• Tidak ada hasil yang ditemukan

Relationship Satisfaction ( Kepuasan Hubungan Romantis )

BAB II - LANDASAN TEORI

B. Relationship Satisfaction ( Kepuasan Hubungan Romantis )

Kepuasan hubungan romantis secara umum adalah perasaan subyektif individu terhadap hubungannya (Hendrick, 1988). Kepuasan hubungan romantis lebih terkait dengan persepsi ideal terhadap pasangan dibandingkan persepsi realistik yakni bagaimana respon pasangan terhadap ekspektasi atau kebutuhan individu tersebut ( Rusbult, 1980 dalam Miller & Tedder, 2011). Jika respon pasangan sesuai atau lebih tinggi terhadap ekspektasi atau kebutuhan individu, maka individu akan mencapai kepuasan hubungan romantis yang tinggi, begitupula sebaliknya yakni jika respon pasangan tidak sesuai atau lebih rendah terhadap ekspektasi atau kebutuhan individu, maka individu akan mengalami kepuasan hubungan romantis yang rendah. Anderson & Emmer-Sommer (2006) mengatakan bahwa, kepuasan hubungan merupakan derajat individu merasa puas akan hubungannya dan indikator kuat dalam keberhasilan sebuah hubungan yang intim.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan hubungan romantis adalah sejauh mana individu merasa puas dengan pasangan dan hubungannya yang melibatkan persepsi subyektif individu terhadap hubungannya dan bagaimana respon pasangan terhadap ekspektasi atau kebutuhan individu.

2. Aspek Kepuasan Hubungan Romantis

Aspek-aspek kepuasan hubungan romantis adalah tingkatan rasa cinta, kesadaran akan masalah, dan pengharapan yang dialami oleh pasangan (Hendrick, 1988).

a. Cinta ( Love )

Cinta adalah sesuatu yang berbeda dari menyukai dan bukan sekedar keinginan seksual (Rubin, dalam Aronson, Wilson & Akert, 2005). Menurut Triangular Theory of Love - Sternberg, cinta memiliki tiga bentuk, antara lain intmasi, komitmen, dan gairah (Santrock, 1995). Intimasi meliputi perasaan dekat, terhubung, dan keterikatan dalam hubungan romantis. Gairah mengacu pada romansa, pengalaman rangsangan dengan pasangan, termasuk ketertarikan seksual. Komitmen terdiri dari dua aspek, yakni jangka pendek (keputusan mencintai orang tertentu) dan jangka panjang (mempertahankan cinta).

Manusia menjalin relasi romantis karena adanya ketertarikan kemudian mengembangkan cinta satu sama lain. Besarnya rasa cinta yang dirasakan oleh individu menjadi salah satu penentu kepuasan hubungan yang dirasakan individu (Santrock, 2002).

b. Masalah ( Problems )

Kesadaran akan masalah (awareness of problems) menjadi salah satu aspek kepuasan hubungan romantis. Ketika seseorang

mampu menyadari masalah yang ada, maka ia akan mampu lebih baik dalam memutuskan tindakan selanjutnya atau dalam hal menyelesaikan masalah tersebut.

c. Pengharapan ( Expectations )

Pengharapan dibagi menjadi dua, bias dan akurat. Saat seseorang memiliki pengharapan bias, individu berharap hubungan dan pasangannya akan menemukan standarnya yang sangat tinggi (tidak realistis). Pasangan yang tidak bahagia menunjukkan harapan yang tidak realistis terhadap hubungan mereka (Santrock, 2002). Di lain hal, individu dengan pengharapan akurat melihat hidup lebih realistis dan berasumsi bahwa ekspektasinya akan sejajar dengan pengalaman nyata dari hubungannya. Kenny & Acitelli (dalam Miller & Tedder, 2011) mengatakan bahwa pengharapan yang akurat, memungkinkan penerima untuk mengevaluasi kebutuhan pasangannya dan mengantisipasi perilakunya, sehingga memupuk sense of control, prediktabilitas, dan keamanan. Keadaan ini akhirnya mengarah pada interaksi yang lebih harmonis dan tingkat kepuasan hubungan yang lebih tinggi.

Maka dapat disimpulkan bahwa memahami realitas dari pasangan dan hubungan (ekspektasi akurat) adalah kunci kepuasan hubungan, sebaliknya memiliki pengharapan tinggi yang tidak

realistis (ekspektasi bias) rentan terhadap pupusnya harapan (hope dan expectation).

3. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hubungan Romantis

Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan dalam hubungan romantis,

a. Kualitas komunikasi antar pasangan

Komunikasi adalah komponen utama dalam membangun dan mengembangkan hubungan (Duck & Pittman, dalam Anderson & Emmers-Sommer, 2006). Miller & Tedder (2011) menemukan bahwa kualitas komunikasi yang baik antar pasangan romantis berkontribusi pada kepuasan hubungan mereka.

Kualitas komunikasi oleh Montgomerry (1981) adalah tingkat kemampuan pasangan untuk menjalin hubungan interpersonal, bersifat transactional, penguasaan simbolik, dan saling memahami antar pasangan. Hubungan interpersonal merupakan tingkat analisis makna yang dibangun melalui komunikasi. Transactional merupakan kemampuan mengirim dan menerima pesan misalnya, kemampuan mendengarkan dan gaya menanggapi. Penguasan simbolik berkaitan dengan kemampuan memahami simbol atau tanda yang dikirimkan pasangan.

