• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan kepuasan hubungan romantis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan kepuasan hubungan romantis."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL DENGAN KEPUASAN HUBUNGAN ROMANTIS

Made Ayu Septarini

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan kepuasan hubungan romantis. Penelitian ini menggunakan subjek dewasa awal berusia 18 hingga 25 tahun sejumlah 171 individu (117 perempuan dan 54 laki-laki) yang menggunakan situs jejaring sosial, memiliki hubungan romantis dan belum menikah. Alat pengumpulan data terdiri dari dua alat ukur, Skala Intensitas Penggunaan Situs Jejaring Sosial dan Relationship Assessment Scale (Hendrick, 1988). Koefisien reliabilitas pada skala intensitas

penggunaan situs jejaring sosial sebesar α = 0,712. Sedangkan pada Relationship Assessment Scale

sebesar α = 0,771. Dari hasil analisis data penelitian diperoleh koefisien korelasi sebesar – 0, 168 dengan signifikansi sebesar 0,014. Hal ini menunjukkan bahwa variabel intensitas penggunaan situs jejaring sosial berkorelasi negatif, dan signifikan dengan kepuasan hubungan romantis, namun korelasi lemah.

(2)

THE RELATIONSHIP BETWEEN INTENSITY OF SOCIAL NETWORK SITES USE WITH ROMANTIC RELATIONSHIP SATISFACTION

Made Ayu Septarini

ABSTRACT

The purpose of this study was to examine correlation between intensity of social network sites (SNS) use with satisfaction in romantic relationship. Participant of the study were 171 people in early adolescence age 19 to 25 years old (117 women and 54 men) whom user of SNS, were in romantic relationship and were not married. Measurement instruments were consisted of two scales: Intensity of SNS use scale and Relationship Assessment Scale (Hendrick, 1988). Reliability coefficient of Intensity of SNS use scale was 0,712 whereas reliability coefficient of Relationship Assessment Scale was 0,771. The result of data analysis showed correlation coefficient – 0,168 and significance level at 0,014. It showed that there was a significant negatif correlation between intensity of social network sites (SNS) use with satisfaction in romantic relationship, but the correlation is weak.

(3)
(4)

i

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL DENGAN KEPUASAN HUBUNGAN ROMANTIS

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Made Ayu Septarini

NIM : 099114075

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN MOTTO

(8)

v

Dengan penuh syukur, skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan,

Mama dan Papa, Diri saya, Saudara-saudariku,

Sahabat, teman-teman, serta semua pihak yang senantiasa memberi doa, kepercayaan, dan dukungan selama ini.

(9)
(10)

vii

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN SITUS JEJARING SOSIAL DENGAN KEPUASAN HUBUNGAN ROMANTIS

Made Ayu Septarini

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan kepuasan hubungan romantis. Penelitian ini menggunakan subjek dewasa awal berusia 18 hingga 25 tahun sejumlah 171 individu (117 perempuan dan 54 laki-laki) yang menggunakan situs jejaring sosial, memiliki hubungan romantis dan belum menikah. Alat pengumpulan data terdiri dari dua alat ukur, Skala Intensitas Penggunaan Situs Jejaring Sosial dan

Relationship Assessment Scale (Hendrick, 1988). Koefisien reliabilitas pada skala intensitas

penggunaan situs jejaring sosial sebesar α = 0,712. Sedangkan pada Relationship Assessment Scale sebesar α = 0,771. Dari hasil analisis data penelitian diperoleh koefisien korelasi sebesar – 0, 168 dengan signifikansi sebesar 0,014. Hal ini menunjukkan bahwa variabel intensitas penggunaan situs jejaring sosial berkorelasi negatif, dan signifikan dengan kepuasan hubungan romantis, namun korelasi lemah.

(11)

viii

THE RELATIONSHIP BETWEEN INTENSITY OF SOCIAL NETWORK SITES USE WITH ROMANTIC RELATIONSHIP SATISFACTION

Made Ayu Septarini

ABSTRACT

The purpose of this study was to examine correlation between intensity of social network sites (SNS) use with satisfaction in romantic relationship. Participant of the study were 171 people in early adolescence age 19 to 25 years old (117 women and 54 men) whom user of SNS, were in romantic relationship and were not married. Measurement instruments were consisted of two scales: Intensity of SNS use scale and Relationship Assessment Scale (Hendrick, 1988). Reliability coefficient of Intensity of SNS use scale was 0,712 whereas reliability coefficient of Relationship Assessment Scale was 0,771. The result of data analysis showed correlation coefficient – 0,168 and significance level at 0,014. It showed that there was a significant negatif correlation between intensity of social network sites (SNS) use with satisfaction in romantic relationship, but the correlation is weak.

(12)
(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas penyertaan dan pendampingan selama pengerjaan skripsi ini. Penulis

memohon maaf apabila terdapat hal-hal yang tidak berkenan. Pada proses

penulisan skripsi ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Bapak Dr.

Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si.

2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si, selaku Kepala Program Studi Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma sekaligus dosen pembimbing yang

senantiasa menyediakan waktu untuk mendampingi dan membimbing

penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Cornelius Siswa Widyatmoko, M.Psi selaku Dosen Pembimbing

Akademik, yang telah memberikan saran dalam proses pembuatan skripsi

ini.

4. Ibu Sylvia Carolina MYM., M.Si dan Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si

selaku dosen penguji skripsi, terimakasih banyak atas saran yang telah

diberikan.

5. Dosen-dosen di Fakultas Psikologi yang telah memberikan wawasan dan

ilmu pengetahuan mengenai dunia manusia yang mengagumkan kepada

(14)

6. Seluruh staff Fakultas Psikologi: Mas Muji, Mas Doni, Mas Gandung, Bu

Nanik, Pak Gi, yang sudah berkenan membantu penulis dan memfasilitasi

berbagai keperluan selama proses perkuliahan.

7. Matur Suksma Papa dan Mama. Terima kasih atas segala doa, dukungan,

dan penguatan yang diberikan dari jauh. Terimakasih karena memberikan

saya kebebasan untuk hidup dan mengajarkan perbedaan.

8. Keluarga besar yang luar biasa, Kom,Tot, dan Gus yang selalu bertanya

kapan pulang. Pakde, Alm. Bude, dan Blitu untuk bimbingan, nasihat dan

pola pikir baru. Mba Iin, Rama, Blidek dan Krishna yang selalu

menemani. Terimakasih.

9. Sahabat yang selalu mengingatkan, Virly. Sahabat yang selalu

menguatkan, Boni. Sahabat yang selalu dicari, Rahdek. Sahabat yang

terus memberi arti perjuangan, Riri.

10. Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma Universitas Sanata Dharma,

terimakasih atas pelukan dan pandangan baru yang diberikan.

11. Teman-teman Psikologi Sanata Dharma dan teman-teman dimanapun

berada yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Terimakasih telah memberikan dukungan serta semangat. Semoga

Tuhan memberikan yang terbaik kepada teman-teman, Amin.

Yogyakarta, 13 Nopember 2014

Penulis,

(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... II HALAMAN PENGESAHAN ... III HALAMAN MOTTO ... IV HALAMAN PERSEMBAHAN ... V HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... VI ABSTRAK ... VII ABSTRACT ... VIII HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... IX KATA PENGANTAR ... X DAFTAR ISI ... XII DAFTAR TABEL ... XV DAFTAR LAMPIRAN ... XVI BAB 1 - PENDAHULUAN ... 1

A.Latar belakang masalah ... 1

B.Rumusan masalah ... 6

(16)

D.Manfaat penelitian ... 6

BAB II - LANDASAN TEORI ... 8

A.Intensitas Penggunaan Social Network Sites (Situs Jejaring Sosial) ... 8

B.Relationship Satisfaction ( Kepuasan Hubungan Romantis ) ... 13

C.Masa Dewasa Awal ... 20

D.Dinamika... 23

E.Skema ... 28

F.Hipotesis ... 28

BAB III - METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A.Jenis Penelitian ... 29

B.Variabel Penelitian ... 29

C.Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 29

D.Subjek Penelitian ... 30

E.Metode Pengumpulan Data ... 31

F.Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 31

G.Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Penelitian... 36

H.Metode Analisis Data ... 38

BAB IV - HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A.Pelaksanaan Penelitian ... 40

