• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

C. Deskripsi Teoritik

4. Relasi Islam dan Tradisi

b) Apabila meyakini bahwa yang datang dan menyantap sajian tersebut adalah para roh dari kalangan makhluk halus (jin syaithon), maka perbuatan tersebut merupakan hal yang sia-sia dan mubazir, karena Allah dan rosul-Nya tidak pernah memerintahkan demikian dan juga karena perbedaan jenis makanan manusia dan jin. Allah Ta‘ala berfirman yang artinya:

ؿٱ فًإ

ۡ

ويناىك ىنيًرِّذىبيم

ۡ

خًإ ٍا

ۡ

ًينًطَٰىي شلٱ ىفَٰىك

ۖۡ

ىفاىكىك

ي شلٱ

ۡ

ًوِّبىرًل ينَٰىط

ۦ

رويفىك

ا

١٧

Artinya: "Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya".94

Jika ada diantara kita mengatakan bahwa sajian dan santapan yang dihidangkan untuk para roh orang yang telah mati benar benar berkurang atau bahkan habis, maka ini tidak lepas dari dua kemungkinan: Pertama, bisa jadi diambil atau dimakan makhluk yang kasat mata dari kalangan manusia atau hewan. Kedua, bisa jadi pula diambil dan dicuri oleh makhluk yang tidak kasat mata dari kalangan jin.

4. Relasi Islam dan Tradisi

Islam merupakan Konsep ajaran agama yang humanis yakni agama yang mementingkan manusia sebagai tujuan sentral dengan mendasarkan

49

konsep ―Humanisme Theosentrik‖. Konsep ini menunjukkan bahwa poros Islam dalam ajaran tauhid yang diarahkan untuk menciptakan kemaslahatan kehidupan dan perdaban umat manusia.95 Kata Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada kepada Allah SWT dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.96 Adapun pengertian Tradisi secara Bahasa Latin ―tradio" yang artinya diteruskan atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana sebagaimana yang telah dijelaskan diatas adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama.97

Islam dan tradisi memiliki relasi yang tak terpisahkan, dalam Islam sendiri ada nilai universal dan absolut sepanjang zaman. Namun demikian, Islam sebagai dogma tidak kaku dalam menghadapi zaman dan perubahannya. Islam selalu memunculkan dirinya dalam bentuk yang luwes, ketika menghadapi masyarakat yang dijumpainya dengan beraneka ragam budaya, adat kebiasaan atau tradisi. Sebagai sebuah kenyatan sejarah, agama dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi karena keduanya terdapat nilai dan simbol. Agama adalah simbol yang melambangkan nilai ketaatan

95Muhammad Alfan, Filsafat Budaya, Bandung: CV Pustaka Setia, 2013, h. 128.

96

A.Yusof, Relasi Islam dan Budaya Lokal, alamat:

https://media.neliti.com/media/publications/67299-ID-relasi-islam-dan-budaya-lokal-studi-tent.pdf, diakses pada tanggal 5 Agustus 2018 pukul 08:00 WIB

50

kepada Tuhan. Sedangkan dalam kebudayaan terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral adat-istiadat dan lain sebagainya.98

Kitab suci Alquran umat Islam sebagai pedoman hidup telah menjelaskan bagaimana kedudukan tradisi (adat-istiadat) dalam agama itu sendiri. Nilai-nilai yang termaktub dalam sebuah tradisi dipercaya dapat mengantarkan keberuntungan, kesuksesan, kelimpahan, keberhasilan bagi masyarakat tersebut. Akan tetapi eksistensi adat- istiadat tersebut juga tidak sedikit menimbulkan polemik jika ditinjau dari kacamata Islam.99

Setiap aturan-aturan, anjuran, perintah tentu saja akan memberi dampak positif dan setiap larangan yang diindahkan membawa keberuntungan bagi hidup manusia. Salah satu larangan yang akan membawa maslahat bagi manusia adalah menjauhkan diri dari kebiasaan-kebiasaan nenek moyang terdahulu yang bertentangan dengan ajaran Islam. Syariat Islam tidak serta merta berupaya menghapuskan tradisi atau adat– istiadat.100

Islam menyaring tradisi tersebut agar setiap nilai-nilai yang dianut dan diaktualisasikan oleh masyarakat setempat tidak bertolak belakang dengan Syariat. Sebab tradisi yang dilakukan oleh setiap suku bangsa yang notabennya beragama Islam tidak boleh menyelisihi syariat, karena

98Marpuah, ―Nilai-Nilai Budaya Lokal Berwawasan Multikultural‖, Penamas, Vol. XXI, No. 1, 2008, h. 112.

99Fauziah Ramdani, Menyikapi Tradisi Adat-istiadat dalam Perspektif Islam, alamat: http://wahdah.or.id/menyikapi-tradisi-adat-istiadat-dalam-perspektif-islam/.diakses pada tanggal 5 Agustus 2018.

100Fauziah Ramdani, Menyikapi Tradisi Adat-istiadat dalam Perspektif Islam, alamat: http://wahdah.or.id/menyikapi-tradisi-adat-istiadat-dalam-perspektif-islam/ diakses pada tanggal 5 Agustus 2018.

51

kedudukan akal tidak akan pernah lebih utama dibandingkan wahyu Allah SWT. Keyakinan Islam sebagai agama universal dan mengatur segala sendi-sendi kehidupan bukan hanya pada hubungan yang mengatur antara hamba dan Pencipta tetapi juga aspek hidup lainnya seperti ekonomi, sosial, budaya, politik dan lain sebagainya. Selama adat-istiadat atau tradisi itu masih bisa di sesuaikan dengan ketentuan syari‘at maka masih dapat dipertahankan tetapi jikamenyimpang dari ajaran nash dan hadis maka adat-istiadat atau tradisi tidak bisa ditoleransi (untuk dilakukan oleh masyarakat) karena syariat Islam terhadap adat-istiadat senantiasa mendahulukan dalil-dalil dalam Al-Qur‟āndan Hadist dibanding adat atau tradisi.101

Islam adalah agama yang mudah dan tidak mempersulit penganutnya tetapi Islam juga dapat bersifat tegas kepada penganutnya apabila hal-hal tersebut menyimpang dan tidak sesuai dengan nash-nash maupun Hadis. Setiap Tradisi bisa diterima apabila itu baik dan mengandung kemaslahatan bagi masyarakat. Masih banyak tradisi di sekitar masyarakat belum tentu sesuai dengan tuntunan ajaran Islam, karena hanya berdasarkan warisan dari orangtua-orangtua mereka secara lisan tanpa terkodifikasi dan sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Maka perlu disini untuk kembali berfikir, menilai makna dari tradisi tersebut apakah menimbulkan kemaslahatan dan tidak menentang syariat Islam. Apabila tradisi itu tidak bersesuai dengan nash maupun hadis tetapi bisa diasimilasikan dengan tradisi keislaman maka itu

101fauziah ramdani, Menyikapi Tradisi dalam Perspektif Islam, alamat: http://wahdah.or.id/menyikapi-tradisi-adat-istiadat-dalam-perspektif-islam/ diakses pada tanggal 5 Agustus 2018 pukul 19:00 WIB.

52

lebih baik dan dapat diterima oleh syari‘at ketimbang harus mempertahankannya.

53

Dokumen terkait