BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Nilai Religiusitas
2.2.1 Pengertian Religiusitas
Kata Religi atau Religion berasal dari Bahasa Latin, yang memepunyai pengertian dasar “berhati-hati”, dan berpegang pada norma-norma atau aturan secara ketat. Dalam arti bahwa Religi merupakan suatu keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma hidup yang harus dipegangi dan lepas. Dengan demikian kata Religi tersebut pada dasarnya mempunyai pengertian sebagai “keyakinan akan adanya kekuatan gaib yang suci, yang menentukan jalan hidup dan mempengaruhi kehidupan manusia, yang dihadapi secara hati-hati dan diikuti jalan-jalan dan aturan serts norma-norma secara kuat, agar tidak sampai menyimpang dan lepas dari kehendak aatau jalan yang telah
ditetapkan oleh kekuatan gaib yang suci tersebut.8
8Muhaimin dan Jusuf Mudzakir, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2005), Hlm 34
11
Religiusitas secara umum dijelaskan berhubungan dengan
kognisi (pengetahuan beragama, keyakinan beragama) yang
mempengaruhi apa yang dilakukan dengan kelekatan emosional atau
perasaan emosional tentang agama atau perilaku.9
2.2.2 Fungsi Religiusitas
Fungsi Religiusitas bagi manusia erat kaitannya dengan fungsi agama. Agama merupakan kebutuhan emosional manusia dan merupakan kebutuhan alamiah. Adapun fungsi Religiusitas dalam
kehidupan manusia meliputi :10
a. Fungsi Edukatif
Para penganut Agama berpendapat bahwa ajaran yang mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang dipatuhi. Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur ini mempunyai latar belakang yang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi lebihn baik dan terbiasa dengan baik menurut ajaran dan agama masing-masing.
b. Fungsi Penyelamat
Dimana pun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya selamat. Keselamatan yang meliputu bidang yang luas adalah keselamatan yang diajarkan oleh agama. Keselamatan yang diberikan oleh agama kepada penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dua alam yaitu : Dunia dan Akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu mengajarkan para penganutnya melalui pengalaman kepada masalah sakral berupa keimanan kepada Tuhan.
c. Fungsi Perdamaian
9 Heru Sulistyo, “ Peran Nilai-Nilai Religiusitas Terhadap Kinerja Karyawan Dalam Organisasi”, Media Riset Bisnis Dan Manajemen, vol. 11. No. 8. 2011, h. 252
12
Melalui Agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntutan Agama. Rasa berdosa san rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila seseorang telah menebus dosamya dengan cara bertaubat, pensucian atau penebusan dosa.
d. Fungsi Pengawasan Sosial
Para penganut Agama sesuai dengan ajaran Agama yang dipeluknya terikat batin kepada tuntutan ajaran tersebut, baik secara pribadi maupun secara kelompok. Ajaran Agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini Agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok dikarenakan hal sebagai berikut :
1. Agama secara Instansi, merupakan norma bagi pengikutnya. 2. Agama secara Dogmatis, merupakan kritis yang bersifat profesi
(wahyu,kenabian).
e. Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas
Para penganut Agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dan kesatuan iman dan kepercyaan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan bahkan dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh. Pada beberapa agama rasa persaudaraan itu bahkan dapat mengalahkan rasa kebangsaan.
f. Fungsi Transformatif
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, kehidupan baru yang diterimanya bedasarkan ajaran agama tersebut.
g. Fungsi Kreatif
Ajaran agama mengajak dan mendorong para penganutnya untuk bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri tapi juga untuk kepentingan orang lain. Bukan hanya untuk
13
bekerja secara rutin namun juga untuk melakukan inovasi dan penemuan baru.
h. Fungsi Sublimatif
Segala usaha manusia bukan hanya yang bersifat ukhrawi namun juga bersifat duniawi. Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan nirma-norma agama, bila dilakukan deengan nilai tulus karena Allah SWT itu merupakan ibadah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Fungsi Religiusitas adalah sebagai edukatif, penyelamat, pengawasan sosial, pemupuk rasa solidaritas, transformatif, kreatif serta sublimatif.
2.2.3 Dimensi-Dimensi Religiusitas
Menurut Glock dan Stark seperti yang dikutip oleh Muchtaram
dan Nashrori, terdapat lima macam dimensi keagamaan, yaitu :11
1. Dimensi Keyakinan (Ideologi)
Dimensi ini berpegang teguh pada pandangan teologis tetentu, mengakui kebenaran-kebenaran doktrin tersebut. Setiap Agama mempertahankan kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat. Dimensi ini mencakup hal-hal seperti
keyakinan terhadap rukun iman,percaya keesaan Tuhan,
pembalasan di hari akhir, Surga dan Neraka, serta percaya terhadap masalah-masalah gaib yang diajarkan Agama.