B.Data Demografi Subjek Penelitian ... 40

C.Uji Asumsi ... 41

(17)

E.Pembahasan ... 44

BAB V - KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Keterbatasan Penelitian ... 48

C. Saran ... 49

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 - Blue Print Skala Intensitas Penggunaan Situs Jejaring Sosial ... 33

Tabel 2 - Skor jawaban subjek pada Skala Intensitas Penggunaan Situs Jejaring Sosial ... 33

Tabel 3 - Identitas Subjek Penelitian ... 40

Tabel 4 - Pembagian subjek berdasar alat yang digunakan untuk mengakses situs jejaring sosial ... 41

(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A – Skala Intensitas Penggunaan Situs Jejaring Sosial 55 LAMPIRAN B – Relationship Assesment Scale sebelum diadaptasi 57 LAMPIRAN C – Relationship Assesment Scale setelah diadaptasi 59 LAMPIRAN D – Hasil Analisis Aitem dan Reliabilitas 62

LAMPIRAN E – Data Penelitian 66

LAMPIRAN F – Uji Asumsi 76

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kepuasan hubungan romantis (relationship satisfaction) adalah

sejauh mana individu merasa puas dengan pasangan atau hubungannya

(Anderson & Emmers-Sommer, 2006). Kepuasan hubungan romantis dapat

menjadi penentu keberhasilan suatu hubungan (Hendrick, 1988). Anderson

dan Emmers-Sommer (2006) menambahkan bahwa kepuasan hubungan

romantis menandakan kualitas dan seberapa lama hubungan dapat bertahan di

masa depan.

Pasangan yang memiliki kepuasan hubungan romantis yang tinggi

mengalami peningkatan intimasi dan komitmen (Rusbult & Buunk dalam

Anderson & Emmers-Sommer, 2006). Hal ini nantinya akan berdampak pada

peningkatan stabilitas hubungan (Aroson, Wilson, & Akert, 2005). Kepuasan

hubungan romantis yang terjadi pada masa pacaran akan menghasilkan

pernikahan yang sehat dan bahagia. Guerrero, Anderson, & Afifi (dalam

Miller & Tedder, 2011) menemukan bahwa hubungan yang baik dan sehat

berkaitan dengan kesehatan mental dan fisik yang lebih baik pula.

Pada umumnya kepuasan dalam hubungan romantis pada masa

pacaran dipelihara melalui sentuhan dan tatap muka (Peterson, 2014). Hal ini

berkaitan dengan pola dari hubungan romantis sendiri yang melibatkan

(21)

pasangannya (Furman & Simon, 1999). Namun dengan adanya internet, pada

saat ini cara manusia menjalani hubungan, baik hubungan secara umum

maupun hubungan berpacaran tidak hanya melalui tatap muka dan sentuhan

saja melainkan bisa memanfaatkan situs jejaring sosial (Boyd dan Ellison,

2008). Situs jejaring sosial adalah jejaring pertemanan berbasis web, ditujukan

sebagai komunitas online bagi individu dengan kesamaan aktivitas,

ketertarikan pada bidang tertentu, atau kesamaan latar belakang mulai dari

mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga, para pengguna situs

jejaring sosial juga dapat ditemukan di dunia nyata (Boyd & Ellison, 2008).

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo)

menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan pengguna internet

terbanyak ke – 8 di dunia dengan jumlah pengguna 82 juta orang

(http://kominfo.go.id) yang 95% kegiatannya hanya untuk mengakses situs

jejaring sosial.

Situs jejaring sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari

bagi banyak orang (Utz dan Beukeboom, 2011). Dalam berhubungan, situs

jejaring sosial dianggap sebagai perpanjangan komunikasi tatap muka oleh

penggunanya (Kujath, dalam Peterson,dkk, 2014). Situs jejaring sosial mampu

membuat para penggunanya tetap terhubung dengan teman mereka maupun

orang baru karena visi dari pembuatan situs jejaring sosial sendiri yakni

(22)

apa yang sedang terjadi dalam dunia mereka (Facebook, dalam Valenzuela,

dkk, 2014).

Kepuasan hubungan secara umum meningkat sebanding dengan

frekuensi komunikasi (Porter, 2012). Beberapa pasangan yang menjalin

hubungan berpacaran jarak jauh dan CMC ( Computer Mediated

Communication ), keberadaan situs jejaring sosial membantu mereka

memelihara hubungan (Anderson dan Emmers-Sommer, 2006). Intensitas

komunikasi yang mereka lakukan baik melalui SMS, telepon, maupun situs

jejaring sosial meningkatkan kepuasan komunikasi terhadap pasangannya

(Porter, dkk, 2012).

Situs jejaring sosial memiliki potensi meningkatkan kepuasan

hubungan dan kebahagiaan karena situs jejaring sosial mengijinkan pengguna

untuk menunjukkan secara umum afeksinya terhadap pasangan dan status

maupun komitmen terhadap hubungan (Utz dan Beukeboom, 2011). Zhao,

dkk (dalam Utz dan Beukeboom, 2011) menemukan bahwa individu merasa

lebih bahagia ketika dirinya dan pasangannya menunjukkan afeksi dan

komitmen terhadap pasangan dan hubungan di profil situs jejaring sosial. Hal

ini didukung oleh hasil penelitian yang ditemukan oleh Papp, dkk (2012)

bahwa status berpacaran yang ditampilkan pada profil dirinya dan

pasangannya serta tampilan dirinya pada foto profil pasangan dapat

(23)

Namun, meskipun situs jejaring sosial dapat membantu dalam

membangun hubungan, situs jejaring sosial juga dapat menjadi akhir dari

sebuah hubungan (Porter, dkk, 2012). Penggunaan situs jejaring sosial ini

berdampak buruk pada kepuasan hubungan romantis pada pasangan yang

menjalin hubungan pacaran jarak dekat. Pollet, dkk (2011) menemukan

bahwa penggunaan situs jejaring sosial tidak membentuk kedekatan emosional

antar penggunanya pada keadaan tatap muka. Mendukung pernyataan diatas,

Dr Karen North (dalam CBSNews, 2014) mengatakan bahwa hubungan

bersama pasangan yang terjalin di situs jejaring sosial, tidak sebaik itu pada

realitanya karena sebenarnya mereka terlalu sibuk pada situs jejaring

sosialnya. Pada akhirnya, waktu dan tenaga yang dihabiskan menggunakan

dan memelihara beberapa situs jejaring sosial dapat menjauhkan diri dari

waktu pribadi dan berbagi bersama pasangan (Barbara, dalam Siddique,

2013).

Menurut Elphinston dan Noller (2011) penggunaan internet

berlebihan kerap dikaitkan dengan peningkatan ketidakpuasan dan

kecemburuan. Pada situs jejaring sosial tersedia informasi mengenai

pasangannya, ketika pasangannya adalah pengguna aktif situs jejaring sosial

maka postingan pasangan di profilnya dan yang ditinggalkan oleh teman

pasangannyalah yang menyediakan banyak informasi bagi individu tersebut

mengenai kegiatan pasangannya (Utz dan Beukeboom, 2011). Ketika individu

(24)

yang kiranya menarik dapat memicu kecemburuan (Utz dan Beukeboom,

2011). Semakin sering seseorang menggunakan situs jejaring sosial seperti

Twitter, semakin sering pasangan tersebut menghadapi konflik yang berujung

pada perselingkuhan, putusnya hubungan, dan perceraian (Clayton, 2014).

Penelitian serupa yang dilakukan oleh Valenzuela, dkk (2014) juga

menemukan bahwa penggunaan situs jejaring sosial dapat menurunkan

kepuasan dalam hubungan pernikahan melalui habituasi, memicu perasaan

cemburu, atau memfasilitasi perselingkuhan. Hal tersebut dikarenakan situs

jejaring sosial memberikan fasilitas bagi pengguna untuk berbagi koneksi

dengan individu lain yang memiliki kesamaan aktivitas, ketertarikan pada

bidang tertentu, atau kesamaan latar belakang mulai dari keluarga, individu

yang dikenal sehari-hari, termasuk mereka yang pernah menjalin hubungan

romantis maupun hubungan dekat, sampai dengan orang asing (Boyd &

Ellison, 2008) sehingga situs jejaring sosial mungkin menciptakan lingkungan

dengan situasi yang berpotensi membangkitkan perasaan cemburu antar

pasangan (Elphinston & Noller, 2011).

