• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 16-50

D. Religiusitas

1. Pengertian Religiusitas

Religiusitas berasal dari bahasa latin religio, yang berakar dari kata religare yang berarti mengikat.39 Secara subtansial religius menunjuk pada sesuatu yang dirasakan sangat dalam yang bersentuhan dengan keinginan seseorang yang butuh ketaatan dan memberikan imbalan sehingga mengikat seseorang dalam suatu masyarakat. Agama (religion) berasal dari bahasa latin religio yang berarti ikatan bersama. Agama dibentuk oleh serangkaian tindakan dan konsep. Menurut Durkheim keyakinan bersifat individual dan mempengaruhi cara berfikir dan berperilaku. Istilah agama sering disamakan dengan istilah yang lain seperti religi (religion: bahasa Inggris) dan (ad-diin: bahasa Arab), pada dasarnya semua istilah ini sama maknanya dalam terminologi dan teknis.40

Menurut Mayer dalam Turner41, agama adalah seperangkat aturan dan kepercayaan yang pasti untuk membimbing manusia dalam tindakan terhadap tuhan, orang lain dan diri sendiri. Paham keagamaan yang dianut pada akhirnya mendorong pada perilaku sehari-hari, baik dalam peribadatan maupun akhlak bermasyarakat. Menurut Ancok42 keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama tidak hanya terjadi ketika seseorang

39

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), h. 15-16.

40

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, h. 13.

41

Brian S. Turner, Agama dan Teori Sosial Rangka-Pikir Sosiologi dalam Membaca

Eksistensi Tuhan diantara Gelegar Ideologi-ideologi Kontemporer, Cet. II (Yogyakarta: IRCiSoD,

2006), h. 36.

42Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam atas Problem-Problem

41

melakukan ritual (beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Oleh karena itu, keberagaman seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi.

Agama adalah wahyu yang diturunkan oleh Tuhan untuk manusia. Di samping sebagai sebuah keyakinan (belief) agama juga merupakan gejala sosial. Artinya, agama yang dianut melahirkan berbagai perilaku sosial, yakni perilaku yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah kehidupan bersama. Fungsi dasar agama tersebut ialah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang sakral. Lewat pengalaman beragama, yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki kesanggupan, kemampuan dan kepekaan rasa untuk mengenal dan memahami eksistensi sang Illahi.

Agama memiliki daya konstruktif, regulatif dan formatif membangun tatanan kehidupan masyarakat. Religius Islam meliputi dimensi jasmani dan rohani, fikir dan dzikir, akidah dan ritual, penghayatan dan pengamalan, akhlak, individual dan kemasyarakatan, dunia dan ukhrawi. Pada dasarnya religiusitas meliputi seluruh dimensi dari seluruh aspek kehidupan.

Dari beberapa definisi di atas, disimpulkan bahwa religiusitas adalah aturan-aturan yang tumbuh dan berkembang dari individi dalam aktivitas beragama yang didorong oleh cara berfikir dan berperilaku yang dijabarkan dalam perilaku sehari-hari baik perilaku sosial maupun dari sisi atau dimensi yang lainnya.

42

2. Dimensi Religiusitas

Terdapat lima macam dimensi keberagamaan dalam tingkatan tertentu, yaitu: a. Dimensi keyakinan (ideologis)

Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan Muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik menyangkut keyakinan pada Allah swt, Malaikat, Rasul. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan di mana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan bervariasi, tidak hanya diantara agama-agama tetapi juga di antara tradisi-tradisi agama yang sama.

b. Dimensi praktik agama (ritualistik)

Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen atau tingkat kepatuhan Muslim terhadap agama yang dianutnya menyangkut pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas dua kelas penting, yaitu ritual dan ketaatan. c. Dimensi pengalaman (eksperiensial)

Dimensi ini memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu. Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaanperasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan yang melihat komunikasi.

43 d. Dimensi pengetahuan agama (intelektual)

Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman Muslim terhadap ajaranajaran pokok dari agamanya, terutama tentang ajaran-ajaran pokok dari agamanya, sebagaimana yang terdapat dalam kitab suci dengan harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi pokok al-quran, hukum-hukum Islam, sejarah Islam.

e. Dimensi pengamalan atau (konsekuensial).

Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Menunjuk pada tingkatan perilaku Muslim yang dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya. Dimensi ini meliputi perilaku suka menolong, bekerjasama43

C.Y. Glock dan R. Stark dalam buku American Piety: The Nature of Religious

Comitment sebagaimana dalam buku Sosiologi Agama menyebutkan lima dimensi

beragama, yakni:44 a. Keyakinan.

Dimensi berisikan pengharapan yang berpegang teguh pada teologis tertentu. Dimensi ini mengungkap hubungan manusia dengan keyakinan terhadap rukun iman, kebenaran agama dan masalah-masalah ghaib yang diajarkan oleh agama.

43

Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam atas Problem-Problem

Psikologi, h. 80.

44

44 b. Pengamalan/praktik

Merupakan dimensi praktik agama yang meliputi perilaku simbolik dari makna-makna keagamaan yang terkandung di dalamnya. Dimensi iniberhubungan dengan sejauh mana tingkat kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual yang diperintahkan oleh agamanya. Yakni berkaitan dengan frekuensi, intensitas, dan pelaksanaan ibadah, seperti sholat, puasa, zakat, ibadah haji, doa, dan sebagainya.

c. Penghayatan

Dimensi penghayatan keagamaan merujuk pada seluruh keterlibatan dengan hal-hal yang suci dari suatu agama. Dimensi ini mencakup pengalaman dan perasaan tentang kehadiran Tuhan dalam kehidupan, ketenangan hidup, takut melanggar larangan tuhan, keyakinan menerima balasan dan hukuman, dorongan untuk melaksanakan perintah agama, perasaan nikmat dalam beribadah dan perasaan syukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah SWT dalam menjalani kehidupan.

d. Pengetahuan

Dimensi ini berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran-ajaran agama dan kitab sucinya. Menjadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman hidup sekaligus sebagai sumber pengetahuan, dan memberikan ajaran Islam.

e. Konsekuensi

Dimensi yang mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan, pengamalan, penghayatan dan pengetahuan seseorang. Yakni berkaitan dengan

45

kewajiban seseorang sebagai pemeluk agama untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari dengan bukti sikap dan tindakannya berlandaskan pada etika dan spiritualitas agama.

Dimensi-dimensi tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perilaku tersebut saling mempengaruhi satu sama lain, norma-norma dan nilai-nilai agama sangat berpengaruh terhadap perilaku sosial. Dengan demikian, pemahaman seseorang terhadap norma-norma syari’ah, khsusnya terkait dengan kewajiban zakat, sangat mepengaruhi kesadaran seseorang untuk mengeluarkan zakat kepada mustahiq zakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin baik sikap seseorang terhadap suatu objek (kewajiban zakat), maka semakin tinggi pula kemungkinan seseorang untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan objek tersebut.

Dimensi-dimensi tersebut, dapat disimpulkan bahwa dimensi yang membentuk kepercayaan seseorang terdiri atas, keyakinan, praktik, penghayatan, pengetahuan dan konsekuensi.

Dokumen terkait