiliki peranan dalam mengawasi setiap kegiatan proyek yang dilakukan oleh pihak developer.

90 5. Relasi Antara Developer & Kepling

Pihak developer memberikan perintah kepada kepling di Lingkungan XI untuk mengawasi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Mengawasi jika ada masyarakat yang berani membangun rumah di tanah milik developer tersebut. Benar saja, dikarenakan tanah milik developer sudah bertahun-tahun kosong, maka masyarakat berani membangun rumahnya di atas tanah developer tersebut, padahal masyarakat sudah mengetahui bahwa tanah tersebut adalah milik pihak developer, tetapi mereka tidak menghiraukannya. Melihat kelakuan yang dilakukan masyarakat tersebut, maka kepling memberitahukan hal tersebut kepada developer. Kemudian developer memberikan perjanjian kepada masyarakat yang menempati tanahnya untuk jika suatu waktu tanah tersebut akan digunakannya, maka warga harus siap untuk pindah dari tanah tersebut tanpa adanya ganti rugi yang diberikan oleh developer.

Sudah berbagai cara yang dilakukan developer kepada kepling agar masyarakat tersebut pindah dari tanah tersebut. Yaitu pernah kepling tersebut diberikan dana untuk melakukan berbagai cara asalkan masyarakat tersebut pindah dari tanah tersebut. Tetapi kepling tidak mau menerima dana yang diberikan oleh developer. Karena kepling lebih berdominan terhadap masyarakat yang ada di tanah tersebut. Karena juga kepling tinggal di tanah milik developer sehinggga memiliki perasaan yang sama dengan masyarakat yang menempati lahan milik developer tersebut. Mereka bersama-sama berusaha mempertahankan tempat tinggal mereka.

91 6. Relasi Antara Kepling & Masyarakat

Kepling disini mendapatkan tugas untuk mengawasi warganya yang berani menempati tanah developer. Benar saja, tanah tersebut sudah ditempati oleh masyarakat tersebut sehingga kepling memberikan perjanjian kepada masyarakat yang menempati tanah developer. Tetapi ada juga masyarakat yang terlebih dahulu meminta izin kepada kepling untuk membangun rumahnya di tanah developer tersebut dan ada juga masyarakat yang tidak memberitahukan terlebih dulu kepada kepling tersebut. Kemudian kepling melaporkan beberapa warga yang telah membangun rumah di atas tanah developer tersebut kepada developer. Kemudian developer mendatangi warga tersebut dan lalu memberikan peringatan serta perjanjian bahwa suatu waktu jika tanah tersebut akan digunakan maka masyarakat harus pindah dari tanah tersebut tanpa adanya ganti rugi dari pihak developer. Kepling dengan masyarakat bersama-sama berusaha mempertahankan tempat tersebut dari adanya penggusuran yang dilakukan oleh pihak developer.

Mereka juga membentuk suatu ormas seperti pam swakarsa yang juga membantu dalam menyelesaikan masalah ataupun konflik yang terjadi di daerah tersebut. Kepling disini juga menempati tanah developer, sehingga kepling dengan masyarakat yang menempati lahan milik developer memiliki nasib yang sama. Yaitu sama-sama menempati tanah milik developer. Sehingga kepling lebih berdominan memihak masyarakat yang ada di daerah tersebut daripada berpihak dengan developer. Karena hubungan kepling dengan masyarakat di lingkungan tersebut sangat dekat dan kuat dalam hal apa pun. Seperti jika pihak developer datang untuk menggusur tempat mereka tinggal, maka yang pertama kali melawan pihak developer tersebut adalah kepling.

92 7. Relasi Antara Developer & BPN

Disini pihak developer mendatangi pihak BPN (Badan Pertanahan Nasional) yaitu dalam hal memberikan pengakuan kepada pihak BPN dan dalam hal pengurusan surat-surat tanah, bahwasanya sebagian tanah ataupun lahan yang ada di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun tersebut adalah merupakan milik pihak developer tersebut. Pihak developer memiliki surat-surat tanah yang telah mereka beli rumah serta tanah dari sebagian masyarakat yang tinggal di daerah Sei Mati tersebut. Pihak developer memiliki seorang pengacara yang mana dalam hal ini adalah sebagai orang yang mengurus urusan dalam hal surat-surat tanah tersebut. Setiap melakukan transaksi jual beli tanah masyarakat, pihak developer memiliki surat-surat tanah yang sudah dibelinya kepada masyarakat bahwa surat-surat tanah tersebut sudah menjadi miliknya secara hukum sudah sah.

