• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. Relevansi

Kesustraan suatu bangsa adalah hasil buah pikiran, lukisan jiwa, getaran sukma suatu bangsa yang berkebudayaan dan berkepribadian sendiri, bangsa yang ingin mempertinggi derajat bangsanya masa kini dan masa yang akan datang. Karena budaya merupakan cerminan diri bagi setiap bangsa.

Beberapa tujuan umum pengajaran bahasa dan sastra Indonesia yang salah satunya menyebutkan bahwa tujuan umum pengajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah agar siswa mampu mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan sastra, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Tujuan umum tersebut dijabarkan lagi dalam tujuan khusus yaitu agar siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan menarik manfaat-manfaat karya sastra. diharapkan dengan belajar sastra siswa dapat lebih memahami esensi kehidupan.

Cara yang ditempuh guru bahasa Indonesia untuk membimbing dan mengarahkan kepribadian siswa agar bertingkah laku baik, adalah memanfaatkan karya-karya sastra dan salah-satunya membaca karya-karya sastra yang mengandung aspek psikologis. Melalui peristiwa-peristiwa batin yang terdapat dalam novel, siswa dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang menyentuh hati pembaca novel. Dengan berpijak pada nilai-nilai moral, agar siswa tahu contoh perilaku bermoral dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupannya, guru bahasa Indonesia seharusnya memberikan bacaan yang mengandung nilai-nilai tersebut, seperti apa yang terdapat dalam novel Bukan Pasarmalam yang diteliti oleh penulis.

Relevansi novel Bukan Pasarmalam sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, nilai-nilai moral seperti bertanggungjawab, bersabar, menjaga lisan, dan religius merupakan nilai-nilai yang sebagaimana diketahui saat ini adalah aspek penting yang harus diajarkan kepada siswa di sekolah. Sekiranya siswa diharapkan mempunyai sikap yang berperasaan seperti tokoh aku dalam novel Bukan Pasarmalam. Nilai-nilai moral yang baik harus diajarkan oleh guru agar murid tumbuh dalam aturan-aturan dan ia dapat mengikuti aturan-aturan tersebut dengan panggilan jiwa yang mereka miliki, maka dari itu novel Bukan Pasarmalam dapat dijadikan sebagai novel dalam pembelajaran siswa di sekolah untuk mengajarkan nilai-nilai tersebut.

Dari uraian di atas, dijelaskan bahwa analisis tersebut diperuntukkan agar siswa mengetahui bahwa novel Bukan Pasarmalam merupakan contoh nilai-nilai moral yang relevan, nilai-nilai moral yang tak akan lekang dimakan waktu dan akan terus ada sepanjang masa. Hal tersebut dapat dibuktikan walau pun novel Bukan Pasarmalam adalah novel yang terbit sudah cukup lama, nilai-nilai moral yang terkandung dalam novel Bukan Pasarmalam adalah nilai yang relevan pada masa kini, jadi novel Bukan Pasarmalam adalah novel serius yang tak lekang oleh waktu. Dan pembelajaran diperuntukkan bagi siswa tingkat SMA. Dengan demikian pembelajaran apresiasi sastra pada novel sastra merupakan perpaduan antara pembelajaran lain khususnya budi pekerti.

BAB IV PENUTUP

Setelah penulis melakukan analisis terhadap novel Bukan Pasarmalam karya Pramoedya Ananta Toer berdasarkan nilai moral penulis dapat mengambil simpulan sebagai berikut:

A. Simpulan

Skripsi ini mendeskripsikan nilai moral yang terdapat pada tokoh aku dalam novel Bukan Pasarmalam karya Pramoedya Ananta Toer. 1. Nilai-nilai moral yang terdapat pada tokoh aku berbentuk perilaku

yang sebagian besar layak untuk dijadikan teladan bagi setiap orang seperti bertanggungjawab terhadap persoalan yang baik ditimbulkan oleh pihak lain maupun oleh pihak sendiri seperti ketika tokoh aku merasa bertanggung jawab dengan keadaan rumahnya yang sudah sedikit miring walaupun bukan karena ulahnya sendiri, kesabaran yang kuat yang ditunjukkan oleh tokoh aku seperti ketika tokoh aku pasrah dan merasa sia-sia dengan semua kesabaran yang selama ini dilakukannya, lalu sikap menjaga lisan seperti yang ditunjukkan oleh percakapan tokoh aku dengan tokoh istri yang cerewet, tokoh aku mengambil sikap diam (tidak berbicara) ketika sikap istrinya mulai menjengkelkan, lalu nilai religius yang dimiliki tokoh aku ketika berada dalam situasi sang ayah baru meninggal, tokoh aku membacakan lafadz Allahu Akbar ditelinga sang ayah, tokoh aku memiliki kedewasaan yang matang untuk menjadi manusia yang memiliki nilai moral yang positif. 2. Novel Bukan Pasarmalam yang mengandung nilai-nilai moral

seperti bertanggung jawab, bersabar, menjaga lisan, dan religius dirasakan perlu untuk diajarkan kepada siswa, maka dari itu novel Bukan Pasarmalam dapat dijadikan sumber pembelajaran di sekolah untuk mengajarkan nilai-nilai tersebut.

B. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan melalui skripsi ini berdasarkan analisis dan relevansi adalah sebagai berikut:

1. Guru bahasa dalam pelajaran sastra sebaiknya memfokuskan kepada moral dan isi karya sastra agar karya sastra dapat berguna untuk membentuk kepribadian peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, seperti kepribadian tokoh aku yang dilukiskan dalam novel Bukan Pasarmalam.

2. Guru harus dapat merangsang kemauan membaca siswa dengan cara memberikan bahan bacaan yang bermutu seperti novel Bukan Pasarmalam, dan mengajarkan murid bagaimana cara mengambil sisi positif dari apa yang dibacanya.

Daftar Pustaka

Allen. Membaca dan Membaca Lagi. Magelang: Indonesia Tera, 2004.

Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 2008. Darajat, Zakiah. Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang,

1973.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1999.

Djokosujatno, Apsanti. Membaca Katrologi Bumi Manusia, Magelang: Indonesiatera, 2004.

Jassin, H.B. Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei. Jakarta: Gunung Agung, 1967.

Mihardja, Ratih. Buku Pintar Sastra Indonesia. Jakarta: Laskar Aksara. Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta, Gadjah Mada

University Press, 2005.

Priyatni, Endah Tri. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Purwa. Moral dan Masalahnya, (Yogyakarta: Kanusius, 1990.

Rahmanto, B. Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2011.

---. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI), 1988.

Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2008.

Rizal, JJ. Pram dan Cina. Jakarta: Komunitas Bambu, 2008.

Rosidi, Ajip. Ikhtisari Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Binacipta, 1968. ---. Yang Datang Telanjang: Surat-Surat Ajip Rosidi dari Jepang

1980-2002. Jakarta: PT Gramedia, 2008.

Said, Muh. Etik Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita, 1980. Sartika, Meyta. Nilai Moral Tokoh Hanafi dalam Novel Salah Asuhan Karya

Abdoel Moeis dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.

Semi, M. Atar. Metode Penelitian Sastra. Bandung: CV Angkasa, 2012. Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo, 2008. Stanton, Robert. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Suseno, Franz Magnis. Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral.

Yogyakarta: Kanisius, 1989.

Susmana, A.J. “Review Bukan Pasarmalam”, www.goodreads.com, 25 Januari 2015.

Syamsuddin. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Rosdakarya, 2006. Teeuw, A. Citra Manusia Indonesia dalam Karya Sastra Pramoedya Ananta

Toer. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1996.

Toer, Pramoedya Ananta. Bukan Pasarmalam. Jakarta: Lentera Dipantara, 2003. ---. Bumi Manusia. Jakarta: Lentera Dipantara, 2005. ---. Cerita Calon Arang. Jakarta: Lentera Dipantara, 2010. Utomo, Ary Cahya, 11 Fakta mengenai Pramoedya Ananta Toer”, http://pelitaku.

sabda.org/11_fakta_mengenai_pramoedya_ananta_toer, 25 Januari 2015. Wellek, Rene., and Warren, Austin Warren. Teori Kesusastraan. Jakarta:

Gramedia, 1993.

Widada, Rh. Saussure untuk Sastra (Sebuah Metode Kritik Sastra Struktural). Yogyakarta: Jalasutra, 2009.

pasangan Hasan dan Suadah ini memulai pendidikannya di SDN Gondrong 03, tamat pada tahun 2004. Melanjutkan pendidikannya di SMPN 18 Kota Tangerang, tamat pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan pendidikannya di SMAN 10 Kota Tangerang, tamat pada tahun 2010. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikannya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2010, dan memilih Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Putra asli Tangerang yang humoris ini sejak kecil sudah sangat menyukai klub-klub sepak bola Indonesia, terutama Persita dan Persipura. Kecintaannya yang bermula terhadap klub sepak bola lokal tersebut memberikan pengaruh yang besar terhadap kecintaannya terhadap semua yang berbau lokal. Kecintaannya tersebut merupakan hal yang biasa bagi setiap orang yang mengaku warga Indonesia, memang tidak ada alasan untuk tidak menyukai Indonesia, karena Indonesia sangat indah dan menawan.

Dokumen terkait