Alasan utama individu berpacaran adalah karena cinta yang romantis

(Santrock, 2002). Penggunaan situs jejaring sosial yang dominan di Indonesia

dengan individu paling aktif berusia 18 hingga 25 tahun (Lorenzo-Romeo,

dkk, 2012) merupakan hal yang menarik untuk diteliti, mengingat tugas

perkembangan pada usia ini adalah untuk membangun hubungan romantis

(25)

mencapai pernikahan, dibutuhkan kepuasan hubungan, karena kepuasan

hubungan merupakan tujuan dari semua hubungan romantis dan dapat menjadi

penentu keberhasilan suatu hubungan (Hendrick, 1988). Hasil dari penelitian

ini diharapkan dapat menunjukkan hubungan intensitas penggunaan situs

jejaring sosial dan kepuasan dalam hubungan romantis sebagai gambaran

berhasil tidaknya hubungan romantis di masa depan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar berlakang masalah, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

Apakah ada hubungan intensitas penggunaan situs jejaring sosial

dengan kepuasan dalam hubungan romantis (relationship satisfaction) pada

masa berpacaran?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas

penggunaan situs jejaring sosial dengan kepuasan dalam hubungan romantis

(relationship satisfaction) masa pacaran.

(26)

a. Memberi tambahan pengetahuan mengenai hubungan kepuasan

dalam hubungan dan intensitas penggunaan situs jejaring sosial

pada bidang cyberpsychology.

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi refrensi bagi

penelitian selanjutnya yang tertarik dengan masalah intensitas

penggunaan situs jejaring sosial dan kepuasan hubungan.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan mengenai

bagaimana kepuasan dalam hubungan (relationship satisfaction)

berhubungan dengan intensitas penggunaan situs jejaring sosial

b. Bagi subjek penelitian diharapkan dapat membantu refleksi

mengenai kepuasan hubungannya dan intensitas penggunaan situs

(27)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Intensitas Penggunaan Social Network Sites (Situs Jejaring Sosial) 1. Pengertian Intensitas Penggunaan Situs Jejaring Sosial

Situs jejaring sosial adalah layanan berbasis web disebut juga

jejaring pertemanan, ditujukan sebagai komunitas online bagi individu

dengan kesamaan aktivitas, ketertarikan pada bidang tertentu, atau

kesamaan latar belakang mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari

sampai dengan keluarga. Pengguna dapat melakukan kegiatan seperti

membangun profil yang terbuka untuk umum maupun semi terbuka,

berhubungan dengan daftar koneksi dari pengguna lain, melihat dan

melintasi daftar koneksi pengguna lain maupun diri sendiri (Boyd &

Ellison, 2008).

Intensitas adalah keadaan tingkatan atau ukuran intensnya,

intens berarti hebat atau sangat kuat yang mengacu pada kekuatan atau

efek (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online). Andarwati dan Sankarto

(2005) menyatakan bahwa intensitas mengacu pada frekuensi yang

dinyatakan dalam satuan kurun waktu tertentu (per hari, per minggu, atau

per bulan) dan durasi yang dinyatakan dalam satuan kurun waktu tertentu

( per menit atau per jam ).

Menurut Horrigan (dalam Ngrayung, 2012), terdapat dua hal

(28)

seseorang, yakni frekuensi situs jejaring sosial yang sering digunakan dan

lama (durasi) menggunakan tiap kali mengakses situs jejaring sosial yang

dilakukan oleh pengguna.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian intensitas penggunaan situs jejaring sosial adalah frekuensi

penggunaan jejaring pertemanan berbasis web dengan kesamaan

aktivitas, ketertarikan pada bidang tertentu, dalam satuan kurun waktu

tertentu (per hari, per minggu, atau per bulan) dan durasi yang dinyatakan

dalam satuan kurun waktu tertentu (per menit atau per jam).

The Graphic, Visualization & Usability Center, the Georgia

Institute of Technology (Surya, dalam Ngrayung, 2012) menggolongkan

pengguna Situs Jejaring Sosial menjadi tiga kategori dengan

berdasarkan intensitas Situs Jejaring Sosial yang digunakan, antara lain:

1) Heavy users (lebih dari 40 jam per bulan)

2) Medium users (antara 10 sampai 40 jam per bulan)

3) Light users (kurang dari 10 jam per bulan)

2. Ciri Situs Jejaring Sosial

Berikut adalah layanan yang disediakan oleh situs jejaring sosial

menurut Boyd & Ellison (2008):

a. Profil

Merupakan tampilan yang mencerminkan pengguna, biasanya

(29)

situs jejaring sosial mengijinkan pengguna untuk menambahkan

konten multimedia atau memodifikasi tampilan profilnya. Situs

jejaring sosial menyediakan mekanisme bagi pengguna untuk membuat

profilnya “friends only” (hanya dapat dilihat oleh teman dalam situs

jejaring sosial saja) atau public (dapat dilihat oleh siapa saja dalam

situs jejaring sosial tersebut).

b. Teman

Setelah bergabung dalam situs jejaring sosial, pengguna kemudian

mengindentifikasi dengan siapa mereka menjalin relasi melalui sistem.

Jalinan relasi pada situs jejaring sosial dinamai sesuai situsnya.

Misalnya, friends, contacts, fans atau followers. Sebagian besar situs

jejaring sosial membutuhkan konfirmasi dua arah untuk menjalin relasi

pertemanan, namun beberapa tidak. Hal ini disebut hubungan satu arah

dan biasa disebut followers atau fans. Konteks teman pada situs

jejaring sosial bukan berarti konteks teman dalam pengertian

sehari-hari dan alasan pengguna berhubungan sangatlah bervariasi (Boyd

dalam Boyd & Ellison, 2008)

c. Komentar

Kebanyakan situs jejaring sosial menyediakan mekanisme bagi

pengguna untuk meninggalkan pesan pada profil teman mereka,

(30)

melihat komentar tersebut. Hal ini disebut sebagai comments atau

komentar.

d. Pesan pribadi

Pesan pribadi menyerupai webmail. Pengguna dapat mengirim

pesan kepada pengguna yang menjadi temannya dalam situs jeajaring

sosial tanpa diketahui oleh pengguna lain yang juga merupakan

temannya.

e. Bagi foto

Fitur bagi foto memungkinkan pengguna untuk mengunggah foto.

Kebanyakan situs jejaring sosial mengijinkan bagi foto dilakukan baik

pada profilnya maupun profil teman dalam situs jejaring sosialnya dan

sebagian hanya pada profilnya.

f. Bagi video

Fitur bagi video memungkinkan pengguna untuk mengunggah

video. Kebanyakan situs jejaring sosial mengijinkan bagi video

dilakukan baik pada profilnya maupun profil teman dalam situs

jejaring sosialnya dan sebagian hanya pada profilnya. Namun tidak

semua situs jejaring sosial memiliki fitur ini.

g. Built-in blogging

Built-in-blgging merupakan cara menulis yang dilengkapi format

teks, HTML markup, dan foto maupun video. Dalam mengunggah foto

(31)

drag-and-drop. Built-in-blgging memberikan kemudahan bagi pengguna

untuk menunda pengunggahan dengan sistem drafts. Beberapa

dilengkapi tags sehingga memudahkan pengguna dalam pencarian dan

pengelompokan. Postingan juga dapat dibagikan pada situs jejaring

sosial lainnya.

h. Instant messaging

Instant messaging adalah pesan yang dikirim melalui internet dan

muncul pada layar penerima secepatnya setelah pesan tersebut dikirim.

Horrigan (dalam Ngrayung, 2012) menggolongkan

aktivitas-aktivitas situs jejaring sosial yang dilakukan para pengguna situs

jejaring sosial menjadi empat kelompok kepentingan penggunaan situs

jejaring sosial, yaitu:

1. Berkirim pesan melalui E-mail

2. Aktivitas kesenangan (Fun activities) yaitu aktivitas yang sifatnya

untuk kesenangan atau hiburan.

3. Kepentingan informasi (Information utility) yaitu aktivitas mencari

informasi, seperti informasi produk, informasi travel, cuaca, informasi

keuangan, informasi pekerjaan, atau informasi tentang politik.