2. Dimensi Peribadatan atau Praktek Agama (Ritualistik)
Dimensi ini dapat diketahui dari sejauh mana tingkat kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ibadah sebagaimana yang diperintahkan oleh agamanya. Dimensi Ibadah ini juga berkaitan dengan frekuensi, intensitas dan pelaksanaan ibadah seseorang.
3. Dimensi Ihsan Penghayatan
11Nashori dan Muchtaram , Mengembangkan Kreativitas Dalam Perspektif Psikologi Islami, Hlm 78-82
14
Setelah memiliki keyakinan yang tinggi dan melaksanakan ajaran agama (baik ibadah maupun amal) dalam tingkatan yang optimal,maka dicapailah situasi ihsan. Dimensi ihsan berkaitan dengan seberapa jauh seseorang merasa dekat dan dilihat oleh Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi ini mencakup pengalaman dan perasaan dekat de ngan Allah, perasaan nikmat dalam melaksanakan ibadah., pernah merasa diselamtkan Allah SWT dan perasaan syukur atas nimkat yang dikaruniakan oleh Allah dalam kehidupan mereka.
4. Dimensi Pengetahuan
Aspek ini berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya. Orang yang beragama paling tidak harus mengetahui hal-hal yang pokok dasar-dasar keyakinan. Dan Al-Qur’an merupakan pedoman hidup sekaligus sumber ilmu pengetahuan. Hal tersebut dapat dipahami bahwa sumber ajaran islam sangat penting agar Religiusitas seseorang tidak sekedar atribut. Maka aspek ini meliputi empat bidang yaitu akidah, ibadah, akhlak dan pengetahuan Al-Qur’an dan Hadits. 5. Dimensi Konsekuensi
Dimensi ini menunjukkan seberapa besar perilaku muslim perilaku muslim dipengaruhi oleh ajran-ajaran agama. Dimensi ini tercermin dalam perilaku seseorang yang bdertaqwa dengan menjalankan perintah Nya dan menjauhi larangan Nya. Yang meliputi perilaku suka menolong, bersedekah, berlaku adil pada orang lain, jujur, tidak melakukan korupsi, tidak minum-minuman keras, tidak berjudi, tidak melakukan prostitusi atau seks bebas dan sebagainya.
Maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek Religiusitas
terdiri dari keyakinan, peribadatan, ihsan pengahayatan,
15
serangkaian dari Dimensi Religiusitas yang berpengaruh terhadap tingkat Religiusitas seseorang.
2.2.4 Religiusitas Dalam Islam
Allah SWT memerintahkan kita untuk beriman secara penuh dan menjauhi musuh besar umat Islam yakni Syaitan.
Sebagaimana yang telah difirmankan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 208 :
َ نيِلَّٱا هُّيذ أَٰٓ ي
َ
َ اوُن ما ء
َ اوُلُخأدٱ
َ
َ ِفِ
َِمألِ سلٱ
َ
َ ِتَٰ و ُطُخَ اوُعِبذت تَ لٗ وَاةذفآ ك
َ ِنَٰ طأي ذشلٱ
َ
َُهذنِإ
ۥَ
َأمُك ل
َٞيِبُّمَٞ وُد ع
)
َ
٢٠٨
َ(
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman,masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”(Q.S Al-Baqarah : 208)
Setelah membaca serta memahami makna firman Allah SWT dia atas, maka dapat disimpulkan bahwa Allah SWT menyerukan kepada mukminin untuk masuk ke dalam Islam sepenuhnya, memahami serta mengamalkan ajaran Islam sepenuhnya.
Selanjutnya Allah SWT melarang semua mukmin untuk mengikiti langkah syaitan, dalam hal ini yaitu berbuat dzolim terhadap sesama.
Dalam Al-Qur’an perintah Allah SWT tentang perbuatan manusia disebutkan dalam surat Al-Jasiyah ayat 18 :
َذمُث
َ
َ نِ مَٖة عيِ شَََٰ عَلَ كَٰ نأل ع ج
َِرأم ألۡٱ
ََ ف
ا هأعِبذتٱ
َ
َ ءٓا وأهأَأعِبذت تَلٗ و
َ نيِلَّٱذ
َ
َ نوُم لأع يَلٗ
)
َ
١٨
َ(
“Artinya : Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu). Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui” (Q.S Al-Jasiyah :1)