Hubungan antara developer dengan BPN sangat berpengaruh dalam hal kepemilikan lahan tanah di Sei Mati tersebut. Karena setiap transaksi jual beli tanah dan rumah, maka pihak developer membelinya dengan beserta surat-surat tanah yang dia dapatkan dari masyarakat yang telah dibelinya rumah tersebut. Pihak developer memiliki seorang pengacara yang memiliki peranan penting dalam hal mengurus kepemilikan lahan di lingkungan tersebut. Sudah banyak sekali masalah pertanahan yang melibatkan pihak BPN. Salah satu kegiatan dalam program strategis BPN RI lainnya adalah percepatan penyelesaian kasus pertanahan. Berdasarkan Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan, kasus pertanahan adalah sengketa, konflik dan perkara pertanahan yang disampaikan kepada Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia untuk mendapatkan penanganan,

93 penyelesaian sesuai peraturan perundang-undangan dan/atau kebijakan pertanahan nasional.

8. Relasi Antara Kepling & Ormas (Pam Swakarsa)

Disini dapat kita lihat bahwasanya kepling bersama masyarakat disini membentuk suatu ormas yang bernama Pam Swakarsa yang di dalamnya terdapat beberapa masyarakat yang tinggal di daerah tersebut serta para orang tua yang sudah lama tinggal di daerah tersebut, remaja, pemuda setempat dan lain sebagainya. Dimana kepling dan pam swakarsa ini bekerja sama dalam hal membantu ataupun menyelesaikan adanya masalah ataupun konflik yang terjadi di daerah tersebut. Pam Swakarsa ini memiliki solidaritas yang tinggi dan membantu kepling dalam menyelesaikan masalah yang terjadi antara pihak developer dengan masyarakat.

Resistensi atau perlawanan yang mereka lakukan pernah terjadi pada tahun 2000. Dimana pada saat itu telah terjadi konflik yang menyangkut pihak developer dengan masyarakat mengenai masalah penimbunan atau penembokan bantaran Sungai Deli yang mengakibatkan banjir yang besar terhadap masyarakat. Hal ini sangat membuat masyarakat marah dan meminta pertanggung jawaban kepada pihak yang bersangkutan atas masalah yang terjadi. Karena disini terdapat adanya ketidakadilan terhadap masyarakat yang tinggal di daerah lahan tersebut dengan adanya kegiatan yang mereka lakukan. Untuk membatu masyarakat dalam masalah tersebut, maka ormas seperti Pam Swakarsa yang juga berisikan masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut berusaha mempertahankan daerah tempat tinggal mereka dengan melakukan demo kepada pihak developer tersebut.

94 Dengan adanya kerja sama dan solidaritas yang tinngi antara kepling dengan ormas Pam Swakarsa yang ada di lingkungan tersebut dapat membuat mereka tetap tinggal di lahan tersebut sampai dengan saat ini juga.

9. Relasi Antara kepling & Ormas GM3B (Gerakan Masyarakat Medan Maimun Bersatu)

Kepling bersama dengan masyarakat yang ada di Kelurahan Sei Mati ini membentuk suatu ormas yang bernama GM3B (Gerakan Masyarakat Medan Maimun Bersatu). Dimana ormas ini dibentuk sebagai bentuk adanya suatu gerakan yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di daerah Medan Maimun, yaitu khususnya di daerah Kelurahan Sei mati ini. Dengan adanya gerakan ini, maka masyarakat dapat memberikan suatu bentuk perlawanan yang diakibatkan oleh adanya suatu ketidakadilan atau merasa terintimidasi ataupun terjadinya tindak kekerasan yang dilakukan oleh pihak yang semena-mena yang tidak memiliki tanggung jawab. Dengan adanya gerakan ini, maka masyarakat akan merasa terbantu dalam mempertahankan daerah tempat tinggal mereka. Mereka melakukan hal tersebut karena mereka bersama-sama merasakan akibat yang terjadi jika kegiatan tersebut terlaksana. Padahal mereka juga memiliki tujuan serta nasib yang sama.

Di sini sangat penting adanya kerja sama antar kepling dengan ormas GM3B ini, karena dengan adanya hubungan kerja sama yang kuat dapat membantu mereka dalam mempertahankan tempat tinggal mereka sampai saat ini juga. Karena disini juga adanya ketidakadilan yang mereka rasakan dengan adanya kegiatan yang terjadi. Sehingga membuat kerugian pada mereka. Ormas

95 ini sama dengan ormas Pam Swakarsa. Dimana pada ormas ini juga melakukan yang sama pada tahun 2000 yang lalu. Mereka pun melakukan demo kepada pihak developer pada saat itu.

10.Relasi Developer & Polisi

Di sini dapat kita lihat bahwasanya pihak developer juga memiliki kerja sama dengan pihak kepolisian. Dimana pihak developer menggunakan polisi jika dalam suatu waktu akan terjadi masalah dalam hal penggusuran rumah atau lahan terhadap masyarakat yang ada di sana. Polisi akan datang jika masyarakat di

Dokumen terkait