Lasswell dan Lasswell (dalam Altaira dan Fuad, 2008) mengatakan bahwa aspek-aspek kualitas komunikasi adalah

keterbukaan, kejujuran, kepercayaan, empati dan kesediaan untuk mendengarkan. Penelitian yang dilakukan oleh Miller dan Tedder (2011) menggunakan istilah “berbagi komunikasi terbuka”,”adalah pendengar yang baik”, dan “memiliki interaksi yang nyaman” dalam

mengukur kualitas komunikasi. Partisipan yang mengatakan bahwa pasangannya menerapkan metode ini mengalami komunikasi yang positif dan lebih puas terhadap hubungannya daripada pasangan yang tidak. Ketika seseorang merasa dimengerti oleh pasangannya, maka orang tersebut akan mengalami kepuasan hubungan yang lebih tinggi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, kualitas komunikasi yang baik antar pasangan, meningkatkan kepuasan hubungan romantis.

b. Kemampuan mengelola konflik

Konflik adalah perbedaan pendapat antara dua orang interdependen (saling tergantung) dan merupakan hal tidak terelakkan dalam sebuah hubungan (Guerrero, dkk dalam Miller & Tedder, 2006). Konflik kerap diterima sebagai hal yang negatif (Guerrero, dkk dalam Miller & Tedder, 2011). Gottman ( dalam Miller & Tedder, 2011) menemukan bahwa pasangan yang puas akan hubungannya akan memilih untuk mendiskusikan masalah, sedangkan pasangan yang tidak puas akan hubungannya akan memilih untuk meminimalisir atau menghindari konflik.

Mengacu pada teori pertukaran sosial ( The Rule of Social Exchange) Thibaut dan Kelley (dalam Aroson, Wilson, dan Akert, 2005), faktor lain yang juga mempengaruhi kepuasan hubungan adalah imbalan, biaya, dan tingkat perbandingan. Bagaimana seseorang merasa positif atau negatif terhadap hubungannya berdasarkan pada:

 persepsi mereka terhadap imbalan yang diterima dari hubungannya,

 persepsi akan biaya yang dikeluarkan,

 dan persepsi mereka akan hubungan seperti apa yang pantas mereka dapatkan dan kemungkinan mereka mendapat hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

Imbalan ( rewards ) adalah aspek positif dan memuaskan yang membuat sebuah hubungan menjadi berharga dan memperkuat (reinforcing). Biaya (costs) adalah kebalikan, dan semua hubungan pertemanan maupun romantis memiliki biaya (Aronson, Wilson & Akert, 2005). Tingkat perbandingan (comparison level) adalah harapan mengenai tingkat rewards dan costs yang mereka inginkan dalam sebuah hubungan.

Sebagian besar orang memiliki harapan bahwa mereka akan memperoleh banyak rewards dan sedikit costs. Jika harapan terwujud maka individu akan merasa bahagia dalam hubungan, namun

sebaliknya jika harapan tidak terwujud maka individu akan merasa kecewa dalam hubungannya.

Beberapa orang mempunyai persepsi akan kemungkinan mereka mendapat hubungan yang lebih baik dengan orang lain, namun jika seseorang memilih bertahan dalam hubungan yang lebih banyak menghabiskan biaya, maka mungkin keadaan itu disebabkan pemikiran bahwa hubungan yang mereka miliki tidak sempurna namun lebih baik daripada harapan mengenai apa yang mereka mungkin temukan di lain tempat. Hal ini disebut comparison level for alternatives (Simpson, dalam Aronson, Wilson & Akert, 2005).

Jadi dapat disimpulkan bahwa, bagi sebagian besar orang yang memiliki tingkat perbandingan lebih sedikit biaya (cost) dengan imbalan (reward) yang lebih besar menyebabkan kepuasan hubungan. sebaliknya jika lebih besar biaya daripada imbalan, maka individu akan merasa kecewa dalam hubungannya.

4. Manfaat Kepuasan dalam Hubungan Romantis

a. Komitmen

Komitmen individu terhadap hubungannya, tergantung pada beberapa variabel. Salah satu variabelnya adalah kepuasan individu terhadap hubungannya (Aronson, Wilson & Akert, 2005). Dimana dalam hal ini, komitmen meningkat saat individu mengalami kepuasan dalam hubungan (Miller & Tedder, 2011).

b. Kepuasan hidup

Peterson, dkk (2014) menemukan bahwa kepuasan hubungan romantis dan kepuasan hidup berkorelasi positif. Demirtas dan Tezer (2012) menemukan bahwa kepuasan hidup dipengaruhi oleh kepuasan hubungan romantis. Individu yang mengatakan bahwa dirinya merasa puas akan hubungannya cenderung lebih sehat secara fisik dan secara umum merasa lebih puas akan hidupnya (Kiecolt, House JS, dalam Hand, dkk, 2013).

C. Masa Dewasa Awal

Dokumen terkait