4. Transaksi (Transaction), yaitu aktivitas transaksi (jual beli) melalui

(32)

B. Relationship Satisfaction ( Kepuasan Hubungan Romantis ) 1. Pengertian Kepuasan Hubungan Romantis

Kepuasan hubungan romantis secara umum adalah perasaan

subyektif individu terhadap hubungannya (Hendrick, 1988). Kepuasan

hubungan romantis lebih terkait dengan persepsi ideal terhadap pasangan

dibandingkan persepsi realistik yakni bagaimana respon pasangan

terhadap ekspektasi atau kebutuhan individu tersebut ( Rusbult, 1980

dalam Miller & Tedder, 2011). Jika respon pasangan sesuai atau lebih

tinggi terhadap ekspektasi atau kebutuhan individu, maka individu akan

mencapai kepuasan hubungan romantis yang tinggi, begitupula

sebaliknya yakni jika respon pasangan tidak sesuai atau lebih rendah

terhadap ekspektasi atau kebutuhan individu, maka individu akan

mengalami kepuasan hubungan romantis yang rendah. Anderson &

Emmer-Sommer (2006) mengatakan bahwa, kepuasan hubungan

merupakan derajat individu merasa puas akan hubungannya dan indikator

kuat dalam keberhasilan sebuah hubungan yang intim.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

kepuasan hubungan romantis adalah sejauh mana individu merasa puas

dengan pasangan dan hubungannya yang melibatkan persepsi subyektif

individu terhadap hubungannya dan bagaimana respon pasangan terhadap

(33)

2. Aspek Kepuasan Hubungan Romantis

Aspek-aspek kepuasan hubungan romantis adalah tingkatan rasa

cinta, kesadaran akan masalah, dan pengharapan yang dialami oleh pasangan

(Hendrick, 1988).

a. Cinta ( Love )

Cinta adalah sesuatu yang berbeda dari menyukai dan bukan

sekedar keinginan seksual (Rubin, dalam Aronson, Wilson & Akert,

2005). Menurut Triangular Theory of Love - Sternberg, cinta

memiliki tiga bentuk, antara lain intmasi, komitmen, dan gairah

(Santrock, 1995). Intimasi meliputi perasaan dekat, terhubung, dan

keterikatan dalam hubungan romantis. Gairah mengacu pada

romansa, pengalaman rangsangan dengan pasangan, termasuk

ketertarikan seksual. Komitmen terdiri dari dua aspek, yakni jangka

pendek (keputusan mencintai orang tertentu) dan jangka panjang

(mempertahankan cinta).

Manusia menjalin relasi romantis karena adanya ketertarikan

kemudian mengembangkan cinta satu sama lain. Besarnya rasa cinta

yang dirasakan oleh individu menjadi salah satu penentu kepuasan

hubungan yang dirasakan individu (Santrock, 2002).

b. Masalah ( Problems )

Kesadaran akan masalah (awareness of problems) menjadi

(34)

mampu menyadari masalah yang ada, maka ia akan mampu lebih

baik dalam memutuskan tindakan selanjutnya atau dalam hal

menyelesaikan masalah tersebut.

c. Pengharapan ( Expectations )

Pengharapan dibagi menjadi dua, bias dan akurat. Saat

seseorang memiliki pengharapan bias, individu berharap hubungan

dan pasangannya akan menemukan standarnya yang sangat tinggi

(tidak realistis). Pasangan yang tidak bahagia menunjukkan harapan

yang tidak realistis terhadap hubungan mereka (Santrock, 2002). Di

lain hal, individu dengan pengharapan akurat melihat hidup lebih

realistis dan berasumsi bahwa ekspektasinya akan sejajar dengan

pengalaman nyata dari hubungannya. Kenny & Acitelli (dalam

Miller & Tedder, 2011) mengatakan bahwa pengharapan yang

akurat, memungkinkan penerima untuk mengevaluasi kebutuhan

pasangannya dan mengantisipasi perilakunya, sehingga memupuk

sense of control, prediktabilitas, dan keamanan. Keadaan ini

akhirnya mengarah pada interaksi yang lebih harmonis dan tingkat

kepuasan hubungan yang lebih tinggi.

Maka dapat disimpulkan bahwa memahami realitas dari

pasangan dan hubungan (ekspektasi akurat) adalah kunci kepuasan

(35)

realistis (ekspektasi bias) rentan terhadap pupusnya harapan (hope

dan expectation).

3. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hubungan Romantis

Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan

dalam hubungan romantis,

a. Kualitas komunikasi antar pasangan

Komunikasi adalah komponen utama dalam membangun dan

mengembangkan hubungan (Duck & Pittman, dalam Anderson &

Emmers-Sommer, 2006). Miller & Tedder (2011) menemukan bahwa

kualitas komunikasi yang baik antar pasangan romantis berkontribusi

pada kepuasan hubungan mereka.

Kualitas komunikasi oleh Montgomerry (1981) adalah tingkat

kemampuan pasangan untuk menjalin hubungan interpersonal,

bersifat transactional, penguasaan simbolik, dan saling memahami

antar pasangan. Hubungan interpersonal merupakan tingkat analisis

makna yang dibangun melalui komunikasi. Transactional merupakan

kemampuan mengirim dan menerima pesan misalnya, kemampuan

mendengarkan dan gaya menanggapi. Penguasan simbolik berkaitan

dengan kemampuan memahami simbol atau tanda yang dikirimkan

pasangan.

Lasswell dan Lasswell (dalam Altaira dan Fuad, 2008)

(36)

keterbukaan, kejujuran, kepercayaan, empati dan kesediaan untuk

mendengarkan. Penelitian yang dilakukan oleh Miller dan Tedder

(2011) menggunakan istilah “berbagi komunikasi terbuka”,”adalah

pendengar yang baik”, dan “memiliki interaksi yang nyaman” dalam

mengukur kualitas komunikasi. Partisipan yang mengatakan bahwa

pasangannya menerapkan metode ini mengalami komunikasi yang

positif dan lebih puas terhadap hubungannya daripada pasangan yang

tidak. Ketika seseorang merasa dimengerti oleh pasangannya, maka

orang tersebut akan mengalami kepuasan hubungan yang lebih tinggi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, kualitas komunikasi yang baik

antar pasangan, meningkatkan kepuasan hubungan romantis.

b. Kemampuan mengelola konflik

Konflik adalah perbedaan pendapat antara dua orang

interdependen (saling tergantung) dan merupakan hal tidak terelakkan

dalam sebuah hubungan (Guerrero, dkk dalam Miller & Tedder,

2006). Konflik kerap diterima sebagai hal yang negatif (Guerrero, dkk

dalam Miller & Tedder, 2011). Gottman ( dalam Miller & Tedder,

2011) menemukan bahwa pasangan yang puas akan hubungannya

akan memilih untuk mendiskusikan masalah, sedangkan pasangan

yang tidak puas akan hubungannya akan memilih untuk

meminimalisir atau menghindari konflik.

(37)

Mengacu pada teori pertukaran sosial ( The Rule of Social

Exchange) Thibaut dan Kelley (dalam Aroson, Wilson, dan Akert,

2005), faktor lain yang juga mempengaruhi kepuasan hubungan

adalah imbalan, biaya, dan tingkat perbandingan. Bagaimana

seseorang merasa positif atau negatif terhadap hubungannya

berdasarkan pada:

 persepsi mereka terhadap imbalan yang diterima dari

hubungannya,

 persepsi akan biaya yang dikeluarkan,

 dan persepsi mereka akan hubungan seperti apa yang pantas

mereka dapatkan dan kemungkinan mereka mendapat

hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

Imbalan ( rewards ) adalah aspek positif dan memuaskan yang

membuat sebuah hubungan menjadi berharga dan memperkuat

(reinforcing). Biaya (costs) adalah kebalikan, dan semua hubungan

pertemanan maupun romantis memiliki biaya (Aronson, Wilson &

Akert, 2005). Tingkat perbandingan (comparison level) adalah harapan

mengenai tingkat rewards dan costs yang mereka inginkan dalam

sebuah hubungan.

