• Tidak ada hasil yang ditemukan

Relevansi Kurikulum Ibn Khaldun dalam konteks kekinian

PEMIKIRAN IBN KHALDUN TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

D. Relevansi Kurikulum Ibn Khaldun dalam konteks kekinian

Dalam mencapai tujuan pendidikan sangat diperlukan faktor atau unsur yang mendorongnya terutama kurikulum yang diterapkan dan dipakai dalam

82

proses pembelajaran. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam serangkaian proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, urutan isi, serta proses pendidikan. Kurikulum adalah program dan isi dari suatu sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi ilmu pengetahuan antargenerasi dalam suatu masyarakat.

Kurikulum yang baik harus selalu berubah dari waktu kewaktu sesuai dengan perkembangan zaman sejak dari masa lampau sampai dengan masa sekarang, dalam konteks masa sekarang yang ada di Indonesia sejak dari tahun 2004-2005 pemerintah telah menetapkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) sebagai kurikulum yang berlaku di Indonesia. Kemudian muncul lagi kurikulum yang dirancang oleh pemerintah pada tahun 2006 yang bernama kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang membuka ruang partisipasi kreatif guru dan pengelola sekolah dalam penjabaran rencana, metode dan alat-alat pengajaran. Perubahan kurikulum merupakan satu tanda bahwa kurikulum itu disesuaikan dengan kebutuhan manusia dan perkembangan dalam satu masa tertentu, hal ini bisa dilihat dengan konsep kurikulum yang ditawarkan oleh Ibn Khaldun dimana kurikulum beliau itu hanya berupa maklumat-maklumat yang disampaikan guru kepada murid, jika dibanding dengan masa sekarang maka kurikulum Ibn Khaldun sangat sempit dan belum ada pengembangan, namun untuk zaman Ibn Khaldun dipandang bahwa kurikulum beliau sangat sempurna sesuai dengan kondisi waktu itu. Dalam konteks sekarang penulis berasumsi bahwa kurikulum Ibn Khaldun akan sangat bagus dan sangat sesuai dengan kondisi pendidikan sekarang jika dilakukan proses pengembangan yang disesuaikan dengan tuntutan zaman sekarang.

Perubahan kurikulum itu lumrah terjadi dan tidak bisa dibendung karena merupakan tuntutan keadaan untuk mencapai kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, namun perubahan itu tetap bisa diterima selama memiliki ciri-ciri

83

sebagai kurikulum Pendidikan Islam. Adapun ciri-ciri tersebut sebagaimana dipaparkan oleh Al-Syaibani yang dikutip Oleh Ahmad Tafsir sebagai berikut: 105

1. Kurikulum pendidikan Islam harus menonjolkan mata pelajaran Agama dan Akhlak

2. Kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasamani, rohani, dan akal 3. Kurikulum Pendidikan Islam harus memperhatikan keseimbangan antara

pribadi dan masyarakat, dunia dan akhirat

4. Kurikulum pendidikan Islam juga memperhatikan juga seni halus, yaitu ukir, pahat, tulis indah, gambar, dan sejenisnya.

5. Kurikulum pendidikan Islam mempertimbangkan perbedaan-perbedaan kebudayaan yang sering terdapat di tengah manusia karena perbedaan tempat dan juga perbedaan zaman, kurikulum dirancang sesuai dengan kebudayaan itu.

Berdasarkan ciri-ciri kurikulum pendidikan di atas, maka tidak dapat dipungkiri bahwa kurikulum ini sangat menitik beratkan akhlak pribadi muslim yang tinggi agar tujuan pendidikan bisa dicapai. Serta dengan kurikulum ini dapat membangun masyarakat muslim yang berakhlak mulia di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Sehingga dapat diwujudkan prilaku Islami, berbudi pekerti luhur, baik terhadap diri sendiri untuk orang lain maupun hubungan sosial dengan masyarakart luar. Hal senada diperkuat dengan pendapat Ibn Khaldun yang menjadikan dasar kurikulum sebagai pokok dalam pendidikan adalah Agama dan akhlak sebagai tujuan utama yang didasarkan kepada Alquran dan As- Sunnah, beliau berpendapat Alquran itu dasar yang harus diajarkan di sekolah ketimbang ilmu-ilmu lain, bahkan ilmu filsafat sendiri di tempatkan pada urutan yang terakhir. Ini membuktikan bahwa fokus utama beliau pada Agama sebagai pijakan umat Islam.

Apa yang telah ditawarkan oleh Ibn Khadun lewat konsepnya, ternyata sangat sesuai dan cocok diterapkan untuk zaman sekarang dalam prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, penulis mengaitkan masalah ini dengan kurikulum yang berlaku sekarang yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan(KTSP). Dimana kurikulum ini menekankan pentingnya partisipasi kreatif guru dan proses belajar

105

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 65-67.

84

yang berpusat pada siswa (student centered learning). Seorang guru ditantang menciptakan suasana belajar yang kontektual dengan lingkungan alam sosial murid. Selain itu juga ditekankan untuk membuat suasana belajar yang menyenangkan siswa agar tidak muncul kebosanan dalam belajar. Proses belajar macam ini harus interaktif, inspiratif, motivasi siswa, menantang, kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat minat, fisik dan perkembangan psikologis siswa.106

Dalam hal ini Ibn Khaldun juga berpendapat demikian bahwa dalam mendidik guru dituntut menciptakan suasana yang nyaman dalam ruang belajar agar anak mudah menyerapkan pelajaran yang ditransferkan oleh guru dan ketika memberikan pelajaran hendaknya memperhatikan masalah psikologis anak agar materi bahan ajar bisa tersalur dengan baik, sebab beda orang tentu beda pula daya tangkap dalam menerima ilmu dari dari sang guru. Bahkan Ibn Khaldun sangat memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat setempat sebagai acuan operasional dalam kurikulum, konsep ini sejalan dengan acuan operasional kurikulum tingkat satuan pendidikan yang berlaku sekarang.

Disisi lain kita bisa melihat titik kesesuaian antara kurikulum Ibn Khaldun dengan Kurikulum KTSP dengan memperhatikan acuan Operasional sebagai berikut:

1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia

Dalam kurikulum KTSP keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. Acuan ini sangat sepadan dan selaras dengan pendapat Ibn Khaldun dengan menekankan aspek iman dan takwa dalam rancangan kurikulum Pendidikan Islam

2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.

Kurikulum KTSP disusun agar memungkinkan pengembangan keragaman potensi, kecerdasan intelektual, minat, emosional, spiritual dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai dangan tingkat perkembangannya. Ibn

106

85

Khaldun dalam hal ini juga berpendapat demikian bahwa dalam merancang kurikulum itu harus dilihat dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa agar mereka tidak berkecil hati dalam menerima pelajaran.

3. Agama

Faktor agama juga merupakan landasan utama dalam acuan operasianal kurikulum tingkat satuan pendidikan disamping mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dan negara.107 Ibn Khaldun lewat konsepnya juga menekankan faktor agama sebagai acuan operasional kurikulum Pendidikan Islam sebagaimana yang telah diimplementasikan dalam kurikulum KTSP di dunia pendidikan sekarang.

Berdasarkan paparan di atas, penulis menganalisa bahwa kurikulum yang dicetuskan oleh Ibn Khaldun pada masa lampau, ternyata sangat relevan diterapkan dalam konteks sekarang dengan melihat kepada titik persamaan pada acuan operasional penyusunan kurikulum itu sendiri.

107

Masnur Muslich, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan , (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 11-12.

86 BAB IV

PEMIKIRAN IBN KHALDUN TENTANG METODE