Sebagian besar orang memiliki harapan bahwa mereka akan

memperoleh banyak rewards dan sedikit costs. Jika harapan terwujud

(38)

sebaliknya jika harapan tidak terwujud maka individu akan merasa

kecewa dalam hubungannya.

Beberapa orang mempunyai persepsi akan kemungkinan

mereka mendapat hubungan yang lebih baik dengan orang lain, namun

jika seseorang memilih bertahan dalam hubungan yang lebih banyak

menghabiskan biaya, maka mungkin keadaan itu disebabkan pemikiran

bahwa hubungan yang mereka miliki tidak sempurna namun lebih baik

daripada harapan mengenai apa yang mereka mungkin temukan di lain

tempat. Hal ini disebut comparison level for alternatives (Simpson,

dalam Aronson, Wilson & Akert, 2005).

Jadi dapat disimpulkan bahwa, bagi sebagian besar orang yang

memiliki tingkat perbandingan lebih sedikit biaya (cost) dengan

imbalan (reward) yang lebih besar menyebabkan kepuasan hubungan.

sebaliknya jika lebih besar biaya daripada imbalan, maka individu

akan merasa kecewa dalam hubungannya.

4. Manfaat Kepuasan dalam Hubungan Romantis

a. Komitmen

Komitmen individu terhadap hubungannya, tergantung

pada beberapa variabel. Salah satu variabelnya adalah kepuasan

individu terhadap hubungannya (Aronson, Wilson & Akert, 2005).

Dimana dalam hal ini, komitmen meningkat saat individu

(39)

b. Kepuasan hidup

Peterson, dkk (2014) menemukan bahwa kepuasan

hubungan romantis dan kepuasan hidup berkorelasi positif.

Demirtas dan Tezer (2012) menemukan bahwa kepuasan hidup

dipengaruhi oleh kepuasan hubungan romantis. Individu yang

mengatakan bahwa dirinya merasa puas akan hubungannya

cenderung lebih sehat secara fisik dan secara umum merasa lebih

puas akan hidupnya (Kiecolt, House JS, dalam Hand, dkk, 2013).

C. Masa Dewasa Awal 1. Pengertian

Masa dewasa awal adalah masa transisi dari masa remaja

menuju masa dewasa yang ditandai oleh kemandirian ekonomi dan

kemampuan mengambil keputusan (Santrock, 2002). Masa dewasa

awal juga merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola

kehidupan dan harapan sosial yang baru (Hurlock, 1980). Masa dewasa

awal adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan

jenis, serta terkadang menyediakan waktu untuk hal lainnya (Santrock,

2002). Menurut Hurlock (1980) kemandirian dan kebebasan serta

keintiman dan komitmen menjadi tema pokok perkembangan yang

berlangsung dan berlangsung terus. Masa dewasa awal dimulai pada

(40)

Individu dewasa awal dituntut untuk bertanggung jawab dan

menjalin hubungan romantis yang serius (Dariyo, dalam Sihombing,

2013).

2. Aspek Perkembangan

a. Perkembangan fisik

Puncak kekuatan energi dan daya tahan tubuh serta fungsi

sensorik dan motorik. Tingkat kesehatan berhubungan dengan

kebiasaan hidup sehat dan tidak sehat. Asupan nutrisi dan aktivitas

fisik mempengaruhi kesehatan dewasa awal dimasa yang akan

datang.

b. Perkembangan Psikososial dan Sosio-Emosi

Masa dewasa awal menurut Erikson berada pada tahap

intimasi vs isolasi. Menurut Erikson, keintiman adalah penemuan

diri sekaligus kehilangan diri sendiri dalam diri orang lain

Keintiman seharusnya dialami setelah proses pembentukan

identitas yang tetap dan berhasil. Pada tahap ini, individu memiliki

tugas menjalin relasi yang intim dengan orang lain yang bermula

dari kemiripan dimana manusia suka berhubungan dengan individu

yang memiliki kesamaan dengannya, lalu muncullah daya tarik,

cinta, dan hubungan dekat (Santrock, 2002). Berscheid (dalam

Santrock, 2002) mengatakan bahwa, terdapat empat jenis cinta

(41)

kebersamaan) yakni cinta dengan kombinasi keintiman dan

komitmen, romantic love yaitu kombinasi intimasi dan gairah,

fatuous love (cinta konyol) yakni cinta dengan kombinasi gairah

dan komitmen, serta consummate love (cinta yang sempurna) yakni

cinta dengan kombinasi intimasi, gairah, dan komitmen.

Sebagian dari individu di masa dewasa awal merasakan

kesepian. Perasaan bahwa tidak seorang pun memahami dengan

baik. Keadaan ini disebabkan oleh penekanan masyarakat pada

pemenuhan diri dan prestasi, pentingnya komitmen dalam sebuah

hubungan, dan penurunan dalam hubungan dekat (de

Jong-Gierveld, Santrock, 2002). Waktu terbentuknya kesepian adalah

saat transisi sosial ke perguruan tinggi. Pada saat ini individu

mungkin merasa cemas ketika meninggalkan dunia tempat tinggal

dan keluarga yang dikenal serta bertemu dengan orang baru dan

membangun kehidupan sosial yang baru.

c. Perkembangan Kognitif

Pada masa dewasa awal beberapa individu mulai

mengkonsolidasi pemikiran operasional mereka. Menurut

Labouvie-Vief (dalam Santrock, 2002), individu memasuki fase

pemikiran yang fragmatis. Menurut Perrry, pemikiran dewasa awal

lebih realistis (Santrock, 2002). Menurut Schaie (dalam Santrock,

(42)

stage) dan fase tanggung jawab (responsibility stage). Fase

pertama yakni fase pencapaian prestasi, merupakan fase dimana

dewasa awal melibatkan penerapan intelektualitas pada situasi

dengan konsekuensi tinggi dalam mencapai tujuan jangka panjang,

seperti pencapaian karir. Fase kedua yakni tanggung jawab. Fase

ini terjadi ketika individu sudah membentuk keluarga, fokus

perhatian ada pada keperluan pasangan dan keturunan.

D. Dinamika Intensitas Penggunaan Situs Jejaring Sosial dan Relationship Satisfaction (Kepuasan Hubungan Romantis) pada Masa Dewasa Awal

Memilih pasangan dan menjalin hubungan romantis yang serius

adalah tugas perkembangan dewasa awal (Santrock, 2002). Dalam memilih

dan menjalin hubungan romantis, diperlukan interaksi. Interaksi dalam

hubungan interpersonal biasanya dilakukan secara verbal dan nonverbal.

Namun saat ini, dengan kemudahan akses internet, interaksi dalam hubungan

interpersonal juga dapat dilakukan secara virtual melalui situs jejaring sosial

(Porter, dkk, 2012).

Situs jejaring sosial adalah profil yang menampilkan koneksi antar

penggunanya (Utz & Beukeboom, 2011). Pengguna dapat mengunggah foto

profil dan memberikan informasi mengenai pendidikan dan pekerjaan, musik

(43)

pikiran maupun perasaan baik melalui kata-kata, musik, atau gambar di

profilnya. Berbeda dengan komunikasi berbasis web sebelumnya, pengguna

situs jejaring sosial dapat diidentifikasi dan ditemukan di kehidupan nyata

(Zhao, dkk dalam Utz & Beukeboom, 2011). Profil situs jejaring sosial tidak

hanya menampilkan diri pengguna namun juga jejaring sosial penggunanya.

Pengguna dapat menjalin koneksi dengan teman yang dikenal dikehidupan

nyata maupun dengan kenalan di situs jejaring sosial tersebut. Komentar

maupun status yang di posting di wall atau foto yang diunggah biasanya dapat

dilihat oleh teman dan kenalan pengguna maupun seluruh pengguna situs

jejaring sosial tersebut.

Saat ini situs jejaring sosial telah menjadi bagian dari kehidupan

sehari-hari bagi sebagian besar orang (Utz & Beukeboom, 2011). Situs

jejaring sosial umumnya digunakan untuk memelihara hubungan (Ellison,

Steinfeld, & Lampe, 2007). Namun hubungan romantis biasanya dipelihara

melalui interaksi tatap muka dan sentuhan daripada virtual (Peterson, dkk,

2014). Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian McAndrew dan Jeong (dalam

Peterson, dkk, 2014) bahwa pengguna situs jejaring sosial yang menjalani

hubungan romantis lebih tidak aktif menggunakan situs jejaring sosial

dibandingkan mereka yang tidak menjalani hubungan romantis. Ditambah,

jika dibandingkan antara kualitas komunikasi yang dilakukan melalui situs

jejaring sosial dengan kualitas komunikasi yang dilakukan melalui komunikasi

(44)

jejaring sosial memiliki keterbatasan dalam membangun kedekatan emosional

(Boneva, dkk; Schiffrin, dkk; Cummings, dkk; Gross, dkk dalam Pollet,

2006).

Menurut Muise, dkk (dalam Utz & Beukeboom, 2011), penggunaan

situs jejaring sosial dapat berdampak pada peningkatan kecemburuan. Situs

jejaring sosial menciptakan lingkungan dengan situasi yang berpotensi

membangkitkan perasaan cemburu antar pasangan, mengancam kepuasan

mereka (Elphinston & Noller, 2011). Situs jejaring sosial memfasilitasi

pengguna kembali berkoneksi dengan berbagai macam orang yang pernah

diajak berhubungan sebelumnya (Ellison, Steinfeld, & Lampe, 2007),

sehingga menciptakan potensi kecemburuan dalam hubungan saat ini. Situs

jejaring sosial juga dapat menampilkan kegiatan yang dilakukan oleh

pasangan individu, seperti terjalinnya hubungan antara pasangan dan

seseorang yang tidak diketahui oleh individu tersebut dapat memicu

meningkatnya kecemburuan dan kecurigaan (Elphinston & Noller, 2011).

Menjalin hubungan romantis dengan menggunakan situs jejaring

sosial dapat mengakibatkan ketidakpuasan. Hal ini terjadi karena tampilan

profil situs jejaring sosial pasangan. Ketidaksamaan tampilan, seperti foto

profil dan status hubungan yang ditampilkan pada profil pasangan, berkaitan

dengan ketidakpuasan hubungan romantis (Papp, dkk, 2012).

Pengguna situs jejaring sosial yang sedang menjalani masa

(45)

kesan melalui foto profil mereka (McAndrew dan Jeong dalam Peterson, dkk,

2014). Manajemen kesan (impression management) merupakan motif penting

dalam membuat dan memelihara profil pada sebuah situs jejaring sosial

(Kramer & Winter, dalam Utz & Beukeboom, 2011). Pengguna membuat

identitas yang diinginkan pada situs jejaring sosial dan mencoba menjadi

popular (Zhao, dkk, dalam Utz & Beukeboom, 2011). Contohnya, pengguna

sengaja memilih foto yang membuat mereka tampak keren dan popular

(Siibak, dalam Utz & Beukeboom, 2011). Untuk memelihara situs jejaring

sosial menjadi sebuah situs konsumsi umum yang menampilkan diri keren dan

popular, cukup menyita waktu. Dr Karen North (dalam CBSNews, 2014)

mengatakan bahwa hubungan bersama pasangan yang terjalin di situs jejaring

sosial, tidak sebaik itu pada realitanya karena sebenarnya mereka terlalu sibuk

menampilkan diri pada situs jejaring sosialnya. Pada akhirnya, waktu dan

tenaga yang dihabiskan menggunakan dan memelihara beberapa situs jejaring

sosial dapat menjauhkan diri dari waktu pribadi dan berbagi bersama pasangan

(Barbara, dalam Siddique, 2013). Oleh karena itu, intensitas penggunaan situs

jejaring sosial yang tinggi, mungkin berkaitan dengan ketidakpuasan pada

hubungan maupun pasangan romantisnya.

Dalam menjalin hubungan romantis seseorang selalu bergerak

mencari kepuasan. Kepuasan hubungan romantis mengacu pada sejauh mana

individu merasa puas dengan pasangan dan hubungannya yang melibatkan

(46)

pasangan terhadap ekspektasi atau kebutuhan individu. Kepuasan hubungan

menentukan seberapa baik hubungan tersebut dapat bertahan, sehingga dapat

melanjutkan ke tahap perkembangan selanjutnya yakni membangun keluarga

(Anderson & Emmer-Sommer, 2006; Hendrick, 1988). Padahal saat ini

keberadaan situs jejaring sosial menjadi bagian penting dalam kehidupan para

dewasa yang menggunakan situs jejaring sosial dalam berkomunikasi dan

menjalin relasi. Namun keberadaan situs jejaring sosial menciptakan

lingkungan dengan situasi yang berpotensi pada kecurigaan dan kecemburuan.

Kualitas komunikasi pasangan dengan situs jejaring sosial juga memiliki

keterbatasan dalam membangun kedekatan emosional. Waktu dan energi yang

dihabiskan untuk memelihara situs jejaring sosial justru menjauhkan waktu

sharing pribadi dengan pasangan. Tidak hanya itu, kemungkinan pasangan

yang terlihat sangat terkait satu sama lain di situs jejaring sosial tidak seterkait

itu di kehidupan nyata karena mereka terlalu sibuk dengan situs jejaring

sosialnya. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa individu dengan intensitas

penggunaan situs jejaring sosial yang tinggi memiliki derajat kepuasan yang

rendah. Begitu pula sebaliknya, individu dengan intensitas penggunaan situs

(47)

E. Skema

Dewasa Awal Menjalin relasi serius

Intensitas penggunaan situs jejaring sosial rendah

Intensitas penggunaan situs jejaring sosial tinggi

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara

intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan kepuasan hubungan romantis.

Semakin tinggi kepuasan intensitas penggunaan situs jejaring sosial, maka

semakin rendah kepuasan hubungan romantis. Sebaliknya semakin rendah

intensitas penggunaan situs jejaring sosial, maka semakin tinggi kepuasan

(48)

29 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat korelasional. Penelitian korelasional bertujuan

menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variabel

pada satu atau lebih variabel lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar,

1998)

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ni adalah intensitas penggunaan

situs jejaring sosial.

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kepuasan

hubungan romantis.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Intensitas penggunaan situs jejaring sosial

Intensitas penggunaan situs jejaring sosial adalah frekuensi

penggunaan jejaring pertemanan berbasis web dengan kesamaan aktivitas,

(49)

hari, per minggu, atau per bulan) dan durasi yang dinyatakan dalam satuan

kurun waktu tertentu (per menit atau per jam).

2. Kepuasan dalam hubungan romantis

Kepuasan hubungan romantis secara umum adalah perasaan

subyektif pasangan terhadap hubungannya (Hendrick, 1988), sejauh mana

seorang individu merasa puas dengan pasangan atau hubungannya (

Emmers & Sommer, 2006 ).

D. Subjek Penelitian

Kriteria subjek dalam penelitian dalam penelitian ini:

1. Rentang usia 18 – 25 tahun

Umumnya pada usia ini seseorang sedang mempersiapkan diri

untuk menikah. Pada rentang usia ini, seseorang mulai memikirkan

menjalin hubungan romantis yang serius dengan orang lain (Santrock,

2002). Pada rentang usia ini pula dewasa awal menggunakan internet

lebih banyak pada penggunaan situs jejaring sosial (Kominfo, 2013).

Usia dibawah 25 tahun merupakan pengguna situs jejaring sosial

paling aktif dan dengan tugas perkembangan menjalin hubungan

romantis yang serius untuk mencapai pernikahan (Romero, dkk, 2012).

2. Sedang menjalani hubungan romantis (berpacaran) dan belum

menikah.

3. Menggunakan situs jejaring sosial.

(50)

E. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive

sampling. Teknik ini digunakan karena pengambilan subjek penelitian ditentukan

berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu (Ulwan, 2014). Dengan

menggunakan purposive sampling, diharapkan kriteria sampel yang diperoleh

benar-benar sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Pada penelitian ini,

pengambilan sampel dilakukan dengan memberikan skala, baik secara langsung

maupun secara online kepada subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria

penelitian.

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan

metode kuantitatif yakni metode skala. Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan skala Likert dalam mengumpulkan data. Skala yang

digunakan akan mengukur kepuasan hubungan romantis dan intensitas

penggunaan situs jejaring sosial pada dewasa awal yang menjalani

hubungan berpacaran dan menggunakan situs jejaring sosial.

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala

adaptasi Relationship Assessment Scale (RAS) untuk mengukur

(51)

Jejaring Sosial untuk mengukur intensitas penggunaan situs jejaring

sosial.

a. Skala Intensitas Penggunaan Situs Jejaring Sosial

Variabel intensitas penggunaan situs jejaring sosial akan

diukur menggunakan dua aspek yakni durasi (lama waktu yang

dihabiskan menggunakan situs jejaring sosial) dan frekuensi

(seberapa sering mengunjungi situs jejaring sosial) dalam satu hari.

Berdasarkan The Graphic, Visualization & Usability Center,

the Georgia Institute of Technology (Surya, dalam Ngrayung,

2012), penggolongan pengguna situs jejaring sosial ada tiga

kategori dengan berdasarkan intensitas situs jejaring sosial yang

digunakan, antara lain: pengguna berat yakni lebih dari 40 jam per

bulan atau lebih dari 2 jam dalam satu hari, pengguna sedang yakni

antara 10 sampai 40 jam per bulan atau 1-2 jam sehari, dan

pengguna ringan yakni kurang dari 10 jam per bulan atau kurang

dari 1 jam sehari. Semakin tinggi skor maka menunjukkan semakin

tinggi pula intensitas subjek mengunjungi situs jejaring sosial.

Skala intensitas penggunaan situs jejaring sosial terdiri dari

dua aspek yaitu frekuensi dan durasi penggunaan situs jejaring

sosial. Skala ini terdiri dari dua aitem, 1 aitem favorable dan 1

(52)

Tabel 1 - Blue Print Skala Intensitas Penggunaan Situs Jejaring Sosial

No Aspek No. Aitem Jumlah Bobot

Fav Unfav

1 Frekuensi 1 1 50 %

2 Durasi 2 1 50 %

Total 2 100 %

Pada Skala Intensitas Penggunaan Situs Jejaring Sosial

pilihan jawaban (a) akan mendapat nilai 5, jawaban (b) akan

mendapatkan nilai 4, jawaban (c) akan mendapat nilai 3, jawaban (d)

akan mendapat nilai 2, jawaban (e) akan mendapat nilai 1.

Tabel 2 - Skor jawaban subjek pada Skala Intensitas Penggunaan

Situs Jejaring Sosial

Favorable Unfavorable

Jawaban Nilai Jawaban Nilai

(a) 5 (a) 1

(b) 4 (b) 2

(c) 3 (c) 3

(d) 2 (d) 4

(53)

b. Skala Relationship Assessment Scale (RAS)

Kepuasan hubungan romantis diukur menggunakan

Relationship Assessment Scale (RAS). Skala ini disusun oleh Susan S.

Hendrick (1988), Profesor psikologi Texas Tech University dan

didisain untuk menghasilkan ukuran umum dari kepuasan hubungan

serta dapat diapliksikan pada varietas yang luas dari hubungan

romantis (Hendrick, 1988). Skala ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi nilai RAS menunjukkan semakin tinggi kepuasan yang

dirasakan seseorang terhadap hubungan romantisnya

Relationship Assessment Scale (RAS; Hendrik, 1988) adalah

skala yang umum digunakan untuk mengukur kepuasan dalam

hubungan romantis. RAS berisi 7 aitem yang mengukur sikap

individu terhadap hubungan dan pasangannya, yakni:

1. Seberapa baikkah pasangan Anda dalam memenuhi kebutuhan

Anda?

2. Secara umum, seberapa puaskah Anda dengan hubungan Anda?

3. Seberapa baikkah hubungan Anda, jika dibandingkan dengan

pasangan lainnya?

4. Seberapa sering anda berharap untuk tidak berada dalam

hubungan seperti ini?

5. Sejauh mana hubungan Anda dengan pasangan telah memenuhi

(54)

6. Seberapa besar Anda mencintai pasangan Anda?

7. Berapa banyak masalah yang terjadi dalam hubungan anda?

Jawaban diberikan dalam bentuk skala Likert dengan rentang

nilai 1 (sangat tidak puas) sampai dengan 5 (sangat puas). Skor total

yang dapat diperoleh oleh subjek berkisar antara 7 dan 35. Titik

tengah dari total skor adalah 21, yang menandakan skor dibawah 21

menandakan derajat kepuasan yang rendah, sedangkan skor diatas 21

menandakan derajat kepuasan hubungan yang tinggi.

Peneliti mengadaptasi skala dalam bahasa Indonesia dengan

menerjemahkan skala RAS yang berbahasa Inggris ke bahasa

Indonesia kemudian menerjemahkannya kembali dalam bahasa

Inggris. Dalam proses ini, peneliti meminta bantuan penerjemah

antara lain, 1 orang dengan latar belakang pendidikan bahasa Inggris

dan 1 orang yang pernah tinggal di Swedia selama 2 tahun dan

memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik. Setelah itu peneliti

mengkonsultasikan hasil tersebut kepada dosen pembimbing

penelitian untuk melihat kesesuaian penggunaan bahasa.

Pemilihan RAS sebagai alat ukur pada penelitian ini berdasar

pada beberapa hal, yakni reliabilitas skala yang cukup tinggi, sebesar

0,86 (Hendrick, 1988) dan karena RAS dapat mengukur kepuasan

(55)

pernikahan saja dengan lebih singkat dibandingkan dengan alat ukur

kepuasan lainnya.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Penelitian

1. Validitas dan Reliabilitas Skala Intensitas Penggunaan Situs Jejaring Sosial

a Uji Validitas

Skala intensitas penggunaan situs jejaring sosial terdiri dari

dua aspek yakni frekuensi dan durasi mengakses situs jejaring

sosial. Skala ini terdiri dari dua aitem, masing-masing aspek

berjumlah satu aitem. Skala ini menggunakan validitas isi yang

diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis

rasional atau melalui professional judgment (Azwar, 1997).

Penilaian berdasarkan pada kesesuaian aitem dengan aspek yang

hendak diungkap.

b Seleksi Aitem

Seleksi aitem dilakukan setelah aitem diuji melalui

professional judgment. Seleksi aitem dilakukan dengan cara

menguji karakteristik aitem dengan uji coba. Apabila ada aitem

yang tidak memenuhi syarat, maka tidak dapat diikut sertakan

dalam skala.

Peneliti melakukan uji coba Skala Intensitas Penggunaan

(56)

tahun, memiliki pasangan, belum menikah, dan menggunakan situs

jejaring sosial yang kemudian dianalisis menggunakan SPSS 16,00.

Dari hasil uji coba Skala Intensitas Penggunaan Situs

Jejaring Sosial, didapatkan α = 0,712 dengan korelasi aitem total

sebesar 0.597 untuk masing-masing aitem. Hasil ini dianggap

memuaskan karena Alpha Cronbach sama atau lebih besar dari 0,7

dan koefisien korelasi aitem total (rix) sama atau lebih besar dari

0,273, maka peneliti memutuskan untuk tidak melakukan seleksi

aitem.

c Reliabilitas

Reliabilitas mengacu pada sejauh mana hasil pengukuran

dapat dipercaya (Azwar, 1997). Reliabilitas dinyatakan dengan

koefisien korelasi yang berkisar antara 0 sampai dengan 1,00,

semakin mendekati 1,00 maka semakin reliabel skala yang diujikan.

Metode yang digunakan adalah koefisien Alpha Cronbach dengan

SPSS 16,0

2. Validitas dan Reliabilitas Relationship Assessment Scale

Validitas yang digunakan pada RAS adalah validitas konkuren.

Validitas konkuren adalah korelasi antara skor dalam sebuah tes dengan tes

lain yang telah valid (Azwar, 1997). RAS memiliki validitas konkuren yang

bagus, dengan korelasi yang signifikan dengan Love Attitude Scale dan

(57)

dengan Dyadic Adjustment Scale (DAS; Hendrick, 1988; Hand, 2013)

sebesar 0,80. RAS juga memiliki validitas yang bagus karena dapat

membedakan secara signifikan antara pasangan mana yang kemudian

memutuskan tetap bersama atau berpisah (Hendrick, 1988).

Berdasarkan penghitungan uji coba RAS dengan 70 subjek

menggunakan SPSS 16,0 ditemukan bahwa koefisien konsistensi internal

RAS pada penelitian ini sebesar 0,771, perbedaannya tidak begitu jauh

dengan koefisien konsistensi internal RAS sebelumnya yakni 0.86

(Hendrick, 1988).

Dapat disimpulkan bahwa, RAS sudah memenuhi kriteria dan

layak digunakan dalam mengukur variabel kepuasan hubungan romantis.

H. Metode Analisis Data

1. Uji Asumsi

a Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk memperlihatkan bahwa data

sampel berasal dari populasi yang memiliki sebaran data normal. Bila p

> 0,05 berarti sebaran data tersebut normal dan tidak berbeda secara

signifikan dengan data populasi, sebaliknya jika p < 0,05 maka sebaran

data tersebut tidak normal dan berbeda secara signifikan dengan populasi

(Santoso, 2010).

(58)

Uji linearitas menyatakan bahwa hubungan antar variabel yang

hendak dianalisis mengikuti garis lurus. Peningkatan kuantitas pada satu

variabel akan diikuti secara linear oleh peningkatan kuantitas pada

variabel lainnya. Penurunan kuantitas pada satu variabel akan diikuti

secara linear oleh penurunan kuantitas pada variabel lainnya. Uji

linearitas bertujuan melihat kekuatan hubungan antara dua variabel

(Santoso, 2010).

2. Uji Korelasi

Teknik korelasi digunakan untuk melihat kecenderungan pola suatu

variabel terhadap variabel lainnya, maksudnya adalah apakah ketika satu

variabel mengalami kenaikan, maka akan menyebabkan penurunan atau

peningkatan terhadap variabel lain (Santoso, 2010). Penelitian ini

menggunakan uji korelasi Spearman dengan SPSS 16,00 karena data

penelitian merupakan data dengan distribusi tidak normal

(59)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2014 sampai

dengan 25 September 2014. Pada penelitian ini, jumlah partisipan yang

dilibatkan adalah 171 subjek. Pengumpulan data penelitian dilakukan

dengan menyebarkan angket Skala Intensitas Penggunaan Situs Jejaring

Sosial dan Skala Relationship Assessment Scale melalui situs jejaring

sosial menggunakan google docs.

B. Data Demografi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berusia 18 sampai 25 tahun,

menggunakan situs jejaring sosial, belum menikah dan sedang menjalani

hubungan berpacaran. Secara keseluruhan subjek berjumlah 171 orang.

Tabel 3 - Identitas Subjek Penelitian

Kriteria Total

Jenis Kelamin Laki-Laki 54

(60)

Tabel 4 - Pembagian subjek berdasar alat yang digunakan untuk

Laptop, Telefon selular 39

Laptop, Telefon selular, Tablet 18

Tablet 17

Telefon selular 77

Telefon selular, Tablet 10

C. Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran

variabel dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan

normal apabila memiliki p > 0,05 (Sarwono, 2012). Uji normalitas

penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov Smirnov Test SPSS 16.00

for Windows.

Kolmogrov – Smirnov untuk variabel intensitas penggunaan situs

jejaring sosial adalah sebesar 0,189 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai

signifikansi 0,000 lebih kecil daripada 0,05. Oleh karena itu dapat

(61)

Data variabel kepuasan hubungan romantis memiliki Kolmogrov –

Smirnov sebesar 0,111 dan nilai siginifikansi 0,000. Nilai signifikansi

0,000 lebih kecil daripada 0,05 sehingga disimpulkan bahwa sebaran data

tidak normal.

Tabel 5 - Uji Normalitas

Intensitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah data antara

kedua variabel berupa garis lurus atau tidak. Uji linearitas dilakukan

dengan menggunakan SPSS versi 16.00 for windows. Dari hasil

pengolahan data didapatkan hasil nilai signifikansi sebesar 0,016 lebih

kecil daripada 0,05 yang artinya terdapat hubungan linear secara

signifikan antara kedua variabel. Berdasarkan nilai F, didapatkan

Fhitung sebesar 1,143, sedangkan Ftabel dengan df 6.163 = 2,10.

Karena Fhitung lebih kecil daripada Ftabel maka dapat disimpulkan

(62)

D. Hasil Penelitian 1. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi

Spearman dengan SPSS versi 16.00 for windows pada taraf signifikansi

0,05. Uji hipotesis one-tailed dilakukan dalam penelitian ini karena

hipotesis sudah mengarah yaitu berarah negatif.

Dari hasil analisis data diketahui bahwa koefisien korelasi antara

variabel intensitas menggunakan situs jejaring sosial dan kepuasan

hubungan romantis sebesar – ,168. Artinya besar korelasi antara variabel

intensitas penggunaan situs jejaring sosial terhadap variabel kepuasan

hubungan romantis sebesar -0,168 atau lemah. Signifikansi sebesar

0,014 menunjukkan bahwa kedua variabel signifikan karena angka

signifikansi 0,014 < 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara variabel intensitas

menggunakan situs jejaring sosial terhadap kepuasan hubungan romantis

ada hubungan yang lemah, signifikan dan bersifat negatif. Hal ini berarti

semakin tinggi intensitas penggunaan situs jejaring sosial maka semakin

rendah kepuasan hubungan yang dirasakan. Begitu pula sebaliknya,

semakin rendah intensitas penggunaan situs jejaring sosial maka semakin

tinggi kepuasan hubungan yang dirasakan.

Dari penelitian ini, diketahui bahwa r = -0,168 dan koefisien

(63)

penggunaan situs jejaring sosial memiliki sumbangan efektif sebesar

2,8% terhadap kepuasan dalam hubungan pacaran, sedangkan 97,2%

lainnya dipengaruhi oleh variabel lain.

E. Pembahasan

Dalam penelitian ini, hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis

menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara

intensitas penggunaan situs jejaring sosial dan kepuasan dalam hubungan

romantis. Hasil tersebut ditunjukkan dengan angka koefisien korelasi

sebesar -0,168, dengan p=0,014 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi intensitas penggunaan situs jejaring sosial maka semakin

rendah kepuasan hubungan berpacaran. Sebaliknya, semakin rendah

intensitas penggunaan situs jejaring sosial maka semakin tinggi kepuasan

hubungan berpacaran.

Situs jejaring sosial mengurangi kepuasan hubungan melalui

kebiasan atau adiksi, perasaan cemburu, atau memfasilitasi adanya

perselingkuhan. Penggunaan situs jejaring sosial berlebih berhubungan

dengan penggunaan berulang yang menyebabkan kesulitan psikologis,

sosial, dan sekolah maupun kerja dalam kehidupan manusia (Valenzuela,

dkk, 2014). Fenomena ini nantinya mungkin memicu tingkat kepuasan

hubungan romantis yang rendah.

Situs jejaring sosial dapat menciptakan lingungan dengan potensi

Gambar

Tabel 2 - Skor jawaban subjek pada Skala Intensitas Penggunaan Situs
Tabel 2 - Skor jawaban subjek pada Skala Intensitas Penggunaan
Tabel 3 - Identitas Subjek Penelitian Kriteria
Tabel 4 - Pembagian subjek berdasar alat yang digunakan untuk mengakses situs jejaring sosial
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan antara motivasi dan kepuasan menggunakan jejaring sosial Linkedin, hubungan antara motivasi

Dari hasil penelitian ini, dapat diperoleh kesimpulan bahwa adanya hubungan negatif antara intensitas penggunaan facebook dengan akhlak siswa kelas VIII SMP Al-Islam

Penggunaan situs jejaring sosial merupakan salah satu bentuk pemenuhan dapat berkaitan dengan suatu kebutuhan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain yang disebut

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan intensitas mengakses situs jejaring sosial terhadap interaksi langsung siswa ditinjau dari tingkat ekonomi siswa

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan kontrol diri dengan perilaku kecanduan menggunakan situs jejaring sosial pada mahasiswa.. Subyek

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara intensitas penggunaan media sosial instagram dengan harga diri, subjek penelitian memiliki intensitas penggunaan

Hasil penelitian menunjukkan bah- wa terdapat hubungan antara keteram- pilan sosial dan kecanduan situs jejaring sosial pada masa dewasa awal dengan arah negatif,

Hubungan Intensitas Penggunaan Jejaring Sosial Facebook dengan Produktivitas Wanita Karier pada Masa Dewasa